Chereads / The Ethereal Arks / Chapter 3 - Pertarungan Legendaris

Chapter 3 - Pertarungan Legendaris

Jag menembak seorang Doroga yang mengarahkan senjatanya ke arah Anarra.

"Za Anarra, kamu berhutang padaku," ucap Jag tersenyum.

ZRAAAAAS!

Cahaya biru dari tongkat Anarra melesat cepat dan menewaskan seorang Doroga di belakang Jag.

"Lunas," timpal Anarra.

Belasan pengkhianat di dalam Rothell bukan lawan seimbang bagi Anarra dan Jag. Hanya dalam waktu singkat semuanya berhasil dihabisi. Tetapi sayang, puluhan awak yang loyal juga tewas oleh serangan para pengkhianat.

"Cih! Ada pengkhianat!" geram Jag, sambil memukulkan tangannya yang besar pada dinding.

"Za, grrhm ... Terazora Droxila mengubungi!" seru seorang Doroga hijau. "Sambungkan."

Setelah tersambung, pada layar terlihat Terazora Droxila dengan raut wajah marah. Perubahan rencana yang dilakukan Anarra menjadi penyebab kemarahan mereka.

"Anarra! Kalau kamu tidak mengabaikan perintah kami dan berada di pesawat induk, semua ini tidak akan terjadi!" bentak Qhedar dengan raut wajah merah.

"Aku ada di sana atau tidak, mereka telah menyusup di dalam skuadron! Hal ini tidak bisa dihindari!"

"Berani-beraninya kamu membantah!"

"Za, apa yang dikatakan Za Anarra benar. Di dalam Xoranum Ertaz ada pengkhianat, bahkan bisa saja sekarang mereka berada di Ertazium!" bela Jag, tidak kalah geram.

"Bagaimana kalian tahu?! Kecuali kalau kalianlah pengkhia—" Ucapan Nierna terpotong, saat sambungan telekomunikasi terputus.

"Lekas kembali ke Ertazium!" perintah Anarra pada Doroga.

BLAAAAR!

Tiba-tiba Rothell berguncang keras, lampu-lampu berkedip, terlihat percikan api pada listrik di dalam ruangan, dan alaram berbunyi nyaring saling bersahutan. Keadaan tersebut membuat para awak menjadi panik.

"Grrmh ... Za, ruang mesin senjata kita tertembak! Semua senjata kita tidak berfungsi!" seru seorang Doroga.

"Cih! Di saat seperti ini!" seru Anarra, kesal.

"Za, pergilah dengan pesawat penyelamat! Biar aku tangani keadaan di sini!" seru Jag.

Anarra menatap Jag sesaat. "Sampai bertemu kembali, Jag," ucapnya, lalu berbalik dan berjalan menuju lift.

"Jaga dirimu," ucap Jag.

"Pasti," jawab Anarra kemudian masuk ke dalam lift.

Setelah Anarra hilang dari pandangan, Jag menoleh pada awak pesawat. "Berapa persen lagi energi yang tersisa?"

"Tinggal tiga puluh persen ... grhmm."

"Gunakan semua energi untuk melaju dengan kecepatan tertinggi."

"Grrhm ... tapi Za, puluhan pesawat musuh menghadang di depan."

"Tabrak."

"Ta—"

"TABRAK!" bentak Jag.

Doroga tersebut mengangguk meski pada wajahnya terlihat perasaan gentar. Kemudian ditariknya tuas sehingga membuat Rothell melaju dengan cepat dan menabrak puluhan pesawat di depannya.

Dari kejauhan Anarra melihat kejadian tersebut. "Bodoh," gumamnya seraya menarik tuas pesawat kecil yang ia tunggangi, lalu melesat secepat kilat menuju Ertazium.

Sementara itu kepanikan juga terjadi di Ertazium. Baku tembak antara pasukan Xoranum Ertaz dan Zelliot terjadi, petugas-petugas non militer berlarian, ada yang bersembunyi, tetapi banyak juga yang tewas tertembak oleh pasukan Zelliot.

Di dalam sebuah lorong, Terazora Droxila berjalan cepat bersama belasan pengawal dan seorang kepala pengawal.

"Grrrm ... situasinya gawat sekali. Za Terazora Droxila harus segera meninggalkan ... grmm ... Ertazium. Kalau tidak ... grmm ... Xoranum Ertaz dalam bahaya," ujar seorang Doroga merah yang mengenakan pakaian besi dan helm pimpinan pasukan pengawalan darurat.

"Mmm ... kamu benar Krox. Tapi apakah pesawat sudah disiapkan?" tanya Qhedar sembari berjalan bersama yang lain memasuki sebuah lift.

"Sudah Za Qhedar. Grmm ... pesawat akan segera berangkat setelah Za Terazora Droxila ... grmm ... berada di dalam pesawat," jawab Doroga bernama Krox.

