Chereads / Bullying And Bloody Letters / Chapter 3 - Jatuh Dari Lantai 4

Chapter 3 - Jatuh Dari Lantai 4

Suasana sekolah yang mulai senyap. Satu-persatu semua murid mulai masuk ke dalam kelas. Terlihat mereka sudah siap mengikuti pelajaran hari ini.

Larisa baru saja masuk ke dalam kelas setelah semua temannya sudah duduk rapi di bangku masing-masing. Dia hampir saja telat hari ini, karna bangun kesiangan.

Dengan mata sembab dan wajah pucat karna kelelahan, Larisa tampak begitu kacau. Tapi dia tetap ingin mengikuti pelajaran hari ini tak peduli dengan apa pun, meski harus di bully lagi hari ini.

"Selamat pagi Larisa!" sapa Santi teman sebangkunya.

Larisa tak menyahuti sapaan Santi. Lalu dia duduk di sampingnya sambil menunduk. Sebenarnya Larisa begitu kesal dengan Santi karna perbuatannya kemarin. Namun dia tidak memiliki keberanian untuk marah atau melampiaskan kekesalannya kepada Santi.

Tak lama guru mata pelajaran pun memasuki kelas. Hari ini ulangan Matematika. Dan tentu ini adalah pelajaran yang paling di sukai oleh Larisa, dan sangat di benci oleh Santi.

Setelah soal mulai di bagikan Larisa langsung dengan semangat mengerjakannya. Sementara Santi tampak pusing dan terus menggaruk-garuk kepalanya.

Lalu dia pun berbisik kepada Larisa.

"Em ... Larisa, bisa lihat punyamu? lembar soalnya hanya pilihan ganda dan aku pasti akan cepat menyalinnya. Jadi tolong perlihatkan sekarang," bisik Santi.

Namun karna Larisa benar-benar masih kesal dengan perbuatan Santi kemarin akhirnya dia menutup rapat kertas ulangannya. Tak peduli Santi akan marah kepadanya atau dia akan mengganggunya setelah jam pelajaran selesai nanti.

Dan mendapati hal itu, Santi pun menjadi kesal. Dia mulai membentak Larisa dengan nada kasar sambil menggebrak mejanya.

Brak!

"Dasar, Manusia Planet! masih untung aku mau berteman denganmu tapi sekarang kamu malah menyebalkan begitu, brengsek!" ujar Santi yang tak sadar jika sekarang dia sedang berada di dalam kelas.

Sontak seluruh siswa dan siswa di ruang itu mulai menengok kearahnya, tak terkecuali guru matematika yang sedang mengawasinya.

Guru itu mendekat kearah Santi dan berbicara kepada Santi.

"Apanya yang brengsek?" tanya guru itu.

"Ah, ti-tidak, Bu."

"Kamu mau menyontek dengan Larisa ya?"

"Tidak Bu!"

"Jangan bohong! karna Ibu tahu jika kamu sering menyontek dengan Larisa!"

"Beneran, Bu! saya tidak menyon—"

"Berdiri di depan!"

Akhirnya hari ini Santi mendapatkan hukuman juga. Dan dia terpaksa harus berdiri di depan kelas sepanjang pelajaran.

***

Bel istirahat pun mulai berbunyi dan seluruh siswa mulai keluar kelas, tak terkecuali dengar Larisa, dia juga hendak beristirahat seperti yang lainnya. Namun tiba-tiba tangan Santi menarik tangan Larisa.

"Heh! mau kemana?!" teriaknya.

Larisa menunduk dan ingin keluar dari kelas itu. Namun tangan Santi masih memegangnya dengan kuat.

"Dasar cewek brengsek! beraninya melawanku!" teriak Santi.

Larisa tampak ketakutan dan menggelengkan kepalanya.

Dan Santi pun malah semakin murka. "Gara-gara kamu aku jadi kena hukuman dan tidak bisa mengikuti ulangan hari ini! aku tidak mau tahu pokoknya kamu harus mati hari ini juga!" ancam Santi.

Mata Santi melotot kearah Larisa, dan kedua tangannya memegang kerah baju Larisa.  Perlahan dia melepas satu tangannya lalu menampar wajah Larisa dengan keras.

Plak!

"Mampus kau! dasar Alien!"

Duak!

Santi menendang Larisa hingga terjatuh, dan kepalanya terbentur ke lantai.  Masih tak puas dengan hal itu, Santi pun menarik dan menjambak-jambak rambut Larisa, hingga rontok beberapa helai.

