Chereads / Raja Kecil / Chapter 33 - Antara Mukjizat Dan Kebal

Chapter 33 - Antara Mukjizat Dan Kebal

Apa pun penjelasan yang diberikan si prajurit senior untuk si prajurit baru, semuanya tidak berarti apa-apa. Bagi si prajurit baru yang utama adalah menjalankan misinya dari Sultan Abdul Jalil IV. Mencari Panglima Madi dan anak keturunan Sultan Mahmud Syah II.

Terlebih lagi anak berkulit putih itu sepertinya anak yang sama dengan yang pernah di gendong Madi di pelabuhan Kota Tinggi. Meski memakai baju lusuh, wajahnya tidak begitu diingat, namun umur dan warna kulitnya sama persis.

'Apa yang harus dilakukan? Kalau menyerang langsung akan memicu perang terbuka dengan Datuk Laksamana yang memiliki banyak pengaruh dan armada kapal perangnya bisa menghancurkan Kota Tinggi dengan sekali serangan!'

Si prajurit baru memutar otak secepatnya sebelum kehilangan jejak lagi.

***

Setelah Cil keluar dari dalam makam bersama 'petugas kebersihan', anak itu segera asik bermain bersama teman barunya.

Masih banyak waktu sebelum siang hari untuk pulang. Jadi Cil asik saja main dengan anak seumurnya dan Yunus juga asik main gasing sepuasnya sebelum tengah hari.

Menghancurkan hampir separo gasing anak desa itu. Gasing buatan Madi dari akar pohon tua sewaktu di Temasek memang luar biasa kuat!

Sementara Cil diajak bermain di taman samping komplek makam. Di sana ada kebun bunga kecil. Anak-anak desa itu menggali tanah. Mencari sesuatu.

"Kalian cari apa?" Cil hanya berdiri memperhatikan karena belum tahu.

"Kami cari ini." Kata salah satu anak yang berhasil menggali sebuah tanaman yang daunnya selebar telapak tangan dan memiliki umbi seperti wortel namun berwarna putih.

"Itu apa?"

"Engkau tak pernah makan? Emak kami biasa pakai ini buat masak gulai."

"Rasanya sedap. Seperti bengkoang."

"Di makan langsung juga sedap."

"Rasanya manis."

Anak-anak itu satu persatu menjelaskannya untuk Cil. Selain itu anak-anak itu juga memberi dua buah untuk Cil agar bisa merasakannya.

"Jadi ini bisa langsung dimakan siap di cuci?"

"Iya. Ayo kita cuci." anak-anak itu segera berlari ke arah bak kecil penampungan air di depan pintu masuk makam.

Cil berlari mengikuti anak-anak itu untuk mencuci tanaman yang baru mereka gali.

Si prajurit senior memperhatikan lima anak kecil itu berlari bersama. Melihat apa yang di bawa ke lima anak itu si prajurit senior penjaga makam jadi ingin mendekat mau tahu. Tapi karena tidak ingin terjadi keributan seperti sebelumnya pada yang bermain gasing, si prajurit senior menahan rasa penasarannya.

Tidak berselang lama terdengar suara ke lima anak tadi ribut sesaat. Lalu terdiam dan hanya terdengar satu suara batuk dari seorang anak.

Petugas kebersihan makam terlihat berlari. Membuat si prajurit senior penjaga makam terkejut dan langsung mengikuti pergerakannya dengan mata.

Si prajurit senior penjaga makam terkejut bukan main kala melihat ke lima anak kecil tadi jatuh bergelimpangan di tanah. Mulut berbusa dan kejang-kejang.

"Oh ya Allah. Apa yang terjadi?!" si prajurit senior segera berlari menghampiri ke lima anak kecil itu.

Si petugas kebersihan memeriksa satu persatu anak-anak yang tampaknya mengalami keracunan. "Apa yang kamu lakukan? Bantulah anak-anak ini! Jangan berdiri saja!" katanya pada si prajurit baru yang hanya melihat dari teras makam dengan bersedekap.

Si prajurit senior datang dan langsung memberikan bantuan. "Tampaknya mereka keracunan!"

"Keracunan?!" si petugas kebersihan melihat ada beberapa umbi tanaman berserakan di tanah diantara ke lima anak itu.

"Ya, benar. Tanaman itu beracun jika di makan mentah tanpa di olah terlebih dahulu. Rasanya memang enak, tapi kadar racunnya sangat tinggi!" jelas si prajurit senior sambil terus memberi pertolongan pertama dengan obat darurat yang dimilikinya walau tampaknya akan sia-sia. Dua anak bahkan sudah tak tertolong.

"Pak cik..." panggil satu diantar ke lima anak yang masih bertahan. Terduduk di tanah setelah terbatuk sesaat dan memuntahkan cairan kental berwarna hitam kemerahan.

"Cil!" si petugas kebersihan menghampiri Cil yang terlihat baik-baik saja walau tubuhnya sedikit lemas.

Melihat Cil yang masih bertahan, si prajurit baru bergerak sambil menawarkan sesuatu berbentuk bubuk di bungkus kertas kecil. "Coba beri ini." Katanya langsung mau menyuapi bubuk itu.

