Setiap hari Arfan selalu menemani Zahra menulis. Berada di samping Zahra walau tidak ngobrol tetap membuat Arfan nyaman.
***
"Siapa yang masuk? Apa bukannya lo dan nyokap lo itu?!" timpal Airis nampak tidak mau kalah.
"Heh, dengar ya! Jangan bawa-bawa nyokap gue, orang nyokap lo itu yang nyuruh bokap lo nikahi nyokap gue." Dan tiba-tiba Airin ikut campur.
"Udahlah Kak, diam jangan bertengkar!" Melihat Airin yang tiba-tiba saja ikut campur Airis pun langsung membentak.
"Ini lagi! Ngapain lo kecil-kecil ikut? Sana bawa adik lo itu keluar!" Airin pun menangis, lalu tiba-tiba ayahnya datang dan langsung menampar Airis, Airis pun terkejut.
"Terus saja tampar! Lebih sakit hati ini daripada pipi, aku memang tidak pantas ada di sini, aku gak minta dikuliahin kok disini, mimpi yang indah ternyata lebih buruk dan menyakitkan." Mama tirinya tiba-tiba datang dan langsung berkata.
"Ada apa Mas, ini Airis, Rina dan Airin kenapa kalian semua menangis?" lalu Airis pun menjawab.