"Hah... kukira ini akan menarik." Si Iblis berkata dengan angkuh. Wajah tanpa matanya melihat sekeliling. Mansion itu telah hancur beserta seluruh penghuninya. Mulai dari keluarga Videlltta sampai ke pelayan-pelayannya. Tidak ada yang tersisa dari mereka kecuali seorang anak yang berhasil lolos berkat bantuan Ayahnya.
"Menurut ramalan, seorang bocah dari keluarga Ayam perak akan membawa kehancuran kepada bangsa Iblis. Ayam perak adalah simbol keluarga Videlltta. Aku sudah menghancurkan semuanya kecuali satu. Anak itu sungguh beruntung. Dia berhasil lolos karena orang payah ini. Seharusnya aku menyiksanya saja dulu sebelum membunuhnya." Si Iblis melihat ke arah mayat Tuan Doglas. Ada ekspresi kesal yang tercetak pada bentuk mulutnya. Dia lalu melempar mayat itu ke sembarang tempat.
"Tapi biarlah. Cepat atau lambat aku akan menemukannya. Saat itu terjadi, maka Raja Iblis akan memberikan hadiah itu padaku, Hiehehehehe." Si Iblis terkekeh keras. "Aku akan menemukanmu teman kecil. Walau harus mencari ke ujung dunia sekalipun kau tidak akan lepas dari cengkramanku!"
"Jangan buang waktumu. Itu tidak perlu."
Suara itu membuat si Iblis menoleh. Ketika dia berbalik, seringai kembali menghiasi wajahnya.
Reynold berdiri di ambang pintu keluar yang sudah hancur. Penampilannya telah berbeda dari yang sebelumnya. Selain itu aura yang memancar dari tubuhnya terasa sangat lain. Lebih padat dan kuat. Tapi sang Iblis tidak gentar. Ada hadiah besar yang menunggunya. Mustahil dia melewatkan kesempatan bagus ini. Apalagi mangsanya itu datang dengan sendirinya.
"Wah wah wah, lihat siapa yang datang? kau sungguh bodoh kau tahu itu?" Kata si Iblis. "Disaat Ayahmu rela mengorbankan dirinya hanya untuk menjauhkanmu dariku, kau malah dengan bodohnya datang kemari untuk mengantar nyawa. Apa kau ingin sama seperti keluargamu yang lain?" Ejek si Iblis.
Reynold diam menanggapi ejekan si Iblis.
"Kau pasti sangat takut hingga terpaku seperti itu. Sungguh kasihan. Tenang saja aku tahu kau sangat ingin bergabung bersama mereka. Bagaimana jika kau terus diam seperti itu agar kematianmu tidak menyakitkan? ini akan memberiku kemudahan dalam---"
BUAK!
Tahu-tahu Reynold sudah berpindah tempat dan menghantam kepala si Iblis dengan kaki berselimut besi. Bunyi berdentang terdengar nyaring bersamaan dengan suara retakan hebat. Si Iblis jungkir balik di udara kemudian jatuh menghantam tanah.
Belum cukup sampai di situ, beberapa puing bangunan melayang disekitar Reynold. Puing-puing yang terdiri dari berbagai ukuran itu berubah bentuk menjadi stalagmit tajam nan runcing. Reynold mengepalkan satu tangan keras. Seketika Stalagmit yang tadinya melayang, langsung melesat cepat menuju ke arah Iblis tersebut.
Si Iblis terhuyung-huyung. Dia terbangun dengan kepala yang penyok. Rasa sakit melanda bagian itu sangat parah. Beberapa kali keseimbangannya goyah dan membuat dirinya terjatuh ke lantai. Semua terjadi dengan sangat cepat. Dia tidak menyadari serangan itu datang. Padahal saat pertama mereka bertemu, Si Iblis berhasil dengan mudah menghindari serangan seperti tadi. Apa yang terjadi? begitulah isi pikirannya.
Tapi belum selesai otaknya memproses, puluhan stalagmit lancip berbeda ukuran melesat cepat ke arahnya. Terlambat bagi si Iblis, stalagmit-stalagmit itu berhasil mengenai dirinya. Semua stalagmit itu menancap di seluruh tubuhnya hingga tembus. Kecuali bagian kepala karena hanya bagian itu yang tidak terkena stalagmit.
