Aku beranjak dari tempatku duduk, saat sudah kupastikan diruangan ini hanya tinggal aku sendiri saja dan disaat aku berdiri bisa kurasakan cairan merah itu sudah mengotori Jas mahal milik Boss ku. Dan saat aku melihat kebelakang untuk memastikan pemikiranku, benar saja ternyata Jas mahal milik Steven telah kotor.
Aku meringis merasa bersalah sendiri sekarang. Kubuka Jas itu dan membenarkan posisinya supaya cairan merah itu tidak merembes kemana-mana. Dan juga supaya aku tidak malu saat berjalan keluar dari ruangan ini. Aku mengikat kembali jas itu di pinggangku saat kurasakan posisinya sudah sesuai dengan keinginanku.
"ada apa"?
Aku mendongkak menatap kearah sumber suara.
"Ha.halo Pak " Sedikit gugup kurasakan saatku tau orang yang menegurku adalah Pak Steven. Aku setengah menunduk, takut melihat langsung kearahnya.
"Kamu saya perbolehkan pulang lebih awal, kemasi barang-barang kamu sekarang".
Sontak aku menatap Pak Steven lekat-lekat memastikan ucapannya.
"Cepat sebelum saya berubah pikiran". setelah mengatakan hal seperti itu Pak Steven meninggalkanku sendiri. Seakan akan dirinya tau kalau aku benar-benar malu berhadapan dengannya saat ini.
Aku berjalan cepat setengah berlari menuju meja kerjaku. Merapikan barang milikku dengan cepat.
"Bapak" aku meletakkan tanganku didada saat aku berbalik dan langsung melihat tubuh tingggi Pak Steven yg berada di hadapanku. Hampir saja aku menabrak dada bidangnya, mengingat aku yang tergolong bertubuh pendek saat berdekatan dengannya.
"Ah maaf Pak". Aku tersenyum sopan.
"ikut Saya".
"Hah, mau kemana Pak?" tanyaku heran.
"Saya antarkan kamu pulang. Tidak mungkin kamu pulang dengan keadaan seperti itu".
Mendengar penuturannya Pak Steven aku hanya cengengesan menahan malu.
Aku mengekori langkah kaki nya Pak Steven hingga sekarang kami telah berada di depan mobil miliknya.
"Masuk" perintahnya.
"Tapi nanti mobil bapak kotor". aku ingin menolak, merasa tidak enak saat ditawari untuk diantarkan mengingat keadaanku saat ini.
"Nanti saya pesan ojek online aja Pak, takutnya saya merepotkan Bapak". Tolakku secara halus.
"Yakin?".
Aku mengangguk menyakinkan.
"Yakin Pak".
"Kalau begitu lepaskan jas saya sebelum kamu pergi mencari ojek online kamu".
"Ta..tapi Pak".
"kamu kan nggak mau saya antar. Ya sudah balikin jas Saya" ucap Pak Steven dengan cuek.
"Tapi jas nya Bapak udah kotor, saya balikinnya besok aja ya Pak. Kalau udah saya bersihin". tawarku, menatap cemas raut wajahnya Pak Steven.
"Nggak masalah. Nanti saya bersihkan sendiri". tegas Steven sambil mengulurkan tangan kanannya dihadapanku, bermaksud meminta Jas miliknya kembali.
"Tapi Pak".
"Tidak ada tapi-tapian, sini". potong Steven dengan cepat.
"Maaf Pak, kalau begitu saya ikut Bapak aja" . jawabku mengalah sambil tersenyum. karena tidak mungkin juga aku pulang dengan keadaan seperti ini.
"Masuk" perintah Steven sambil memberikan kode dengan kedua bola matanya. Aku mengangguk mengiakan walau sebenarnya aku masih ragu untuk masuk kedalam mobil mewah yang berada dihadapanku.
Tinnnnnn.....Tinnnnnnn
Aku kaget saat Pak Steven membunyikan klakson, entah sejak kapan dia telah berada di dalam mobil.
"Eh ia Pak, saya ikut". Langsung kubuka pintu khusus penumpang, duduk dan menutup pintu mobil dengan pelan.
Selama perjalanan mengantarkanku Pulang kami tidak ada berbicara. Hingga sampai di depan Kost yang kutempati, Pak Steven tidak berminat berbicara bahkan satu katapun sekedar untuk berbasa-basi.
"Terimakasih ya Pak atas tumpangan dan juga jas nya Pak. Besok Jas Bapak saya kembalikan Pak. Terimakasih Pak" ucapku cepat begitu mobil berhenti. Selesai mengucapkan kaliamat terimakasihku, aku keluar dengan cepat dari mobil miliknya.
Pak Steven sepertinya tidak berniat membalas ucapanku, dia langsung menancap gas pergi meningalkanku. Aku bernafas lega ketika mobil yang dikemudikan oleh Pak Steven menghilang dari hadapanku.