Suasana kelas yang begitu sepi membuat tak ada satu pun siswa maupun siswi yang memisahkan mereka berdua.

Dan di saat itu tiba-tiba sebuah bangku melayang menghantam tepat kearah kepala Santi.

Duak!

"Akh! sakit!" teriak Santi sambil memegang kepalanya yang terkena bangku itu.

Santi melihat sekeliling kelas, dia mulai bingung dengan tiba-tiba adanya lemparan bangku itu.

Karna tak ada satu orang pun yang ada di situ kecuali dirinya dan Larisa.

Lalu tiba-tiba papan tulis yang ada di hadapannya pun terjatuh dan menimpanya. Untungnya Santi berhasil menyingkir, namun papan tulis itu masih mengenai bagian lengan tangannya hingga terdapat luka memar dan goresan di tangan Santi.

Santi merasa sangat kesakitan kepalanya berkunang-kunang. Lalu dia melihat di hadapannya, ada gadis berseragam sekolah sepertinya. Namun dengan versi yang sedikit berbeda. Terlihat seragam itu, seperti seragam yang di pakai oleh ibu dan ayahnya dahulu. Karna dulunya kedua orang tuanya juga pernah bersekolah di sini. Artinya gadis itu seangkatan dengan orang tuanya.

Santi pun merasa ketakutan karna wajah gadis itu juga terlihat pucat dan berlumur darah. Bola matanya berwarna hitam seluruhnya. Terlihat jelas jika gadis itu bukanlah seorang gadis biasa, melainkan dia adalah hantu penghuni sekolah yang sejak lama terdengar dan menjadi sebuah mitos di sekolah itu.

Konon beberapa siswa pernah melihat penampakan hantu gadis berseragam sekolah yang berlumuran darah itu.

Namun selama ini Santi tak pernah percaya dengan mitos itu.

Dan sekarang Santi benar-benar melihatnya.

Santi pun lari terbirit-birit. Namun hantu gadis berseragam sekolah dan penuh darah itu terus mengejarnya. Tak ada yang bisa melihatnya, dan hanya dia sendiri yang bisa melihatnya saat ini.

Sehingga orang-orang yang melihat Santi yang tengah berlari itu, menganggapnya aneh.

Namun Santi tak mempedulikannya, dia terus berlari dan menuju lantai atas untuk mencari tempat bersembunyi dan meminta pertolongan kepada siapa pun yang ada di sana, tapi tak ada yang peduli, karna mereka tak melihat apa yang tengah di lihat oleh Santi.

"Tolong jangan kejar aku! pergi! pergi!" teriak Santi. Namun hantu itu tak mau pergi.

Akhirnya Santi berlari kearah perpustakaan berharap di sana ada orang yang melihat hantu yang mengejarnya itu. Dan berharap ada yang membantunya namun sayangnya, tak ada yang melihatnya. Santi kembali di abaikan hingga dia merasa frustasi dan teriak sejadi-jadinya diatas balkon sekolah.

"PERGI!"

Akhirnya hantu itu pun lenyap dari hadapannya, dan semua orang melihatnya dengan tatapan aneh dan keheranan.

Namun meskipun begitu Santi merasa lega, karna akhirnya Siswi berdarah itu hilang dari hadapannya.

"Hah! syukurlah!" ucap Santi lega.

"Dia itu kenapa ya?"

"Entah, dia berlari dari lantai satu sampai lantai atas sambil teriak-teriak."

"Apa!?"

"Iya benar!"

"Sayang sekali padahal dia cewek populer yang terkenal paling cantik di kelas IPA A bukan?"

"Iya benar! tapi  ternyata dia cuman cewek gila!"

"Haha!"

Santi tak peduli  semua orang telah mengatainya, gila, aneh atau apa pun. Yang terpenting baginya saat ini adalah, siswi berdarah itu sudah hilang.

Tapi setelah menengok ke belakang tiba-tiba ada tangan yang menarik rambutnya.

Santi menjerit kesakitan, dan tarikan tangan itu pun semakin kuat, hingga tubuh Santi sampai terbawa keluar balkon dan Santi pun terjun bebas dari lantai 4 gedung sekolahan.

Sontak seluruh siswa dan siswi langsung berteriak histeris Karna melihatnya. Tubuh Santi melayang dengan kepala terlebih dahulu yang mendarat di lantai bawah sekolahan.

Sebuah pemandangan menyeramkan. Karna Santi pun tewas seketika dengan kepala pecah dan otak berhamburan.

To be continued