Kelas masih hening.Dosen masih sibuk merapikan kertas-kertas materinya.Tapi ada satu cewek yng udah enggak sabar banget buat keluar dari kelas itu. Berkali-kali dia melirik jam tangannya, tengok kanan-kiri, gelisah. Teman-teman sekelasnya ikut nengok juga kearahnya, secara dia dari tadi engga berhenti memainkan pulpennya dimeja saking mau buru-buru keluar. Dan gelisah itu akhirnya tunjuk tangan.
"Pak, saya boleh, ya, keluar sekarang? Mau ketemu pacar saya nih. Kalo telat, terus saya diputusin, Bapak mau tangung jawab?" Tanya Salsa sambil nyengir lebar ke arah dosen akuntansi nya.
Namanya Salsabila Tiffany Smith Biasa di panggil keluarga dan teman-teman kuliahnya dengan sebutan Salsa. Salsa adalah mahasiswi tingkat satu fakultas ekonomi. Salsa terkenal di kalangan kampus, termasuk para dosen, sebagai pribadi yang periang, ceria dan bawel. Tapi itulah yng membuat dia disukai banyak orang. Salsa bukan orang yang pilih-pilih dalam berteman.
Di keluarganya, Salsa dikenal merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kaka pertama nya laki-laki, namanya Arvin Marcelino Smith, sudah bekerja sebagai menejer House keeping di perusahaan pari wisata ternama. Jarang pulang, karena kakaknya bekerja di laut, pesiar. Dan adiknya, namanya Revania destya smith , berbeda empat tahun di bawah Salsa. Dia punya hobi bermain piano dan bernyanyi.
Hari itu Salsa sudah ada janji dengan pacaranya yang hubungannya sudah berjalan selama enam bulan. Dia diajak makan siang di restoran favorit mereka. Karena itu, Salsa terlihat gelisah dan nekat nyeletuk sama dosen akuntansinya itu.
"Oke- oke, kuliah kita sampai disini." Dosen pun mengakhiri kuliah hari itu.Semua mahasiswa keluar kelas dengan muka bosan. Untung ada Salsa yang nyeletuk . Kalau engga bisa-bisa masih setengah jam lagi mereka didalam kelas. Salsa pun berlari keluar kelas dan buru-buru mencari taksi.
Salsa secepat kilat turun dari taksi dan membayarnya. Di depan pintu masuk restoran, ia merapikan rambutnya yang sepundak. Pacarnya sudah menunggu dari sejam yang lalu. Dia sudah telat banget. Salsa berjalan ke arah resepsionis.
"Permisi, mbak. Saya sudah ada janji sama yang namanya Gio. "
"Oh, mari, mbak. Mbak sudah ditunggu oleh pak Gio."
Resepsionis itu tersenyum ramah dan mengantarkan Salsa ke meja yang dimaksud.
Dari jarak tiga meter, Salsa sudah bisa melihat Gio yang tersenyum ke arahnya. Salsa berjalan mendahului resepsionisnya yang menunjukkan jalan tadi.
"Maksih, mbak, " Ucap Salsa ke resepsionis sambil setengah berlari.
Sesampainya di meja Gio, Salsa langsung duduk dan meminta maaf. "Aduh, maafin aku, ya. Tadi dosenya lama banget. Padahal kuliah dah beres, tapi dia masih aja ngerapihin barang-barangnya.Mahasiswa engga di kasih pulang. Kamu marah, ya?"
Gio tersenyum hangat . "Engga marah ko, sayang. Kamu mau makan apa? Aku belum pesan. Sengaja nunggu kamu dulu."
Salsa membuka menu dan melihat-lihat makanan serta minuman yang tertera di sana. Dia bingung, padahal perutnya udah keroncongan minta diisi.
"Aku bingung, hmm... Kamu aja dulu deh. Oh iya, semalam di telepon kamu bilang sekalian mau ngomong sesuatu yang penting. Mau ngomong apa?"
Gio yang tadinya selalu senyum memandangi Salsa berubah jadi kikuk. Dia jadi salah tingkah. Memang maksud Gio mengajak Salsa makan siang adalah ingin berbicara sesuatu yang penting. Tapi, tiba-tiba dia jadi engga siap.
"Gio? Ngomong aja dulu deh. Baru kita makan, biar enak. " Salsa merasa agak aneh juga melihat Gio yang salah tingkah.
