William menggelengkan kepalanya tanpa menjawab pertanyaan Christian. Melihat gelengan kepala William, sudut bibir Christian terangkat dengan perasaan puas. Tangan Christian menepuk-nepuk puncak kepala William.
"Keputusan yang bijak, Liam! Jangan mengulangi hal ini lagi karena kamu harus bersiap menerima risiko akan perlawanan yang kamu berikan." Christian berbalik dan kembali duduk di kursi kerja untuk melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
William masih menangis dalam diam di tempat. Dia berjongkok sambil memegang pipinya yang berdenyut-denyut akibat tamparan keras dari ayahnya. Tangan William mengambil raport yang sebelumnya dilempar oleh Christian.
Saat dia meluruskan pandangan dan hendak berdiri, tubuhnya seketika membeku ketika matanya bertatapan dengan manik mata yang memerah dan menangis sambil menutup mulutnya.
Itu Dimas.