Adinda berada di depan pintu kamar Dito, di sampingnya terdapat Felysia yang terlihat tegang. Adinda menggenggam tangan Felysia untuk menenangkan Felysia. "Jangan takut. Dito tidak akan menyakitimu."
Felysia mengangguk, dia tahu bahwa Dito pasti tak akan menyakitinya. Tapi, tetap saja Felysia merasa gugup karena sebentar lagi berhadapan dengan Dito yang sudah lama tak memberikan kabar padanya. Biasanya Dito sering menanyakan hal-hal apa yang dilakukan oleh Felysia melalui telepon ataupun pesan. Tapi, semenjak beberapa hari yang lalu, Dito sudah tak lagi bertukar kabar dengan Felysia.
Felysia merasa ada yang hilang dari kebiasaan sehari-harinya, sehingga dia sedikit cemas dengan keadaan Dito. Jadi, untuk sekarang Felysia setuju untuk menghibur Dito yang sedang terlarut dalam kesedihan.
Adinda mengetuk pintu kamar Dito. "Sayang, ini Mama... Bisa buka pintunya?"