Seharusnya ini hal biasa (Apalagi untuk orang Jerman seperti Aza) tapi kalau sudah bertabrakan kebiasaan seperti ini memang butuh persiapan mental.
Yang Rehan masih tidak sangka adalah dirinya sendiri … yang kemarin menganggap Aza adil hingga yakin menjadi temannya, lalu hari ini mereka bercakap-cakap layaknya saudara, kemudian tadi … saat sudah tahu lebih lanjut, kini Rehan justru takut dengan eksistensi lelaki itu.
Bagaimana jika Aza tertarik padanya? Bagaimana jika ada yang bisa terjadi kalau mereka berdua saja? Dan seandainya seandainya sungguhan terjadi—PLAK PLAK PLAK PLAK!
Rehan pun langsung memukuli pipinya sendiri karena berpikir masih memiliki pacar perempuan—hei! Kenapa hal sesedrhana barusan bisa membuatnya sedepresi ini?
Tanpa sadar Rehan pun membersihkan lantai itu dengan lama sekali (karena sambil melamun) hingga dia tidak me-notice kedatangan Aza yang menyusulnya ke dapur.
"Kak Rehan?"
DEG
"Eh.. kau…" kaget Rehan. "Ada apa?"
