Percayalah, Kim bahkan belum berkedip meski sudah lewat 10 detik. Dia terpaku di tempat, error, dan bingung harus bagaimana kala Tawan memandang ke arah dirinya.
"Itu dia, sana." Suara Ken sayup-sayup terdengar pelan. Lelaki itu menunjuk Kim agar Tawan yakin. Lalu baru berjalan perlahan-lahan.
"Halo," sapa Tawan dengan senyum lesung pipit khas dia. Lelaki itu mengulurkan kado warna hitam seolah pernah diajari melakukannya, juga tidak menarik benda itu meski Kim masih me-loading begitu lama. "Ini ... hadiah. Untuk—Kim, hmm ...." katanya dengan aksen bicara yang belum lancar.
Namun, daripada kado yang dibawa, Kim malah gagal fokus ke cincin yang terpasang di jari manis lelaki itu. Batu safir. Biru jernih. Hal yang tak pernah dia lupakan karena pasangannya masih disimpan Kim dalam brankas yang ber-password miliknya.