Akhirnya aku selesai juga, setelah hampir satu jam berada di dalam kamar mandi. membersihkan diri dan juga membersihkan Jas mahal milik Pak Steven.
Aku memandang Jas milik Pak Steven yang sedang kujemur. Ada apa dengan Pak Steven sehingga dia mau repot repot meminjamkanku Jas mahal miliknya dan memberikan ku tumpangan untuk pulang. Padahal kalau dipikir_pikir jelas sekali ini kesalahan dan kelalaianku. Bahkan aku diperbolehkan pulang sebelum jam makan siang dan tidak ada ucapan perintah yang keluar dari mulutnya mengatakan aku harus kembali kekantor setelah selesai membersihkan diri.
Aku berjalan menuju dapur kecil milkku, aku mendesah kecewa saat tidak menemukan makanan apapun. Astaga aku hampir lupa seharusnya hari ini sepulang dari kantor aku belanja bahan makanan. kulirik jam dari ponsel yang kukantongi, masih pukul satu siang. matahari juga terlihat sangat terik diluar sana, aku memutuskan memesan makanan lewat aplikasi dan perihal belaja bahan makanan aku memutuskan membelinya nanti sore saja.
Selesai makan siang aku memutuskan untuk tidur. Rasanya begitu nyaman saat kurebahkan diriku
dan mendapatkan posisi nyaman, lalu kubuka ponsel, dan tidak ada satu notifikasi apapun membuat ku bernafas lega. kututup kedua mataku hingga rasa kantuk itu datang dan tidak sadar saat aku telah berada di alam mimpi.
Kubuka mataku perlahan-lahan membiasakan pandanganku dengan cahaya sekitar.Kulirik ponselku ternyata sudah jam lima sore. Aku bangkit dari tempat tidurku dan bergegas mandi.
Dan disinilah aku sekarang di sebuah pusat perbelanjaan sambil mendorong trolleyku menuju rak tempat mie instan. Mencari beberapa rasa baru yang sebelumnya tidak pernah kubeli.
"Vinaaa".
Aku menoleh kearah sumber suara. Ada Sesil disana yang melambaikan tangannya kearahku, yang kubalas dengan senyuman.
"Lo ngapain disini Vin?" Tanya Sesil yang kubalas hanya dengan menunjuk Trolley berisi belanjaan ku.
Dan bisa kulihat, Sesil hanya nyegir kearahku.
"Hey Vin". aku mengalihkan pandanganku kepemilik suara berat itu. Dan kulihat ada Robby disana sambil mendorong trolley belanjaan.
"Oh Hey".
"Nggak nyangka akhirnya kita jumpa disini ya". Robby mengulurkan tangannya dihadapanku. Aku tersenyum dan juga membalas jabatan tangannya.
"Kamu udah selesai belanja?" Sesil menghentikan tatapanku dengan Robby.
Aku mengangguk mengiayakan.
"Kita ketempat makan yuk". Ajak Sesil sambil menarik tanganku tanpa persetujuanku.
Disinilah kami sekarang disalah satu restorant yang cukup diminati di kalangan anak muda.
Pesanan kami telah tiba dan ya kami juga tengah menikmatinya saat ini.
"Robby, kemarin Sesil curhat, dia mau kenal lebih dekat sama lo"
Aku tersendak makananku sendiri saat mendengar penuturan Sesil. Bisa kurasakan wajahku memanas dan memerah seperti tomat sekarang. Jujur aku malu, seharusnya Sesil tidak mengucapkan hal itu secara gamblang.
"Beneran Vin, kamu mau kita kenal lebih dekat lagi"?
Aku yang ditanya seperti itu hanya tersenyum tipis sambil memasukkan sesendok besar makanan ke mulutku.
"Kalau begitu nanti aku antar kamu kerumah ya, biar kita bisa sambil ngobrol-ngobrol, gimana ?"
Belum sempat aku menjawab Sesil langsung berkata,
"Vina pasti mau, ya kan Vin"?
Lagi-lagi aku hanya mengangguk mengiayakan.
Aku sudah malu dua kali sekarang, dasar Sesil.
"Kamu tinggal nya dimana" ucapan Robby saat kami telah memasuki gang kost tempat ku tinggal.
"Sedikit lagi kita sampai kok, lurus dan belok kiri saja". Robby hanya mengangguk mengerti penjelasanku.
"Disini saja, itu kost ku". Aku menunjukkan tempat tinggalku. Aku keluar saat mobil yang dikendarai Robby benar-benar berhenti, aku berjalan menuju bagasi dan mengambil belanjaan milikku.
"Sini, biar aku saja". Robby langsung mengambil kantong belanjaan dari tanganku, entah sejak kapan dia berada disampingku akupun tidak tahu, sungguh aku tidak menyadarinya.
"