Chereads / Nightmare - Escape the ERA / Chapter 5 - 05 - Siyeon

Chapter 5 - 05 - Siyeon

05 – Siyeon, the Assassins

Sesosok gadis sangat cantik tengah bersembunyi dalam kegelapan. Di dalam bangunan itu tak memiliki penerangan khusus, bagian luar yang tertimbun banyak reruntuhan membuat bangunan itu tak mendapat penerangan dari sinar matahari.

Tempat gelap adalah wilayahnya, ia ahli dalam bersembunyi, terlebih dari makhluk yang tak memiliki indra penciuman seperti para makhluk humanoid yang bentuknya aneh. Makhluk itu memiliki bentuk seperti gabungan manusia dan hewan, tentu saja ia tak terlalu paham tentang apa itu manusia dan hewan. Yang jelas, makhluk-makhluk yang tengah mengincar nyawanya memiliki penampilan yang benar-benar buruk rupa.

Siyeon mengeluarkan sepasang belati yang entah bagaimana bisa ia miliki. Benda itu memiliki ukiran khusus dan aneh pada bagian badannya, bentuknya seperti ukiran-ukiran tribal yang rumit berwarna biru terang, bentuk belati itu juga agak aneh, lengkungan-lengkungan tak normal. Yang paling mencolok adalah bahannya, itu seperti terbuat dari emas putih, mengilap dan tampak sangat licin, jelas bagian-bagian ujungnya teramat sangat tajam dan mematikan. Benar-benar senjata yang didesain khusus untuk melepas nyawa dalam satu tikaman.

Ia tak ingat kenapa dirinya bisa memiliki benda itu. Terlebih lagi, ia benar-benar tak ingat alasan yang membuat dirinya berada di tempat ini, tempat yang amat berbahaya, penuh makhluk aneh yang berusaha mengincar nyawanya.

"Sial, ini menyebalkan." Dari kejauhan, ia dapat melihat banyak makhluk yang berpatroli mencari keberadaan dirinya.

Ia mengendap, berjalan di antara kegelapan, langkahnya teratur. Sama sekali tak ada bunyi dari langkah kakinya, kaki itu seolah tak menapak dari lantai. Itu terjadi diakibatkan oleh bakat, pengalaman dan alas kaki yang ia kenakan benar-benar mendukung karakter fisiknya.

Tusukan.

Dalam serangan diam-diam, Siyeon yang berada di belakang langsung menarik leher salah satu makhluk humanoid itu dan langsung menikam tempurungnya. Dengan ketajaman belati dan tenaga yang besar, belati mampu menembus tengkorak semudah menusuk mentega.

Ujung belati menembus mulut si humanoid, darah berceceran mengikuti ujung belati.

Siyeon menarik senjatanya dan melepas tubuh itu, membiarkan tumbang begitu saja. Ia mengayunkan belatinya, seketika semua darah yang menempel terempas ke lantai, benda itu tampaknya tak akan terkotori oleh darah.

Siyeon dapat merasakan jika musuh yang harus ia babat habis memiliki jumlah yang amat banyak.

"Ini akan lama." Siyeon mengeluarkan sebuah revolver, hanya ada enam peluru saja di dalamnya, ia tak memiliki cadangan peluru lain. Entah bagaimana caranya, benda itu juga terselip pada pakaiannya.

Siyeon memutar ingatan, ia segera melarikan diri, membaur dalam kegelapan. Ingatannya tak banyak, hanya kemampuan membunuh dan nama yang ia tahu. Oh dan seingatnya ia memiliki peliharaan, seekor serigala. Tapi sejak ia berada di tempat entah berantah ini, ia tak tahu di mana keberadaan peliharaannya. Seekor serigala hitam besar itu adalah teman dekatnya, tentu saja itu menurut ingatannya.

Siyeon kembali mengantongi pistol jenis revolver itu, ia mencari waktu untuk menggunakannya, mungkin saat-saat tertentu dia akan memerlukannya.

