Brak!
Prang!
"Argh! Sialan! Mengapa mereka bisa mengejar gue sampai ke sini?! Sampai kapan gue harus hidup dalam pelarian? Sial, sial, sial! Lama-lama gue muak sama hidup gue sendiri."
Seorang gadis mengamuk di ruang bawah tanahnya yang awalnya rapih sekarang tampak berantakan dengan pecahan kaca memenuhi lantai. Tangannya yang terkepal erat mengeluarkan darah akibat memukul kaca dengan tangan kosong.
Mata gadis itu menggelap, tangannya meraih sebuah pecahan kaca yang besar dan mengarahkannya pada urat nadinya. Seringai terbit di bibirnya yang pucat. "Haruskah gue mengakhiri hidup yang penuh dengan kepura-puraan ini?"
Gadis itu mengangguk menanggapi ucapannya sendiri. "Yah, harusnya gue melakukan ini sejak awal. Jadi, gue enggak akan repot-repot pindah ke sana-ke mari dengan identitas baru."