Gio menarik napas panjang, dan menghembuskan perlahan, Salsa jadi makin bingung.
"Hmm.... Begini, aku dapat promosi kerja, sal.ke Aussie," Kata Gio akhirnya.
"Wah! Bagus dong. Eh, tapi, kok muka kamu jadi sedih? Ah iya, kita bakal kepisah jarak, ya? Berapa lama kamu disana? Tapi selama apapun aku bakal nunggu kamu kok. Tenang aja aku pasti setia nunggu kamu. Engga kegoda cowo lain, meskipun ada yang.... "
"Salsa!!Dengerin aku dulu!" Bentak Gio.
Salsa kaget. Engga biasanya Gio kasar begini. Dia langsung diam dan mulai merasakan kalau ada yang aneh.
"Aku mau kita putus. Aku mau kerja disana, sekalian tunangan disana. Sama perempuan lain. Bukan kamu.
Selesai Gio ngomong begitu, rasanya Salsa pengen banget nglempar Gio pakai sendok dan garpu didepannya.
Gue diputusin? Dia mau tunangan? Berarti gue dianggap apa selama enam bulan ini? Selingkuhan? Atau dia malah mau tunangan sama selingkuhannya?
"Salsa?" Gio menyadarkan Salsa dari lamunanya. Ada perasaan bersalah diwajah Gio.
Salsa memandang Gio dingin. "Jangan sebut nama gue lagi. Oke, kita putus."
Salsa beranjak dari bangkunya. "Sal,engga mau makan dulu?" Gio masih sempat-sempatnya nawarin makan.
Salsa melirik sinis. "Makan aja sana, sama selingkuhan lo!"
Rasa lapar Salsa hilang seketika. Sepanjang perjalanan pulang, dia menangis di dalam taksi.
Sejak kejadian Salsa dan Gio putus, engga ada yang namanya Salsa si ceria. Yang ada Salsa yang sinis dan tertutup. Salsa ngomong seperlunya. Kalau ada yang bikin kesel, langsung kena semprot abis-abisan. Salsa bukanlah mahasiswi teladan yang selalu diam ketika dosen menjelaskan materi. Dia hanya melamun, dan jika ditegur dosen, dia malah melawan.
Dirumah pun Salsa lebih banyak berada dikamar. Engga ada lagi tawa riang Salsa dan Reva dimeja makan ketika mereka makan malam bersama mama dan papa. Salsa makan dalam diam dan Reva engga berani tanya-tanya. Semua dalam rumah itu sudah tahu kalau Salsa lagi patah hati.
Siang itu, Salsa berada dikamar.Dosen mata kuliah Ekonomi belum datang juga. Salsa sudah berniat bolos sampai tiba-tiba ada yang ngelempar dia dengan gumpalan kertas.
"Siapa nih yang lempar gue?" Teriak Salsa sehingga seisi kelas langsung hening.
Salsa melayangkan padanganya ke seisi kelas, mencari muka pela yang menurut dia pasti sudah bosan hidup berani cari gara-gara sama Salsa yang sudah berubah menjadi Ratu jutek sejagad raya.
"Gue"
Salsa menatap tajam kearah suara dan melihat cowo yang lagi duduk santai di pojok kelas.
Arga?situkang bolos? Beneran cari ribut nih anak!
Arga julio alexi, cowo ganteng, tapi suka bolos. Padahal prestasinya di kampus cukup bagus. IPK-nya engga pernah kurang dari tiga koma. Dia juga engga pernah yang namanya ngulang mata kuliah apapun. Arga itu emang banyak yang suka, karena pembawaannya yang simpel. Tapi, dia emang terkenal jail dan iseng juga. Termasuk salah satu aksinya tadi, lempar kertas ke arah Salsa.
"Kenapa lo? Ada masalah sama kertas yang gue lempar?"Arga malah menantang.
" Jelas masalah! Lo kira gue tempat sampah?"Salsa engga terima.
"Oh, bukan, ya? Kirain bener tempat sampah. Abis engga bergerak, diam aja di pojok depan."
Salsa menahan marah. Emang dia sedari tadi cuma diam aja. Engak kaya temen-temennya yang lain, yang sibuk ngobrol sana-sini.
"See, beneran tempat sampah ternyata engga bisa ngomong." Salsa menatap Arga degan tatapan benci.Tanpa menghiraukan Arga lagi, dia mengambil tasnya dan pergi keluar kelas.Dia bolos kuliah.