Kalian tahu bagaimana rasanya menjadi adik dari seorang psychopath berdarah dingin? Ah! Rasanya itu tidak menyenangkan sama sekali,terlebih lagi jika kalian harus melihat pembunuhan secara langsung dengan mata kepala kalian sendiri,itu sangat menjijikan. Sungguh!
Oh ya,kakak ku itu sangat membenci kedua orang tua kami sendiri,terlebih lagi ayah. Ayah lah yang menyebabkan kak Gilbran menjadi seorang psychopath berdarah dingin. Dulu, sebelum Ayah mati,Ayah selalu memukul dan menampar kak Gilbran tanpa alasan yang jelas. Terkadang aku juga sering terkena tamparan Ayah,tapi untungnya kak Gilbran selalu menolongku.
Tapi kini Ayahku sudah tidak ada, dan penyebabnya adalah ulah dari kakak ku sendiri. Hebat bukan?
Flashback on
"Kenapa kau selalu membunuh orang yang tidak bersalah sama sekali,Gilbran?!"tanya Ayah dengan emosi.
Saat itu kakak ku membunuh seorang wanita yang berprofesi sebagai seorang jalang.
Kak Gilbran tersenyum manis,itu adalah senyuman kematian bagi siapa saja yang melihatnya. "Aku hanya ingin bermain,"jawabnya dengan santai.
Rahang Ayah mengeras seketika,dengan kekuatan penuh, ia langsung saja menampar kak Gilbran.
"ANAK KURANG AJAR,SIAPA YANG MENGAJARKANMU UNTUK MENJADI SEORANG PEMBUNUH SEPERTI INI,HAH!"bentak Ayah dengan penuh emosi.
"Tidak ada,aku hanya ingin membantu tuhan,"balas kakak ku.
"Tapi perbuatan mu ini salah besar Gilbran,kau tidak boleh membunuh orang sembarangan. Ayah sangat tidak suka dengan caramu yang seperti ini,"ucapĀ dengan nada yang mulai menghalus secara perlahan.
"KAU BUKAN AYAHKU!"sentak kak Gilbran.
Ayah menatap kak Gilbran dengan tatapan tajamnya. "Saya Ayahmu, Ayah kandungmu,"balas ayah.
"Mana ada Ayah yang tega untuk menyiksa darah dagingnya sendiri,"cibir kak Gilbran sembari tersenyum meremehkan.
"Ayah menyiksamu karena kamu selalu membunuh orang yang tidak bersalah,Gilbran!"balas Ayah.
"Sudah kubilang bukan,aku hanya membantu pekerjaan tuhan,"balas kak Gilbran yang membuat rahang Ayah mengeras seketika.
"TERSERAH KAU SAJA ANAK PEMBAWA SIAL! SAAT INI JUGA SAYA TIDAK AKAN MENGURUSMU LAGI!"bentak Ayah yang sudah tidak kuat lagi untuk berdebat.
kak Gilbran memandang Ayah dengan tatapan tajamnya. Perlahan,kak Gilbran berjalan menuju kearah Ayah,setelah sampai dihadapan Ayah,kak Gilbran membisikkan sesuatu yang membuat tubuh Ayah menegang ditempat.
Setelah semuanya selesai kak Gilbran pergi kearah kamarnya dan meninggalkan Ayah yang masih menegang ditempatnya. Jujur,aku tidak tau apa kalimat yang dibisikan kak Gilbran kepada Ayah. Karena tidak mau terlalu ambil pusing,akupun ikut masuk kedalam kamarku dan kemudian tertidur pulas.
Keesokan harinya aku bangun agak pagi. Tanpa berlama-lama lagi akupun pergi kedalam wc untuk membasuh muka ku,lalu setelah itu turun kearah meja makan.
"pagi kak,"sapaku kearah kak Gilbran sedang sibuk menyiapkan makanan.
kakak ku ini sangat lihai dalam hal memasak.Buktinya saja saat ini ia memasak ikan,daging, dan kepiting untuk kita makan. Enak-enak semua bukan?
"pagi,dek!"balas kak Gilbran.
Saat ini aku mencoba mengedarkan arah pandanganku kearah seluruh penjuru rumah,tapi tetap saja nihil aku tidak menemukan dimana keberadaan Ayahku.
"Kakak,Ayah dimana? Tak biasanya Ayah tidak ikut makan bersama kita,"tanyaku sambil memakan daging yang dimasak oleh kakak ku tadi.
Kakak ku membalasnya hanya dengan senyuman manis,kemudian ia melirik kearah daging yang tadi aku makan.
"Apa daging itu enak?"tanyanya yang sepertinya sedang mengalihkan pembicaraan.
Aku mengangguk pasti. Memang benar daging yang dimasak oleh kakak ku ini benar-benar enak. Rasanya aku ingin menghabiskan semua makanan ini saja.
Kakak ku tersenyum manis kearahku. "Asal kamu tau dek,daging yang saat ini kamu makan itu adalah daging Ayah. Bagimana rasanya enak bukan?!"
See you next part, Babai.