"Ayo cepat kat—"
Kedua netra Jeninna melotot tajam karna ternyata yang ada di sampingnya bukanlah Sera melainkan Eliza yang sedang menunduk dengan tubuh yang di penuhi dengan darah.
"AKHHHHH!" teriak Jeninna.
Seketika Jeninna berlari dengan kencang meninggalkan ruangan kelas itu, sementara Sera hanya bisa memandang dengan tatapan nanar bercampur keheranan.
"Ninna, kenapa sih?"
Sebagian teman-teman yang lain malah asyik berbisik-bisik membicarakan sikap aneh Ninna yang tiba-tiba beralari ketakutan tanpa sebab begitu.
"Kenapa dia?"
"Entalah!"
"Jadi benar dia itu depresi?"
"Aku rasa bukan depresi lagi, tapi memang sudah gila!"
"Wah, parah haha!"
"Apa mungkin ini karma? Karna selama ini dia selalu berbuat jahat kepada, Eliza!"
"Ssstt... sudah! Jangan berbicara yang tidak-tidak! Kalau sampai, Ninna atau Bu Rasty dengar kita semua bisa dalam masalah!"