"Ra...mau ke kantin?"tanya may saat jam istirahat tiba,Sora menggukan kepala.
Iya awalnya ingin mengajak Emely yang ternyata duduk dihadapannya bersama Juan, sungguh salut Sora pada Emely yang tahan dengan orang tampan namun gila itu.
sepertinya email yg telah pergi terlebih dahulu mungkin bersama sean.ya.... bisa jadi merekakan berpacaran.
Seperti kemarin selalu bersamamu baik dan kedua temannya dari kelas 11-2 mereka membahas masing-masing pacar maupun cowok ibadah mereka, suara tertarik menimbun ia hanya menjadi pendengar yang baik, ya....mungkin itu sudah cukup.
Mata hijau cerahnya kembali beredar mengelilingi seisi kantin, lagi-lagi....
Pandangannya tertuju pada Emely yang duduk sendiri, ke mana Sean dan Juan?
"Kalian nggak ngajak dia? "Tanya Sora, mempertanyakan tentang Emely "siapa?Emely?"
Sora mengangguk mantap, sontak tawa terdengar membahana. "Hahaha.... Lo bercanda? Emily ?hahaha..."
Ucap salah satu teman May dengan tawa yang menyertai ya sampai berkacak pinggang dengan wajah yang seakan menghina .
"Emang kenapa? "Heran Sora
"Lo belum tahu ?"
"Asal kau tahu ya... Dia itu anak haram, nyokapnya pelacur, bokapnya nggak mau tanggung jawab wap "jelas teman May dengan intonasi yang amat jelas sepertinya ia memang sengaja untuk menyinggung Emily yang tak begitu jauh dari mereka, gadis itu hanya menentukan kepala mungkin dia pura-pura tidak mendengar.
"Dan parahnya... Maknya bunuh diri dan ngebuang dia ke panti "tambah May yang juga ikut-ikutan. seorang menelan ludahnya, apakah hal ini pantas untuk di umbar kan di tempat umum seperti ini ?
"Kan suram banget no masa lalu... "
"Oh ya... Na... Lo ngapain dia kemaren?"tanya Mai pada Alena yang sedari tadi diam tenggelam dalam gadget nya.
"Cuma gue kunci di kamar mandi kok! "Alasnya datar tanpa mengalihkan pandangan sama sekali.
"Beneran...bwahahaha...gila lo"
Tawa kembali muncul
Sora mengepal lengannya, jadi mereka yang mengunci emely? "Habis keganjenan sih sama cowok"sambung Alena. "Keturunan sifat nyokapnya kali yang pelacur kemurahan... "
CUKUP!!! Sora tak tahan, mereka tahu seberapa malangnya apa gadis baik dia mengalami hal itu .
"" Mau ke mana? "Sergah May ketikan suara bangkit dari duduknya
"Nemenin dia" balas sora,hendak melangkahkan kakinya dengan nampan berisi bakso dan es yang dibawanya dan teman-teman dan menatap tak percaya, baru sora berbalik belum genap 1 langkah diambilnya. Sora tertabrak seseorang tepat pada dada bidang itu, gelas es nya goyang bergemuruh begitupun makhluk bakso yang berceceran ke mana-mana sampai mengenai kemeja putih orang tersebut. "Eh..maaf..."
Refleks sora berkata dengan pandangan yang masih menatap ubin yang diinjak nya pandangannya mulai beredar orang yang berada di hadapannya itu matanya terbelalak seakan ingin keluar terkejut mendapati orang itu -mampus-desis sora
"Kapan sih lo nggak bikin gara-gara sama gue ?"
pandangan dingin didapati sora, dia sean wajah datar menatap penuh emosi.
"Makanya mata dipakai...."
"Mata gue masih ada di tempatnya kok titik yang ada di dengkul. "Balas sora tak mau kalah dari aduh agrume ini.
"Ck...kemeja gue basah,bukannya minta maaf"
"Dih..ogah amat,baju gue juga basah kali"
"Kan salah lo"
"Enak aja"
hendak kembali menyangkal tetapi tertahan Emely menarik kemeja belakang Sean lantas berbisik
"Sean...ikut aku"
Ajaib...Sena menurut bagai anjing yang menerima perintah majikannya.
"Sora juga yu.."kata Emely kembali mengajak Sora seraya menarik lengan nya , sesaat mereka telah menjadi pusat perhatian seisi kantin, sorot mata tajam dan penuh tanya memenuhi, apa yang terjad!
***
Emoly membawa kedua insan itu menuju ruang ganti. Ia menyodorkan kemeja putih miliknya kepada Sora
"Ah... Gak sush,kemeja gue gak terlalu basah kok!" Elak nya sumgkan yang langsung mendapat cercahan dari Sean.