Si petugas kebersihan mendorong tubuh si prajurit baru dengan kuat. "Saya curiga kamu memberikan sesuatu dengan yang dimakan anak-anak ini! Karena kamu hanya diam melihat mereka menggelepar meregang nyawa!"

"Mereka sangat berisik! Apa salahnya membuat mereka diam?"

Mendengar dengan santainya si prajurit baru menjawab, si prajurit senior penjaga makam langsung emosi. "Kurang ajar! Itu kenapa kekuatan racunnya menjadi sangat kuat sampai mereka tidak bisa bertahan!"

Si prajurit baru tertawa dengan riangnya. "Ahahahaha..."

"Kamu pergilah. Bawa anak yang masih bertahan itu untuk mendapatkan pertolongan!" perintah si prajurit senior pada petugas kebersihan. Kemudian melanjutkan. "Akan saya urus orang gila satu ini!"

Si petugas kebersihan segera menggendong Cil. "Baiklah..."

"Jangan coba-coba membawa anak itu pergi. Anak itu harus mati!" si prajurit baru menghadang tetapi si petugas kebersihan langsung menendang prajurit baru yang menggila itu ketika melompat hendak menyergapnya.

BRUKK!!! Prajurit baru itu melayang dengan sekali tendangan dan membentur pohon terdekat. Darah segar tampak keluar dari sela bibir sosok yang tak lagi bernyawa itu.

Si prajurit senior penjaga makam sempat terkagum melihat kemampuan petugas kebersihan.

Si petugas kebersihan segera pergi bersama Yunus yang digendong di belakang dan Cil dalam pelukannya.

***

Kapal perang Datuk Laksamana.

Demi mengutamakan keselamatan Cil dan mendapatkan bantuan medis, petugas kebersihan yang tak lain adalah Tan membawa Cil ke atas kapal perang yang jaraknya lebih dekat dibanding kastil Datuk Laksamana.

Cil memandang langit-langit kamar tempatnya tidur dalam diam. Anak itu baik-baik saja setelah memakan tanaman mengandung racun tanpa sengaja. Sementara teman sepermainannya tidak ada yang selamat. Tubuhnya hanya sedikit lemas. Jadi hanya berbaring saja di kamar seperti seorang pemalas.

Selain hanya berbaring sebenarnya Cil baru kembali teringat tentang sesuatu. Karena saat itu Cil setangah sadar. Ada yang memanggil namanya. Sama seperti kejadian ketika ia dan Madi terdampar. Ada seseorang juga yang memanggil namanya.

Cil sedang mengunyah ketika melihat satu persatu temannya meringis lalu terjatuh dengan mulut berbusa. Cil terdiam beberapa detik dan ketika bergerak hendak membantu temannya, Cil merasakan sesak dan panas di dadanya.

Cil jatuh berlutut memegang dadanya. Sesaat kemudian ia terbatuk dan memuntahkan darah yang berwarna kehitaman. Di saat itulah Cil mendengar ada yang memanggil namanya.

'Cil...'

Anak itu mencoba memfokuskan pendengarannya sambil mencari sumber suara yang memanggilnya.

'Cil, dengar. Racun sekuat apa pun tak akan bisa membunuhmu! Racun itu hanya menyakiti sedikit.' Sosok itu berdiri tepat di hadapan Cil seolah asap yang datang perlahan. Seorang laki-laki. Memakai baju yang indah dan wajah yang bersahabat. Lalu menghilang tertiup angin selayaknya asap.

Setelah sosok itu menghilang, Cil mulai berangsur memahami situasi yang terjadi. Teman sepermainannya tadi sudah ada yang meregang nyawa karena racun. Hanya dirinya seorang yang masih bertahan dan sadar apa yang terjadi. Itu artinya perkataan sosok tadi ada benarnya. Tapi siapa sosok itu sebenarnya?

Suara pintu kamar yang terbuka membuat Cil kembali memperhatikan sekitarnya. Tuan Muar dan Datuk Laksamana masuk bersama ke dalam kamar lalu duduk bersama di hadapan Cil yang hanya tiduran.

Datuk Laksamana mengusap rambut Cil. "Bagaimana perasaanmu?"

"Hanya sedikit lemas Atuk." Jawab Cil.

"Cil, sepertinya kamu bisa tidak apa-apa karena kemampuan turunan yang dimiliki beberapa Sultan keturunan Johor. Yaitu kebal terhadap semua macam racun!"

"Kebal?" Cil teringat kembali perkataan dari sosok yang mendatanginya ketika di makam ayahandanya.

"Ya. Antara mukjizat dan kebal." Kata tuan Muar.

TOK TOK TOK!!! Pintu ruang kamar di ketuk lalu terdengar seruan seorang prajurit dari luar. "Maaf Datuk. Di luar terlihat sebuah kapal penjelajah mendekat!"

"Kapal penjelajah?" Datuk Laksamana segera berdiri. "Datuk Tumenggung, tolong jaga Cil sementara. Saya mau melihat kapal siapa itu?"

"Serahkan pada saya. Datuk Laksamana silahkan pergi melihatnya."

Datuk Laksamana mengangguk cepat kemudian segera keluar.