"Maafkan aku yang terlambat mencintaimu. Kamu harus bisa menjaga buah hati kita. Maafkan aku yang tidak bisa menepati janjiku. Doakan aku ... walau aku tahu kamu pasti selalu mendoakan aku. Awalnya aku memang terpaksa, terpaksa mencintaimu. Setelah menjalani hari-hari bersamamu. Aku sadar, kamu adalah bukti dari baiknya Allah kepada ku. Aku pergi Madina ... jangan terlalu bersedih. Kita akan bertemu pada waktunya. Cinta kita akan berlanjut di surga. Insya Allah."
Bisikan lalu disusul hembusan napas terakhir terasa berada di sampingnya. Madina membuka matanya dengan terkejutnya. Mengembalikan detak jantung yang berdebar kencang dan berharap itu semua hanyalah mimpi belaka. Meyakinkan diri, bahwa itu hanyalah ilusi.
Pikirannya semakin kacau tidak karuan. Bayangan-bayangan tentang kejadian yang tidak pernah diharapkan menghantuinya. Merasuk mudah di dalam pikirannya membuat dia tidak tenang.