Si Iblis tidak bisa bergerak. Rasanya memang tidak sakit, namun entah kenapa beban stalagmit itu sangat berat. Ini aneh untuknya karena dia punya kekuatan super. Stalagmit seperti ini seharusnya bisa di angkat dengan sangat mudah. Tapi beban yang dirasakan seperti beban dari sebongkah gunung yang besar. Bahkan untuk menggerakkan sedikit tangan saja dia kesulitan.
"Apa-apaan batu ini? a-aku tidak bisa mengangkatnya." Katanya.
Dia memperhatikan lagi Stalagmit itu. Ada sesuatu yang tidak beres di sana. Di sekujur badan stalagmit terdapat lapisan hitam yang menyelimutinya. Dia tidak tahu lapisan apa itu. Tapi dari baunya, dia bisa menebak jika lapisan itu adalah sebuah besi.
"Besi? hei bocah brengsek! Apa yang kau lakukan pada batu ini?" Tanyanya.
"Stronium, besi terkuat di Alam semesta. Mempunyai ketahanan yang luar biasa dari segala hal. Tidak bisa hancur meski di lebur dalam suhu 1.000.000°C. Tapi besi ini sangat ringan dan bisa diangkat hanya dengan satu tangan." Jelas Reynold.
"Lalu kenapa...."
"Alasan kau tidak bisa bergerak adalah karena aku sudah mengubah massa besi itu. Stronium mempunyai struktur elemen yang tidak terlalu kompleks sehingga mudah untuk mengubahnya. Aku hanya perlu mengubah susunan informasi dari massa itu sebanyak 1.000.000 kali lipat. Itu berarti massa besinya sekarang adalah 12.898.320.334.244.080 kg. Kau beruntung mempunyai kekuatan super. Karena jika tidak, kau akan langsung berubah menjadi cairan." Jelas anak itu lagi.
"Dengan berat seperti itu, kenapa aku tidak...."
"Aku datang dengan persiapan. Seluruh planet ini, seluruh makhluk di dunia ini, aku sudah mengubah massa mereka agar tidak terjadi kekacauan. Kecuali dirimu." Kata Reynold sembari menunjuk si Iblis.
Si Iblis menggertakkan gigi kesal. "Dasar bocah sombong! Kau pikir dengan serangan murahan ini bisa menghentikanku!? Akan aku tunjukkan kekuatan Jendral Raja Iblis yang sebenarnya!" Dia membuka mulutnya lebar-lebar seperti sebuah koper. Percikan energi muncul dan berkumpul di depan mulut si Iblis. Perlahan tapi pasti energi itu membentuk sebuah bola yang mempunyai kepadatan luar biasa. Bahkan tekanannya sanggup menciptakan sebuah gempa.
"Ini akan membuatmu menyadari kekuatan yang sesungguhnya!" Seru si Iblis dengan seringai seramnya.
"Benarkah?"
Tanpa di duga Reynold sudah ada di hadapan si Iblis menggunakan teleportasi. Si Iblis yang terkejut hanya bisa melihat kala Reynold mendorong masuk bola itu ke dalam mulutnya. Membuat dirinya menggelembung seperti balon. Mereka berdua kemudian melakukan teleportasi kilat dan langsung berpindah ke atas angkasa. Di ketinggian lebih dari 1000 meter di bawah permukaan laut. Di mana di bawah mereka terdapat kumpulan awan yang melayang dengan tenang.
Bingung sekaligus terkejut, si Iblis yang dipegangi Reynold menatap anak itu dengan ketakutan memenuhi dirinya. Dia tidak bisa bergerak ataupun lepas dari cengkraman Reynold. Si Iblis benar-benar sudah tamat.
"Sombong hanya diperuntukkan bagi mereka yang mempunyai kekuatan besar. Mungkin bagi mereka kau yang mempunyai itu, tapi bagiku kau tak lebih dari seekor semut."
Cahaya terang menyorot dari semua bagian tubuh si Iblis bagai sinar senter. Meski saat itu matahari berada tepat di atas mereka, tapi cahaya yang menyorot tajam bisa dilihat walau dengan mata telanjang.
"Ini sebagai pelajaran untukmu. Lain kali jika ingin membunuh seseorang, pelajari dulu mereka. Tapi sepertinya itu tidak mungkin karena sebentar lagi kau akan mati."
