Namaku adalah Lusy Fiert, bisa dibilang aku merupakan seorang introvert karena jarang sekali berinteraksi dengan orang lain di dunia nyata, namun aku memiliki beberapa orang di sosial media yang bisa aku sebut teman. Apakah aku aneh? Pastinya seorang ektrovert tidak bisa memahami sifatku ini, karena aku termasuk tipe orang yang cukup rumit bagi orang lain, padahal aku sendiri tipe orang yang sangat simpel. Saat ini aku sedang berada dalam kemasyarakatan peningkatan taraf ekonomi, yang sering manusia sebut dengan bekerja. Tidak seperti figur penting maupun kelas sosial tinggi, aku hanya bekerja sebagai pekerja paruh waktu di sebuah toko swalayan dengan gaji yang terbilang hanya cukup untuk makan, jadi aku harus benar-benar berhemat dengan gajiku itu.
Kegiatan sehari-hari aku habiskan dengan bekerja, makan, tidur, bermain game, menonton anime, dan membaca komik. Pastinya semua orang tau bahwa aku seorang otaku, walaupun begitu aku bukanlah seorang net (seseorang pengangguran yang tidak suka bermasyarakat), jadi bisa dibilang aku hanyalah seorang otaku normal. Entah kenapa akhir-akhir ini sangat booming sebuah game yang bernama "Mencari Pelaku Pembunuh", sebuah game Moba dengan fitur roleplay yang berfokus pada mencari pelaku pembunuh berantai. Tetapi game ini didesain agar pemainnya dengan maksimal 10 pemain dan minimal 5 pemain ini memiliki peran masing-masing yaitu warga (berperan sebagai pencari pelaku pembunuhan dan menyelesaikan tugas) dan Impostor (berperan sebagai pembunuh berantai yang menyamar), disaat sang Impostor membunuh warga kemudian warga menemukan mayat yang terbunuh harus segera report (melaporkan) sehingga para warga dan Impostor yang sedang menyamar bisa berdiskusi siapa pelaku yang telah menyamar sebagai warga. Setelah yakin dengan keputusan masing-masing lalu melakukan vote untuk memilih siapa sang Impostor tersebut, vote terbanyak disidang oleh sistem, jika tebakan salah maka permainan berlanjut sehingga Impostor bisa beraksi lagi, namun jika benar maka sang Impostor kalah dan warga menang.
Game tersebut benar-benar booming, hingga teman media sosialku pun mengajakku untuk bermain game tersebut. Aku pun tidak menampik bahwa game itu benar-benar bagus dan membuat para pemain saling mencurigai dan saling bermain curang demi memenangkan game tersebut, tak terpungkiri bahwa game tersebut mampu membuat orang-orang menjadi menyimpang. Dari semua itu yang paling aku benci saat ini adalah satu kenapa dari sekian banyaknya game yang aku mainkan, dari sekian banyaknya anime yang aku tonton bahkan komik yang aku baca, kenapa harus game ini yang menjadi tempat dimana aku menanggapinya sebagai berpindah ke dunia lain.
Saat membuka mataku pertama kalinya, hal yang aku ingat adalah aku sedang tengah berada pada kerjaanku, lalu tiba-tiba menjadi gelap kemudian kepalaku sangat sakit dan badanku lemas waktu aku membuka mataku saat ini. Bukan syok yang aku rasakan saat itu bukan juga kaget, melainkan ingin muntah saat berpindah ke dunia lain ini. Jujur aku sangat suka sekali dengan genre isekai (berpindah ke dunia lain/reinkarnasi), dan aku juga sangat menantikan kapan dan bagaimana aku berhadapan dengan genre isekai ini, namun aku benci saat harus menghadapi sebuah kenyataan dimana ekspetasiku sangatlah berbeda dari kenyataan yaitu game "Mencari Pelaku Pembunuh" adalah dunia dimana aku sekarang berada.
Karakter yang aku mainkan dari game tersebut biasanya berwarna hitam dengan topi hitam dan bernickname "Lucifer", itu merupakan nickname yang sesuai dengan nama asliku, jadi aku menggunakannya tanpa ragu. Memang benar di dunia ini namaku berubah menjadi "Lucifer" seperti nama karakter gameku, namun karakter yang ada di gameku berbeda dengan yang ada di dunia ini, melainkan wajah asliku menggunakan baju serba hitam dengan topi hitam. Kostumnya benar-benar keren tapi jika dipadukan dengan wajah dibawah standar milikku ini menjadi percuma saja, entah kenapa aku tidak ingin mengakui pendapatku itu, tapi mau bagaimana lagi, itulah kenyataannya.
Disaat aku masih terhanyut dalam lamunanku ini, aku dikejutkan fakta bahwa aku telah terbunuh dan telah menjadi hantu yang bergentayangan. Terlepas dari semuanya, rasa sakit saat terbunuh benar-benar mengerikan, layaknya terbunuh sungguhan. Akupun kesakitan dan disaat aku sudah menerima kenyataan itu, aku mulai fokuskan pikiranku untuk bersungguh-sungguh memainkan game ini tanpa kesalahan sedikit pun, dan yang pertama aku lakukan adalah menyelesaikan "taks" (sebuah misi yang harus diselesaikan warga untuk menang). Game ini memang terbilang royal karena walaupun kau sudah terbunuh, kau masih bisa berguna dengan membantu menyelesaikan taks sebagai gantinya, namun sayangnya saat kau sudah mati kau tidak dapat mengikuti diskusi hasil report.
Setelah aku selesai mengerjakan taks milikku, akupun kesana-kemari mencari siapa pembunuhku itu. Dan aku telah melihat sejumlah aktivitas orang-orang yang ada di dunia itu, baik itu karakter, skill maupun cara mereka menghadapi situasi cukup membuat jantungku berdebar-debar, karena bisa dibilang kemiripan dunia ini dengan game itu 100% mirip.
Semakin aku terlarut tanpa sadar permainan berakhir dengan warga menjadi pemenangnya, setelah selesai babak lama direset dan diperbaharui dengan babak yang baru. "kau bercanda kan!?" tuturku yang tidak ingin menerima kenyataan, dengan harapan bisa kembali setelah menyelesaikan babak sebelumnya tetapi ada apa dengan babak baru ini?. Persetan dengan semuanya, aku tidak ingin memainkan game ini lagi, terutama saat kau terbunuh itu adalah hal yang lebih menyakitkan. Jika kau harus terus mengulangi babak baru tanpa akhir seperti ini, dan terus mengalami sakitnya kematian jika kau lengah, mungkin aku yang akan gila lebih dulu disini sebelum aku bisa kembali ke dunia asliku. Jika saja ini hanya mimpi aku akan sangat-sangat senang sekali, sayangnya rasa sakit kematian itu sungguhan, jadi tidak mungkin ini adalah mimpi.
Sebelum aku menjadi gila disini, aku harus menemukan caraku agar bisa kembali ke dunia asliku...
-BERSAMBUNG-