Target : Lee Si Yeon. Codename : Siyeon

Status : Gunner, Assassin

Code : Blacklist (Harus Dimusnahkan)

Tingkat ancaman : A, S.

Para makhluk berwujud aneh itu mencari sosok keberadaan Siyeon, ada dari mereka berupa manusia setengah ular, manusia setengah kucing, manusia setengah kura-kura, manusia setengah burung. Tentu saja bentuk kepala hewan-hewan itu tak wajar dan tak normal, hanya sedikit mirip dengan binatang yang selama ini ada di bumi, bentuk mereka benar-benar tak jelas dan menyeramkan. Menemui dan berhadapan dengan mereka bisa dibilang adalah mimpi buruk.

Anehnya, Siyeon yang merupakan wanita, sama sekali tak takut terhadap wujud dan apa yang mereka kenakan, ia lebih berambisi untuk menghabisi hidup mereka. Hanya ada satu pikiran dalam kepalanya saat menghadapi situasi semacam ini. Bertarung dan bertahan, apa pun yang terjadi, harus selamat.

Di depannya ada beberapa humanoid yang tengah melakukan pencarian terhadapnya, setenang malam dan secepat angin, Siyeon maju, ia mengiris leher humanoid terdekat, memutar tubuh dan melemparkan belati ke arah humanoid lain.

Belati tepat mengenai wajahnya, ia kemudian melompat ke atas, menikam kening humanoid satunya, humanoid yang keningnya hancur, ia gunakan untuk batu loncatan.

Siyeon melompat, menyambar kepala humanoid lain dan menghantamkannya ke lantai dengan amat kuat, belati ia tusukkan pada tengkuknya. Empat humanoid tumbang dalam sekali gerakan yang cepat dan sempurna.

Karena suara empat tubuh yang tumbang, humanoid lain menatap ke arahnya, menembakkan semua peluru logam padanya. Siyeon segera berlari, mengambil belati yang tadi ia lemparkan dan segera bersembunyi di belakang dinding.

"Oke, masih sisa enam. Bagaimana aku mengalahkannya? Aku sudah ketahuan." Siyeon bersandar pada dinding, ia mengayunkan belati membuat darah yang sempat menempel pada benda itu langsung terempas ke lantai.

Tembakan-tembakan terus berdengung, dinding yang ia gunakan untuk bersembunyi mulai retak.

"Oke, aku akan taruhan." Siyeon menghela napas menyiapkan diri. Ia merunduk, menggulingkan badan ke kiri, dalam posisi kaki di bawah dan kepala di atas, ia melemparkan sepasang belatinya, dua benda itu terbang dan menancap masing-masing pada leher dua humanoid.

Siyeon tak berhenti di situ, di tengah desingan peluru yang berkelebatan di sekitarnya, ia berlari menuju empat mayat yang sebelumnya telah ia tumbangkan dengan serangan kejutan.

Siyeon segera mengambil senjata yang mayat itu pegang. Tanpa menunggu, ia melepaskan semua peluru di sana, sisa empat humanoid tumbang seketika.

Siyeon berjalan santai dan membuang senjata itu. Ia melangkah menuju enam humanoid yang tumbang di sana.

"Seperti itulah caranya menembak, kukira aku tak terlalu kecil menjadi sasaran yang susah ditembak." Ia meremehkan para Humanoid itu.

Siyeon mengambil lagi sepasang belatinya. Harusnya senjata yang menancap pada korban tak perlu untuk diambil, karena pastinya itu sudah tak efektif dan membuang waktu saja, tapi untuk yang ini beda lagi ceritanya. Gadis cantik itu tahu sepasang belatinya istimewa dan tak akan mudah untuk tumpul.

Ia mengempaskan darah dan mengantongi dua senjata tajam itu. Samar ia mendengar suara langkah, banyak langkah kaki mendekat. Tampaknya pertarungannya dengan para humanoid ini sangat bising, sehingga mengundang humanoid lain untuk datang ke sini.

"Oke, waktunya melarikan diri." Siyeon segera berlari menjauh, ia tak mungkin menghadapi para musuhnya secara terang-terangan.

