Chereads / Suami Laknat / Chapter 2 - Lucknut 2

Chapter 2 - Lucknut 2

Dhena Malinda Prawira. Pengajar mata pelajaran bidang studi Bahasa Indonesia di dua lembaga pendidikan ternama. STM Bintang Muda dan SMKN 89. Sementara Rayan Justino, SE. Seorang pedagang busana muslim yang cukup sukses. Dia telah memiliki dua ruko yang cukup representatif di kawasan pertokoan elite di kota Bogor.

Saat pertama kenal dengan Dhena, Rayan hanyalah seorang pedagang kaki lima. Sedangkan Dhena baru diangkat menjadi Aparatur Sipil Negera. Seujung kuku pun Rayan tak pernah menduga akan menjadi suami Dhena.

Rayan sangat sadar diri karena dia terlahir dari keluarga yang sederhana. Anak ke tiga dari lima bersaudara. Hampir seluruh keluarga besarnya menetap di Padang dan bermata pencaharian sebagai pedagang kaki lima.

Dhena putri bungsu seorang mantan direktur salah satu BUMN ternama di negeri ini. Dia satu-satunya anak perempuan dalam keluarganya. Dan satu-satunya pula yang dianggap paling nyeleneh karena memilih profesi sebagai Umar Bakri.

Sebenarnya Dhena memang sudah nyeleneh dari kecil. Dia tumbuh menjadi gadis yang sangat tomboy. Mungkin karena sehari-hari dikelilingi ketiga kakaknya yang semuanya laki-laki.

Status sosial keluarga Dhena dan Rayan bagai bumi dan langit. Pernikahan mereka nyaris gagal karena hal itu. Namun jodoh dan takdir yang digariskan oleh Yang Maha Kuasa, tak bisa ditentang oleh siapapun.

Walau dengan sangat berat hati, Pak Abdullah, istri dan ketiga anak lelaki, kakak-kakaknya Dhena akhirnya merestui pernikahan itu. Saat itulah Dhena mengucapkan sumpah dan janji dihadapan keluarga besarnya bahwa dia akan bertanggung jawab atas pilihannya dan tetap setia dengan Rayan sampai akhir hayat.

Pertimbangan lain yang membuat keluarga Abdullah merestui pernikahan Dhena, karena mereka sedikit jengah dengan isyu tak sedap yang menjudge Dhena sebagai wanita yang memiliki orientasi seks menyimpang. Pernikahan Dhena dengan Rayan salah satu jawaban dan upaya membungkam pada penggibah itu.

Kehidupan rumah tangga Dhena dan Rayan, berjalan nyaris sempurna. Pada ulang tahun pernikahan yang pertama, orang tua Dhena memberikan hadiah rumah. Tahun berikutnya hadiahnya sebuah mobil.

Pada ulang tahun pernikahan yang ketiga, Rayan sudah menempati dua unit ruko yang sangat representatif di sebuah kawasan pertokoan elite. Tentu saja berkat sokongan modal dari mertuanya.

Rayan sangat menyadari jika istrinya begitu dimanjakan oleh keluarganya. Dan Rayan bukanlah lelaki bodoh yang tidak bisa memanfaatkan peluang emas itu. Dia pun begitu pandai membeli hati keluarga istrinya hingga nilainya nyaris sempurna sebagai menantu idaman.

Pada tahun ketiga pula, Dhena dan Rayan kembali membeli rumah yang jauh lebih besar dan megah dari rumah hadiah dari orang tuanya. Rumah pemberian orang tuanya, telah direncana untuk disewakan. Mereka tak berniat untuk menjualnya, selain sebagai kenangan-kenangan, rumah tersebut dijadikan tabungan investasi.

Namun sayang seribu kali sayang. Pada akhir tahun ketiga perkawinan mereka, badai yang sangat dahsyat datang melanda. Rayan tak kuat menahan godaan dan Dhena pun hanya pasrah merelakan suaminya menikah lagi.

Rayan sangat mengidam-idamkan hadirnya anak dalam keluarga. Sementara Dhena belum mampu memberikan apa yang Rayan inginkan.

Tak seorang pun dari keluarga Dhena yang mengetahui jika Rayan berpoligami. Bahkan rumah yang semula akan disewakan, terpaksa Dhena relakan untuk ditempati Rayan dengan istri barunya.

Awal tahun keempat hubungan Dhena dengan Rayan mulai tak harmonis lagi. Setiap hari nyaris selalu dihiasi perselisihan walau tidak sampai bertengkar. Rayan mulai berlaku tidak adil dan Dhena pun sudah tidak memiliki semangat lagi untuk membesarkan usaha Rayan.

Waktu terus berlalu dan perubahan itu semakin nyata. Rayan yang telah menjadi juragan busana muslim berkelas, mulai lupa diri. Lalai dengan kewajibannya memberikan nafkah lahir dan batin pada kedua istrinya secara adil. Dia terlalu sibuk dan asyik dengan usaha dan keluarga barunya.

Elisa, istri muda Rayan yang dulu sebagai pelayan tokonya, berubah tabiat dan perilaku setelah menjadi Nyonya Rayan. Dengan dalih bisa memberikan keturunan pada Rayan, dia menjadi sangat arogan, mendominasi dan memposisikan diri sebagai nyonya besar.

Dalam beberapa kesempatan ucapan Elisa sama sekali tak pernah mengindahkan apalagi menghargai perasaan Dhena, selaku istri tua suaminya. Dia sering menyerang madunya dengan kata-kata yang sangat menusuk dan memojokkan Dhena sebagai istri benalu dan wanita mandul.

