Chereads / IMPERFECT CEO / Chapter 13 - 13. Touch Your Dream

Chapter 13 - 13. Touch Your Dream

Tatapannya tegas menelisik setiap bagian ruangan yang masih saja terasa asing untuk Luna Theresia Skye, meskipun dirinya sudah berada cukup lama di dalam gedung. Bukan tanpa alasan Luna terus memaksa bola matanya untuk berkeliling dan menelisik setiap bagian ruang besar yang di tempati olehnya sekarang ini, sebab apa yang ada di dalam bukan seperti layaknya perusahaan besar yang 'mengurung' para pegawai dengan tata ruangan monoton yang terkesan mewah namun itu-itu saja.

Ge Sketchbook Company lain dari pada yang lain. Ruangan luas ini lebih mirip disebut sebagai ruang terapi yang memanjakan mata dan hidung dengan aroma khas yang begitu harum namun tak memekak. Suasana yang ada di sini pun terasa begitu nyaman dengan gemercik air mancur yang menyela keheningan. Lalu lalang orang memang cukup banyak, namun bisa dikatakan sangat tenang dan menguasai tempat. Seakan sudah menjadi peraturan besar di tempat ini bahwa siapapun yang ada dan menghuni tidak boleh banyak menimbulkan suara yang tak berguna. Jika berjalan, maka berjalan saja. Langkahkan kaki dan nikmati alunan sepatu yang beradu dengan halusnya lantai berubin putih gading di bawah mu! Kalau ingin menyapa, cukup lambaikan tangan dan tersenyum. Jika ingin memanggil cukup katakan dengan nada ringan penuh dengan kesopanan. Tak ada yang boleh berteriak. Meninggikan suara dengan heboh untuk memancing keributan di sini. Luna yakin itulah peraturannya.

Semua tertata rapi. Tak hanya benda yang menghiasi, namun juga manusia yang menghuni. Gw Sketchbook Company benar-benar memikat hatinya!

"Nona Luna?" Seseorang menyapanya. Menarik perhatian Luna yang baru saja ingin kembali berjalan selepas puas menikmati apa yang ada di sisinya. Air mancur besar dengan lampu kuning yang mengelilingi. Di bawah aliran air, ada ikan ikan kecil yang terlihat manis dan bersahabat dengan kura-kura berukuran sama di atas gundukan batu bawah air. Tumbuhan air juga terlihat hijau dan terawat. Tak ada kotoran atau lumut menjijikan sebab mereka pasti merawat tempat ini dengan baik.

"Kau memanggilku?" Luna memaku. Menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan bahwa pria yang baru saja datang ke arahnya benar ingin berbicara selepas memanggil nama gadis bernama Luna.

"Tentu. Siapa lagi memangnya yang ada di sini selain kau?" Ia menjawab dengan senyum manis yang mengakhiri kalimatnya. Ditatapnya sejenak paras cantik Luna yang terlihat natural dan begitu menggoda.

Tak heran jikalau kumbang datang pada bunga yang indah dan menarik. Menawarkan madu yang manis untuk dihisap dan dinikmati. Itulah penggambaran yang tepat untuk situasi saat ini.

"Namaku Ritter Lim. Kau bisa memanggilku pegawai Lim." Pria itu mengulurkan tangannya. Terus menatap gadis yang masih diam enggan menerima uluran tangan darinya sekarang ini. Bukan Luna tak bersahabat, namun gadis itu masih belum mengerti dan memahami mengapa pria yang terlihat begitu rapi dengan kemeja bergaris tipis itu datang dan menyalaminya begini.

"Aku bekerja di sini. Bagian editing dan review ulang." Ia mengimbuhkan. Masih kokoh dengan uluran tangan yang tak kunjung mendapat balasan dari Luna Skye saat ini.

"Aku melihatmu keluar dari ruangan Tuan Ge dengan wajah aneh. Aku pikir interviewnya tidak berhasil." Lagi-lagi ia berkata. Seakan benar-benar kokoh ingin menarik perhatian Luna.

"Interviewnya berjalan dengan baik. Aku bahkan mendapat hadiah buku dari Tuan Ge." Luna akhirnya mau menyahut. Memamerkan buku yang ada di dalam genggamannya pada sang pria. Membuat lawan bicaranya itu kini semakin tegas merekatkan senyum di atas paras tampannya.