Gaya bertarungnya adalah sembunyi-sembunyi, mengirimkan serangan kejutan, ia juga tak dapat berhadapan langsung dengan musuh, apalagi jumlah yang amat banyak.

Siyeon berlari menjauh dari sumber suara langkah-langkah para humanoid yang mengincar nyawanya itu.

Saat berjalan mengendap, menghindari pencarian para makhluk humanoid, ia malah berhadapan dengan makhluk yang tak akan terpengaruh oleh kegelapan.

Tepat beberapa meter di hadapan wajahnya, sosok makhluk seukuran gajah dengan liur menetes tengah menatapnya. Makhluk itu mirip seekor anjing, tapi memiliki taring sebanyak dua pasang tepat di bawah rahangnya, sepasang tanduk di dekat telinga, surai singa di leher, sepasang mata dengan corak pupil reptil berwarna merah menatapnya.

Lebih aneh lagi, makhluk itu memiliki bentuk tubuh seperti bison, amat besar pada bagian depan, tubuh besar itu tak semata besar ukuran, tapi juga berotot.

"Astaga, siapa pun yang mengincarku, mereka benar-benar niat dan usahanya serius. Makhluk sebesar ini masuk ke dalam bangunan? Bagaimana caranya?" Siyeon bergumam pelan, meski makhluk di depannya memiliki ukuran beberapa kali lipat lebih besar darinya, ia sama sekali tak gentar.

Si anjing meraung keras, membuat liur beterbangan. Siyeon entah bagaimana caranya, ia hanya bergerak beberapa langkah dan tak setetes pun liur mengenainya.

"Itu menjijikkan, kau tahu. Di sini tak ada air, jangan membuat badanku kotor!" Siyeon berbicara pada anjing tersebut, mengabaikan apakah makhluk besar ini paham dengan bahasanya atau tidak.

Anjing itu berlari maju ke arahnya dengan sangat cepat, Siyeon bahkan agak terkejut karena tak mengira binatang sebesar itu mampu bergerak cepat. Siyeon bukannya melarikan diri, ia malah tersenyum dan mengeluarkan sepasang belatinya.

Gadis itu berlari maju memburu ke arah si monster anjing, saat jarak mereka dekat dan Siyeon berada dalam jangkauan, si anjing mengarahkan cakar serta taringnya, tapi Siyeon tampaknya sudah menebak akan hal itu.

Pada detik terakhir, ia berkelit, menundukkan badan dan menghindari cakaran itu. Tak berhenti di situ, ia meluncur ke bawah badan si monster, dua tangannya mengayun ke arah kaki depan monster itu. Sayatan besar mengenai sepasang kaki itu, dan itu juga belum selesai, Siyeon masih meluncur dan menusukkan belati ke arah perut si monster. Karena ia meluncur, tusukan itu menghasilkan sayatan panjang sampai menuju ke arah selangkangan kaki belakang monster anjing.

Keluar dari bawah tubuh anjing yang mengerang kencang, gadis cantik itu melompat ke atas tubuh makhluk besar tersebut, berlari di atas punggungnya dan saat sampai di dekat surai, ia menancapkan belati pada tempurung makhluk itu.

Raungan keras terakhir terdengar, tubuh itu tumbang dengan genangan darah dari luka-luka yang diterimanya. Makhluk itu mengejang di tengah sekaratnya.

Siyeon meregangkan badan karena agak lelah, ia tak terbiasa mengeksekusi binatang seperti ini, binatang besar itu pada akhirnya tewas juga.

"Uh, sepertinya aku harus membuat racun, pekerjaan ini sangat melelahkan dan membuang banyak waktu.

Dari mulut si binatang keluar banyak darah, di sana juga keluar sebuah tabung kecil dari kaca transparan sehingga isinya terlihat, Siyeon kenal dengan isi benda itu, ia juga mengantongi satu.

"Oh, apakah ini suvenir?" tanyanya dengan agak puas.

***