Dhena yang sudah hilang kesabaran dan simpatinya, hanya bersikap cuek dan tak peduli dengan apa yang dilakukan suami serta istri mudanya. Termasuk saat Rayan hanya diizinkan satu malam saja menginap di rumah Dhena dalam seminggu. Rayan benar-benar dibatasi dalam memberikan nafkah lahir batin pada istri tuanya.

Namun demikian, Dhena tak pernah punya masalah dalam memenuhi segala kebutuhannya. Dia tidak pernah kekurangan uang, bahkan bisa disebut berlebih.

Selain memiliki gaji dari dua sekolah tempatnya mengajar, ia juga rajin menanam investasi di beberapa perusahaan yang dikelola saudara dan sahabatnya. Warisan dari orang tuanya pun lebih dari cukup untuk hidup Dhena andaipun dia tidak bekerja.

Kehangatan. Hanya itu yang Dhena rasakan kurang dalam setahun terakhir ini. dia benar-benar kesepian karena hampir tiap malam ditinggal sendirian di rumahnya megah besar dan megah.

Dhena memang memiliki teman Bi Arnah yang jadi orang asisten rumah tangganya sejak pertama dia menikah dengan Rayan. Namun wanita beranak tiga itu tidak tinggal bersama, dia hanya bekerja di rumah Dhena dari jam 5 pagi sampai jam 4 sore. Sejatinya Dhena memang relatif tak terlalu membutuhkan ART.

Ketika Rayan mengusulkan Rafly, keponakan suaminya itu untuk menemani dan tinggal bersama Dhena sampai dia lulus SMA.

Rafly Ahmad Solihin, kelas dua belas SMA Negeri 21. Remaja berusia 18 tahun anak sulung pasangan almarhum Zaenal Abidin dan Rosdiah Hartati, kakak kedua Rayan. Zaenal Abidin meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas saat bis antar provinsi yang dikendarainya mengalami kecelakaan ketika Rafly masih duduk di kelas satu SMA dan Raynita anak perempuannya berusia 12 tahun.

Setelah dua tahun menjanda, Rosdiah menikah kembali dengan lelaki berusia 45 tahun. Teman kerja almarhum suaminya sesama sopir bus antar provinsi yang kebetulan masih satu kampung di daerah Padang.

Rosdiah ikut suami barunya menetap di Padang dan Reynita pun diajaknya. Sementara Rafly tetap tinggal di Bogor ikut dengan Dhena sampai lulus SMA yang hanya tinggal beberapa bulan lagi.

Namun setelah lulus SMA, Rafly berubah pikiran. Dia memutuskan untuk tetap tinggal di Bogor dan berencana mencari pekerjaan agar tahun depan bisa melanjutkan kuliah sambil bekerja.

Sebenarnya Dhena sudah meminta Rafly untuk melanjutkan kuliah tahun itu. Dia yang sudah menganggap Rafly sebagai anak angkatnya bersedia membiayai kuliahnya. Namun Rafly tetap bersikukuh ingin kuliah dengan biaya sendiri. Sebagai batu loncatan Rafly pun bekerja di toko busana pamannya.

Rafly bukan remaja biasa. Dia dianugerahi paras yang tampan, kulit putih bersih, mata tajam, hidung mancung serta postur tubuh tegap proporsional. Dalam segala suasana Rafly selalu sukses membuat banyak mata sedikit berpaling untuk menikmati dan mengagumi indahnya ciptaan Tuhan. Sehingga dia sangat cocok kerja di toko busana, sebagai pemikat calon pembeli yang kebanyakan ibu-ibu muda.

Ketampanan Rafly diwariskan dari almarhum bapaknya, sementara postur tubuhnya yang tinggi tegap, warisan dari kakek garis keturunan ibu. Perawakan Rafly hampir sama dan sebangun dengan Rayan, walau usia mereka selisih hampir 15 tahun.

Ketika masih berstatus pelajar, Rafly pun termasuk siswa yang cerdas dan selalu berada di jajaran top five. Kepribadiannya yang kalem dengan jiwa kepemimpinan yang menonjol telah sukses mengantarnya menjadi Ketua OSIS.

Ciri khas yang sangat melekat dengan diri Rafly ialah dia senantiasa menjaga kebersihan, kerapihan penampilannya. Terutama jika sekolah. Tak heran dia juga menjadi salah satu siswa most wanted di sekolahnya.

Dhena sangat beruntung dan bersyukur dengan kehadirannya Rafly di rumahnya Selain bisa membunuh sepi dan ada teman ngobrol terutama jika malam hari. Dia juga merasa memiliki pembantu baru karena Rafly sangat rajin merawat dan menjaga kebersihan rumah dan halaman tanpa diperintah.

Disela-sela kesibukannya bekerja di toko, Rafly pun tetap menyempatkan diri mengantar dan menjemput Dhena kerja. Termasuk mengantarnya ketika Dhena pulang ke rumah orang tuanya di Bandung. Rafly lebih akrab dengan keluarga Dhena dibandingkan Rayan. Namun demikian status Rayan yang sudah beristri dua, tetap terjaga.

Dengan sikap Rafly yang sangat mengesankan, sangat wajar jika Dhena melimpahkan kasih sayangnya. Sudah dianggap adiknya sendiri atau setidaknya anak angkat. Rafly menjelma menjadi seorang pemuda tampan yang kekinian. Uang jajan dan segala kebutuhannya dicukupi Dhena dengan sangat baik. Gajinya dari toko bahkan selalu dia dikirimkan pada mamanya di kampung.

Setelah anak kedua Elisa lahir, Rayan semakin sibuk dan fokus dengan keluarganya. Yang tadinya seminggu sekali, kini hanya dua minggu sekali bahkan pernah hampir sebulan Rayan tak pulang ke rumah Dhena. Dan saat itu pula Rayan meminta Rafly untuk fokus menjadi pengawal sekaligus sopir pribadi Dhena.

^^^