Cahaya menyorot semakin terang. Bunyi berdenging terdengar nyaring di telinga. Suara tidak jelas keluar dari mulut Iblis malang itu. Seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak bisa lantaran Reynold mencengkram wajah beserta mulutnya.
"Selamat tinggal Jendral Iblis Dfemeo. Oh dan jika Kau takut kesepian, maka kau tenang saja...," Reynold mendadak menyeringai menyeramkan, "..., seluruh rasmu akan segera bergabung denganmu."
Begitulah bagaimana cahaya yang menyorot terang berubah menjadi bola api yang terus membesar setiap detiknya. Bunyi dentuman keras terdengar hingga ribuan kilometer jauhnya. Gelombang kejut dari ledakan itu menyapu awan sehingga daratan di bagian bawahnya terlihat dengan jelas. Orang-orang di bawah melihat ke atas mereka. Cerita demi cerita bergulir dan terbawa angin. Tentang bagaimana mereka melihat sebuah matahari kedua yang bersinar lebih terang daripada yang lain.
****
Mansion Videlltta masih hancur saat Reynold kembali ke sana. Dia menatap kosong ke arah Mayat-mayat keluarganya. "Tenang saja semuanya. Aku akan mengembalikan keadaan seperti semua." Ucapnya.
Kedua tangan Reynold di angkat setengah. Puing-puing melayang bersamaan dengan gerakan tangannya. Mereka bergerak dan menyatu membentuk kembali mansion yang hancur. Setiap bagian tidak terlewat. Dalam beberapa detik saja, mansion itu kembali seperti semula. Lengkap dengan perabotannya sekaligus. Reynold juga memperbaiki taman dan kolam air itu. Memperbaruinya sehingga tampak lebih indah dari sebelumnya.
Mansion sudah kembali berdiri beserta taman dan kolamnya. Sekarang tinggal mengurus mayat-mayat itu. Tidak, Reynold tidak berencana mengubur mereka. Tapi untuk menghidupkan mereka kembali. Dia bisa melakukan itu. Itu adalah hal yang mudah baginya.
Reynold kembali mengangkat setengah kedua tangannya. Cahaya hijau menyelimuti mayat-mayat itu. Entah itu yang di dalam Mansion atau di luar. Semua luka, mau itu luka dalam ataupun fisik, yang ada di tubuh mereka perlahan menghilang seperti memang tidak ada di sana sebelumnya. Bahkan luka berlubang pada tubuh Stella dan Mia perlahan menutup.
Setelah semua luka yang ada pada tubuh mereka menghilang, Reynold menjentikkan jarinya secara bersamaan. Cahaya hijau tiba-tiba semakin bertambah terang dan terang. Lalu menghilang tak berbekas. Reynold menunggu dalam diam. Matanya yang bercahaya menatap ke arah mereka satu per satu. Pertama dia merasa cemas. Dia takut jika cara ini tidak berhasil. Namun kecemasannya segera berubah saat melihat mereka mengeluh pelan dan menunjukkan tanda-tanda pergerakan.
"Uuhh..., ap... apa yang terjadi?" Tuan Doglas yang pertama bangun. Dia memegangi kepalanya yang terasa sakit. Di sisi lain Teressa serta Nyonya Gulma juga bangkit. Diikuti oleh Nolan, Stella, Nila dan Mila, Mia, Albert, lalu pada akhirnya semua orang kembali hidup.
Semua orang nampak bingung. Mereka tidak tahu apa yang terjadi. Kecuali untuk Reynold yang telah jatuh terduduk karena kelelahan. Meski begitu dia masih sempat untuk menyunggingkan sebuah senyuman. Bentuk kepuasan karena sudah berhasil melaksanakan janjinya. Kini jika dia mau pingsan sekalipun itu tidak masalah. Lagipula seluruh energinya benar-benar sudah terkuras habis. Membangkitkan orang yang mati memang membutuhkan energi yang tidak sedikit. Untung saja kekuatannya sebagai Mutan Superior masih ada. Jika tidak, dia pasti sudah mati sekarang.
"Apa yang--- Ah! Iblis itu! Di mana dia?!" Tiba-tiba Stella yang masih baru bangkit dari kematiannya langsung panik.
"STELLA!" Sebuah suara seruan mengalihkan perhatian wanita itu. Secara mendadak, Nyonya Gulma memeluk anaknya dengan haru. "Syukurlah kau masih hidup. Ibu kira Ibu akan kehilanganmu."
