Zahra memandang langit mendung, dia segera mengemas laptopnya dan segera berlari ke bis. Naik bis bersama pemuda yang duduk di belakangnya dan satu kursi.
Zahra yang tak nyaman berusaha menyamankan diri dan menulis lagi.
****
"Apa katanya? Kekasihnya? Lea tertawa keras, tubuhnya tersandar ke belakang sembari menatap Deril. "Kau sungguh hebat sekali membuat lelucon di siang siang hari seperti ini," ucap lea bersama kekehannya.
"Ini bukan lelucon lea. Aku serius," ucap Deril menggeram marah. Manik mata birunya menatap Lea tajam.
"Ku tegaskan sekali lagi. Aku ingin kau menjadi kekasihku. Addelia Fajrin Elvara."
Lea yang mendengar itu langsung memberhentikan tawanya seketika. "Aku tidak tertarik." jawab Lea sekenanya, lalu ia mulai bergerak untuk keluar dari mobil milik Deril. "Dan terima kasih atas pertolongan pertamanya." Lanjutnya sebelum dirinya benar benar keluar dan membanting pintu mobil Deril dan berlalu pergi.