"Akan dibawa ke mana kami?" tanya Nierna.

"Untuk ... grmm ... sementara kami ungsikan ke Planet Aelios, grmm ... sampai situasi sudah terkendali," jawab Krox.

"Aelios? Cih! Planet berisi ras yang lemah. Bagaimana kalau Zelliot menyerang kami di sana, dan penduduk planet yang lemah itu tidak bisa melindungi kami?" tanya Gulu kesal.

"Justru karena itu, mereka—grmm—tidak akan menyangka Za Terazora Droxila berada di sana. Lagipula, kami—grhmm—akan memberikan para pengawal terbaik selama berada di sana," jawab Krox.

"Sudahlah Gulu, kamu ini bisanya protes saja." sahut Lumeehe.

Tak lama kemudian, mereka telah tiba di hanggar darurat. Hanggar tersebut berukuran lebih kecil daripada hanggar pasukan perang. Hanya terlihat sepuluh pesawat, termasuk sebuah pesawat besar berwarna silver yang berbentuk seperti sebuah eis.

"Grmm ... sudah lama aku tidak berada di dalam Terovorra." gumam Morx memandang pesawat berbentuk cerutu tersebut sambil melangkahkan kakinya.

Ketika mereka sudah semakin dekat dengan Terovorra, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang membahana dan bergaung di dalam hanggar.

"Mau ke mana kalian terburu-buru?"

Suara itu menghenyakkan Terazora Droxila dan para pasukan pengawal yang dengan sigap mengangkat senjata mereka.

"Grmm—siapa kamu? Tunjukkan di mana dirimu—grmm—pengecut!"

Baru saja Krox selesai berseru, tiba-tiba seseorang berkelebat cepat menghabisi para pasukan, dan ....

ZLEEB!

"Doroga lemah sepertimu tak pantas menghadapiku." ujar sosok tersebut seraya mencabut ujung tongkatnya dari tenggorokan Krox.

"Karaj!"

Seru Terazora Droxila berbarengan ketika melihat sesosok pria bertubuh kekar dengan tinggi sekitar dua meter. Pria tersebut memiliki rambut hitam sepanjang bahu. Wajahnya persegi dan membingkai alis hitam tebal, mata berukuran sedang dengan retina berwarna hitam, hidung mancung, bibir tipis, dan dagu kukuh yang ditumbuhi jenggot lebat. Ia memiliki telinga seperti Etera, namun ujung telinganya tidak runcing. Pakaian besi yang dikenakannya berwarna hitam dan memiliki lambang Zelliot yang tercetak pada bagian dada.

"Terkejut melihatku? Ha ha ha! Aku juga terkejut, ternyata mudah sekali menghancurkan Xoranum Ertaz!" tukas Karaj, sambil berjalan menghampiri para petinggi Xoranum Ertaz.

"Grrhhmm ... belum!" bersamaan dengan seruannya, Morx menerjang Karaj dengan palu besar di tangannya.

BAAAM!

Palu Morx menghantam lantai besi hingga melesak. Tapi sayang, Karaj berhasil menghindar.

"Memang belum, tapi sebentar lagi!" seru Karaj seraya mengayunkan tongkatnya ke arah Morx.

Gerakan Karaj cepat sekali, sehingga Morx tidak sempat berkelit. Namun di saat tongkat Karaj semakin dekat, tiba-tiba selarik cahaya ungu mementalkannya.

TIING!

Karaj terkejut, lalu menoleh pada Nierna "Kamu! Kalau begitu, biar kamu dulu yang aku habisi!" seru Karaj sambil mengibaskan tongkatnya dan mengeluarkan puluhan cahaya-cahaya bundar yang meluncur deras ke arah Nierna.

Nierna mencoba melawan, dikibaskan tangannya hingga dari gelang-gelangnya keluar cahaya-cahaya ungu yang menerjang cahaya-cahaya merah. Sayang, cahaya merah menelan semua cahaya ungu hingga tak bersisa dan melesat semakin dekat hingga ....

BOOM!

Terdengar dentuman keras yang mengguncang seisi ruangan. Serangan tersebut sangat kuat, sampai-sampai daerah sekitar rusak terhempas kedahsyatannya. Namun, semua belum selesai. Kedua belah pihak ingin menghabisi satu sama lain. Tiap-tiap mereka bersiap mengerahkan kekuatan lebih tinggi. Pertarungan penentu nasib Galaksi Avallen sebentar lagi tergelar. Siapa yang menang dan siapa yang meradang tak lama lagi akan tersaji. Di pundak merekalah nasib Galaksi Avallen ditentukan. Pertempuran ini akan tertoreh selamanya di dalam sejarah Galaksi Avallen.

Bersambung ....