Konsentrasi tak bisa di ganggu, Zahra terus menulis.
Waktu sudah mulai menunjukkan 16.12 sore, Derik telah sampai di rumah nenek Lea dan juga Lea. Deril datang kesini untuk satu tujuan, yaitu melamar Lea untuk dirinya. Jika biasanya di Indonesia ketika seorang pria melamar wnaita, maka mereka akan di dampingi oleh orang tuanya, atau paling tidak wali. Tapi tidak dengan Deril yang jauh jauh datang ke Indonesia hanya dengan berbekal tekat dan Do'a untuk melamar gadisnya dan juga meminta restu dari nenek Lea, yang tanpa di dampingi oleh orang tua, hanya di temani oleh asisten pribadinya.
Deril mulai mengetuk pintu kayu itu pelan,
Tok ... Tok ... Tok ....
"Permisi, Assalamualikum."
"Iya sebentar," suara sahutan dari dalam. Deril yang mendengar itu tersenyum tipis, suara lembut inilah yang Deril rindukan.
"Waaaikumssaa-lam," jawab tuan rumah yang seketika terkejut setelah membukakan pintu rumahnya dan mendapati siapa tamu yang datang ini.
Deril tersenyum simpul.