Dimas mengacak-acak rambutnya. Hati dan pikirannya sekarang benar-benar kacau. Dia telah sampai lebih dulu di perusahaan dan meninggalkan Natalie di rumah sakit. Di hadapannya, ada laptop yang menyala disertai dokumen-dokumen yang kian menumpuk.
"Ugh... Harusnya aku tidak meninggalkan Nata di rumah sakit! Bagaimana jika dia tidak bisa kembali tepat waktu ke sini?" Dimas memaki dirinya sendiri yang bertindak sembrono tanpa memikirkan perasaan Natalie. Seharusnya Dimas tak hanya memikirkan perasaan dirinya sendiri, tetapi dia juga perlu menjaga perasaan Natalie.
Dimas menatap pintu ruangannya yang tertutup rapat. Dia berharap ada sosok Natalie yang membuka pintu tersebut dan menghampirinya dengan senyuman. Memikirkan sosok Natalie hanya membuat Dimas semakin gelisah.