William menyadari bahwa jantungnya berdegup kencang bukan karena merasa cemas akan Dimas, melainkan... bersemangat memikirkan kemungkinan bahwa Dimas tak akan mempersulitnya di masa depan jikalau anak laki-laki itu lenyap dari hidupnya.
William takut dengan perasaannya sendiri. Sayangnya, di sisi lain dia juga sangat ingin menikmati sensasi tersebut.
"Ugh... Sangat mengerikan!" William mendesah resah, dia benar-benar jijik dengan ekspresi yang ditampilkannya sekarang. Bahkan tanpa melihat melalui cermin, William bisa mengetahui dengan jelas bagaimana ekspresi yang terpasang di wajahnya.
Di situasi di mana harusnya dia dipenuhi kekhawatiran dan takut akan kondisi adik bungsunya, sudut bibir William justru terangkat tinggi membentuk seringai senang. Dadanya benar-benar bergemuruh dengan semangat tinggi.
"Aku... benar-benar menjijikkan."
***