"Uwaa... Kak Stella! Teressa pikir Kakak udah enggak ada." Teressa ikut serta.
Stella menatap bingung. "Udah enggak ada? maksud kalian apa?"
Seketika wanita itu segera tersadar. Dia melepaskan pelukan Ibunya dan memandang ke arah perutnya. Di mana terdapat sebuah luka menganga yang menyebabkan dirinya mati bersama dengan Mia. Namun saat dilihat tidak ada bekas apapun. Seharusnya luka parah itu ada di sana. Sebagai bukti, pakaian yang dia kenakan dalam keadaan berlubang cukup besar. Dan posisinya berada tepat di bagian yang sama dengan luka yang dialami wanita itu. Stella seketika bingung.
"Ibu, Stella, Teressa!" Nolan berseru dan menarik perhatian ketiga orang itu. Dengan tangan terbuka, lelaki itu memeluk mereka semua. "Untunglah kalian selamat."
""Kakak, Ibu!"" Mila dan Nila juga datang ke arah mereka dengan berlari. Kedua gadis itu menghampiri mereka berempat dan segera melompat memeluk mereka.
"Kami pikir...."
"Kalian sudah...."
"Tiada...."
"Kami berdua...."
"Sangat...."
"Takut...."
Mereka berbicara bergantian seperti permainan sambung kata. Nyonya Gulma tertawa kecil mendengarnya dan lalu kembali memeluk mereka.
"Yang terpenting kita semua selamat." Katanya. Mata Nyonya Gulma lalu melebar kala menangkap sosok Tuan Doglas. "Sayang!"
Panggilan Nyonya Gulma di dengar oleh yang bersangkutan. Tuan Doglas menoleh dan langsung menghampiri isterinya itu. Semakin lama, kakinya semakin cepat. Lalu saat pria itu sampai di sana, dia segera memeluk wanita itu erat. Tidak ada kata-kata yang diucapkan. Hanya pelukan erat seperti habis terpisah selama bertahun-tahun.
Nyonya Gulma bisa merasakan tubuh suaminya bergetar. Tangannya mengelus pelan punggung pria itu. Berusaha menenangkannya. Meski suaminya terlihat kuat dan tegas, namun ada sisi lemah yang tertanam di dirinya. Jika dia sampai bertingkah seperti itu, maka dia sudah melihat hal yang tidak ingin dilihat.
"Oh ya Reynold!" Tiba-tiba Tuan Doglas melepas pelukannya. "Aku harus menjemputnya dan mengatakan jika semua telah baik-baik saja."
"Itu tidak perlu, Yah." Reynold berjalan terpincang ke arah kedua orang tuanya. "Aku ada di sini." Ucapnya sembari tersenyum.
"Reynold! K-kau tidak apa-apa?" Tanya pria itu. Tapi kemudian ekspresinya berubah bingung. "B-bagaimana kau bisa ada di sini? dan kenapa dengan kedua tanganmu? ada tato aneh di sana. Lalu di mana Iblis itu?" Cecar Tuan Doglas.
"Se... semua sudah selesai..., Yah." Kata Reynold terbata-bata.
"Rey, kau terlihat lelah. Ada apa?"
Semua keluarganya mendekat. Melihat bocah berusia belasan tahun itu dengan ekspresi khawatir. Terutama kedua orang tuanya. Mereka sangat cemas.
Seakan menyadari sesuatu, mata Tuan Doglas membelalak dan ekspresinya seketika berubah. "Rey..., kau jangan-jangan...."
Reynold mencoba berusaha tersenyum untuk terakhir kalinya sampai semua darah hitam yang menyembur keluar dari mata, hidung, mulut, dan telinga mengubah semua itu. Semua orang terkejut bukan kepalang. Reynold jatuh limbung ke lantai. Tubuhnya kejang-kejang dan suhu tubuhnya menurun drastis.
Tuan Doglas berteriak memanggil pelayan. Nolan juga melakukan hal sama sementara kelima saudaranya serta Ibunya berteriak memanggil nama anak itu.
Pandangan Reynold yang kabur menangkap bayangan seluruh keluarganya yang panik. Pandangan itu masih bertahan beberapa detik hingga akhirnya berubah menjadi gelap total.
Bersambung....