"Yaiyalah gak basah,orang kena gue semua"selanya yang baru saja datang dengan kemeja barunya.
"Sean... Gak boleh gitu...minta maaf ke Sora"titah emely, Sean berusaha menyanggal "tapi Mel..."
"Engga ...minta maaf"
Dengan berat hati Sean menelan dahaganya."oke,oke, gue minta maaf..." Ungkap nya dengan nada ketus.
Emely menghela nafas gusam.
"Ogah" balas Sora singkat mana mau ia menerima permonta maafan tak ikhlas itu.
"Eh..gak tua diri lo,harus nya lo syukur gue minta maaf ke lo, yang jelas-jelas lo yang salah" papar sean ia naik pitam
"Apa yang patut gue syukurin? Lo aja kaga iklas minta maafnya"
Sean mendercak kesal,apa yang harus ia lakukan pada cewe berengsek di hadapannya ini? Apa perlu cewe ini ia buang ke luut agar sean tak akan pernah lagi mendapati cewe ini meski hanya sesentipun bahkan btang hidung nya pun tak akan pernah muncul lagi.
"Sean kamu tolong ganti aku jadi skhool-troduction ya!" Pinta Emely dengan senyum manis yang menyertai, ia berharap setidaknya mereka bisa sedikit akrab.
Lagi-lagi pria itu hendak mengelak tetapi langsung dipotong oleh Emely"aku mau bantu bunda, harus nya aku yang jadi skhool-troduction .tapi bunda lagi kewalahan, Inda juga lagi sakit, harus nya aku lakuin itu kemarin sih... Kamu gantiin aku ya!"
Sean menghela nafas pasrah, skakmat sudah ia tak bisa menolak "terserah lah"
Sean meninggalkan kedua gadis itu
Emely bersorak girang, berbalik dengan Sora yang mendengus kesal.
***
sekolah tealh usai,para siswa\i telah meningalkan kelas sedari tapi hanya tersisa beberapa orang yang telibat dalam ekstrakulikuler dan kelas tambahan lainnya . Sora tertinggal.
Suasana sekolah telah sunyi, suara derap kaki terdengar dari luar kelas sana "cepetan! Lelet banget!" Ujar sean dengan suara yang meninngi dari ruang kelas.
Sora mendercak dan muali berjalan dengan tertatih-tatih. Lututnya mendapati luka gores dengan memar di sekitar nya saat jam olahraga tadi.
"Sabarsih..."
"Lagian estafet doang pake jatoh...payah!"
Tak mengubris ucapan sean, Sora mendahului Sean yang diam menunggunya tak sabaran.
"Woi..."
Lagi-lagi ia tak mengubrisnya, langkah kakinya tetap ia ayunkan maju kedepan hingga tiba di perujung jalan ia terpaksa menghentikan langkah kakinya. Puluhan anak tangga tersaji d depannya Sora melupakan satu fakta penting bahwa kelasnya ini berada di lantai 3. Lantas bagai mana ini? Bagaimana ia bisa sampai lantai 1 dengan kaki yang terpincang-pincang ini?
"Bengal ... Gue bilang naik lift!" Kesal sean yang memberi tau, Sora tak mendengarnya sedari tadi ia terus mengabaikan ucapan pria menyebalkan itu. Ah..bodo amat.. Sora tak mau ambil pusing, jika ia berbalik dan menuruti printah Sean maka akan d taruh di mana wajahnya ini?
Sora melayangkan kaki menyentuh anak tamgga pertama,dengan lengan yang berpegangan pada sisi penyanggah. Satu langkah berhasil ia dapati.
Akh.... Sean menghela nafas gusam..apa yang harus ia lakukan pada gadis keras keoala ini? Ia bodoh atau bagai mana? Kenapa gengsi begitu tinggi seperti ini? "Dasar kepala batu"
Sean berjalan mendahului Sora beberapa anak tangga di depan nya dan lantas membungkukan punggungnya.
Sora mengerutkan kening , bingung dengan tingkah laku pria idiot itu "lo ngapin?" Herannya
"Naik..." Titah Sean
"HAH!?!" Unfkap Sora seakan meminta untuk Sean mengulang ucapannya ,sebenarnya ia tau apayang akan di lakukan pria tersebut, tapi ia tak boleh terlalu peecqya diri bukan?
"Cepet naik..gue gak mau kena semprot Emely"
Sora sejenak terdiam. Lagi-lagi Emely...
"Punggumg lo?"