"Kalau gitu kita akan menjadi rekan kerja. Selamat datang Nona Luna."

Luna ragu. Mengulurkan tangannya perlahan untuk membalas uluran dari pria aneh di depannya itu. Ia sungguh tak tahu, kalau dunia kerja sekejam dan se-palsu ini. Tersenyum pada orang baru, berusaha baik dengan mengulurkan tangannya terlebih dahulu, dan memperkenalkan diri dengan penuh kehati-hatian untuk menjaga 'image' baik yang ada di dalam diri kita adalah hal yang begitu kejam untuk Luna. Ia terbiasa hidup apa adanya. Menjadi Luna yang seperti ini tanpa ada kepalsuan dalam dirinya.

"Luna Theresia Skye." Luna kini memperkenalkan dirinya dengan nada lirih. Diiringi senyum kaku mengembang di atas paras cantiknya. Luna tak siap dengan semua perubahan ini! Ia akan terlihat benar-benar kikuk sekarang.

"Mau minum kopi denganku?" ajaknya bernada ringan. Melepaskan genggaman tangannya yang kuat merapatkan jari jemari milik Luna. Gadis itu diam sejenak. Bukan untuk mempertimbangkan, namun hanya untuk mencari kalimat yang tepat untuk bisa menolak ajakan baik rekan kerja barunya.

"Maaf menolak, tapi aku pikir lain kali saja. Aku ada janji dengan temanku setelah ini," ucap Luna mengakhiri kalimat dengan senyum ramah. Tak ingin menyakiti hati pria yang jauh lebih tinggi darinya itu. Kalau bisa dikira-kira, mungkin ia setinggi William Brandy.

"Kalau gitu aku hantar ke pintu depan."

Luna hanya mengangguk. Tersenyum ringan kemudian kembali melangkah. Ia tak akan terlihat sopan jikalau menolak niat baik seseorang dua kali. Apalagi, ini adalah hari pertamanya datang di dalam lingkungan kerja Ge Sketchbook Company. Jika tak bisa selalu baik, setidaknya Luna ini sekali saja terlihat baik di awal bergabung.

Langkah keduanya beriringan. Ringan tanpa celah dan jeda yang menghadang, menuju ke pintu kaca besar yang ada di depan mereka. Luna akan benar pergi selepas melangkah kalinya keluar dari bangunan gedung utama Ge Sketchbook Company. Sejenak tak akan memikirkan perihal perusahaan gila dengan bos aneh yang menyebutnya cantik sebagai alasan utama menerima Luna selepas hal bodoh terbilang kurang ajar dilakukan oleh gadis itu tadi. Meneriakkan suara pada sekretaris Tuan Ge dan menyanggah bahkan meragukan kepandaian Tuan Ge adalah hal bodoh yang dilakukan Luna untuk bisa mengacaukan segalanya.

Luna menoleh sejenak. Pria yang ada di sisinya terasa begitu asing. Tak pernah dilihatnya sebelum ini bahkan suaranya pun sangat asing untuk Luna. Namun ada satu fakta yang ada pada pria bernama Ritter Lim ini. Dia bukan orang Belanda.

Parasnya lebih mirip dibilang orang Benua Asia. Berada di negara makmur yang menjadi pusatnya dunia grup musik. Pesona negara itu tak hanya satu, namun beribu. Tempat yang indah, suasana kota maju yang megah, orang-orang ramah, dan sistem pemerintahan yang terarah. Semua orang pasti akan setuju jikalau Luna menyebut Korea adalah surganya pariwisata. Luna ingin ke sana, sebuah pulau buatan yang menyimpan banyak rahasia surga dunia. Jeju! Luna ingin pergi ke Jeju. Impian yang ada di dalam dirinya sejak ia kecil adalah menghirup udara Jeju kala musim semi tiba.

--dan Ritter Lim pasti adalah salah satu orang beruntung yang lahir dan mampu mencicipi indahnya Negara Korea.

"Kau bukan orang Belanda?" tanya Luna menyela.

"Wajahmu mirip orang—"

"Aku orang Korea Selatan." Ritter menyahut. Baiklah, tebakan Luna benar adanya!

"Kamu berasal dari Seoul?"

Pria di depannya menggeleng. Tersenyum ramah kemudian menghentikan langkah gadis yang ada di sisinya. "Jeju-do. Aku dari sana."

... To be Continued ...