"Bukan, kepala gue. Yaiyalah punggung gue, lo kira lo anak bocah yang bisa gue gendong di kepala?"
"Ck... Gue nanya baik-naik loh"
Grutuk Sora seraya mencoba naik ke atas punggung Sean.
" Sorry berat..."
"Banget!! Serasa gue bawa kudanil"
Sora menoyor kepala Sean jengkel. Membuat keseimbangan seketika goyah,bagai istana kartu yang tertiup angin. "Diemsih..."
"Kalo lo klgak ikhlas turunin gue 'CEPETAN'" Ujar Sora dengn meninggikan meninggikan suara pada kalimat bertanda kutip tepat di telinga Sean, pria malang itu meringis "oke... Oke... lo Enteng kok "ucapkan titik iya tamu mendapat cercaan dari sora lagi.
Sora mengerucutkan bibirnya" pegangan yang benar sih "ucap sean. Tangan Sora melingkari leher Sean menaruh kepalanya di pundak Sean.bau mint tercium membuat sora nyaman, membuatnya teringat masa lalu kelam yang menyedihkan nan kelam yang seakan menyayat hati tapi di satu sisi ada kebahagiaan yang tak akan bisa ia lupakan dan mungkin takkan dapat ia rasakan kembali.
Mata Sean lurus kedepan menuruni tangga titik matanya mendapati lutut sora yang terluka. "Lo belum ke UKS ? "Tanya Sean, cara menggelengkan kepala "di rumah juga bisa"
Lantai dasar telah didapati, Sean menuduhkan suara di Sofa basement, "tunggu disini" kata Sean, sora bertanya-tanya "ngapain?"
Sean mengabaikan. ia berjalan bergegas apa yang beribadah itu lakukan? Sora mematuhi perkataan Sean dia menunggu sembari melihat layar televisi yang tertempel pada dinding berbagai iklan dan promosi tersaji silih berganti menunjukkan para siswa-siswi seakan layar kembali berganti menunjukkan siswa tingkat xii yang menjadi presenter membawakan berita berita trending yang terjadi HAT Sora betapa terkejutnya saat melihat Juan berada di layar televisi "bagaimana perasaanmu dapat memenangkan turnamen taekwondo nasional kali ini? " Salah satu staf reporter reporter
Tunggu, Taekwondo? Mata sora terbelalak.? Juan ? Pria Enggak waras itu?
"Ya... Gitu"
Apa Anda bisa lebih detail mendeskripsikannya? "
Juan tampak bingung berpikir apa yang harus dijawab? "Apa kamu senang?"
seakan mendapat inspirasi Juan mengepalkan lengan dan mengadu keduanya wajahnya berseri dengan senyum melebar yang mengiringi suara kan hebat terdengar satu sisi yang baru Sora ketahui ternyata bukan hanya Sean tetapi juga yang memiliki banyak fans
"Ah... Stok makanan gue nambah nyokap gue ngasih segudang makanan" balasnya.
Sora yang melihatnya menggelengkan kepala menepuk keningnya Tak habis pikir dengan priasatu ini kenapa hanya makan yang ada dipikirannya?
Sean datang dengan minuman kaleng dalam genggamannya Sora berseri percaya diri bahwa minuman kaleng itu untuk dirinya.
"Kenapa lo?" Heran Sean melihat wajah Sora yang bersinar melihat lemon jus yang segar itu."maka..."kalimat yang terpotong lengan yang mengambang di udara yang awalnya ingin menyambut minuman kaleng lemon yang tak kunjung datang datang itu.
"Eh apa-apaan lo? Ini punya gue"keputusan. Kembali ke kenyataan titik Tak mungkin saya akan memberikannya. oke itu adalah hal yang mustahil
" Nih, lo pake ini"
ucapnya, seraya melemparkan dua hansaplast untuk menutupi luka dengan nada ketus sora berterima kasih Sean menduduki kursi kosong di sebelah Sora membuka klip minuman kaleng lantas menyeruputnya.
"Lo pulang sendiri?"tanya Sean.
"Bukan urusan lo"
"Oh...mau gue anter gak?"
Mata Sora terbelalak, yang menaruh punggung tangannya pada kening Sean " lo sakit? "
"Lo kira gue apaan? "
"Gua ntar kagak? " Ulng sean bertanya seraya bangkit dari duduknya Sora tampak menimbang-nimbang "nggak, gue balik bareng abang gue"
"Yaudah gue dulusn."balasnya berpamitan yang beranjak pergi meninggalkan seseorang, harapan Sora agar Sean memaksanya pulang bersama tetapk itu adalah hal yang mustahil harapannya itu sirna seketika. Yasudah lah