Chereads / MY SWEET LECTURER / Chapter 35 - MSL - BAB 35

Chapter 35 - MSL - BAB 35

Granny Incharge

Granny tiba-tiba masuk ke kamar Bella saat hari masih sangat pagi.

"Bangun, anak gadis mana bisa bangun terlalu siang." Katanya sambil meminta pelayan menarik selimut Bella. Pelayan itu sangat tidak enak hati saat Bella terpaksa bangun tiba-tiba dengan cara seperti itu.

"Granny?" Bella mengucek matanya untuk menjernihkan pandangan.

"Ya, kau terkejut?" Granny mengipas-ngipas wajahnya dengan kipas lipat ditangan.

"Apa yang grandma lakukan disini?" Alis Bella bertaut.

"Aku yang harus bertanya, apa yang kau lakukan di sini? Ini sudah pukul enam dan kau masih tidur?" Suara Granny meninggi.

"Bangun, mandi, dan segera bawakan secangkir kopi ke kamar Christ. Bangunkan dia dengan lembut."

"A?" Mulut Bella ternganga.

"Jangan bertanya lagi, kau mahasiswi dan masih muda, seharusnya otakmu lebih cepat bekerja dari pada mulutmu." Granny meninggalkan kamar Bella tapi sebelum benar-benar pergi, "Berpakaian yang rapi, aku mengawasimu dari cctv rumah ini." Ancamnya.

"Ahhhh" Bella meremas wajahnya, bagaimana dia bisa membangunkan Christ dengan lembut jika dia bahkan ingin menampar pria itu dengan keras setelah memperkosanya tadi malam. (Memperkosa bisa dipakai karena Christ tidak memperlakukan Bella secara proper saat bercinta, LOL)

***

Granny benar-benar menuju control room dengan camilan dan secangkir teh panas untuk menyaksikan adegan yang terjadi antara Christ dan Bella. Wanita itu benar-benar selalu out of the box. Semalam Christ memberinya kabar jika Bella sudah pulang, dan karena Granny sangat mengenal tabiat cucunya, maka sebelum timbul huru hara yang lebih rumit dia memutuskan untuk turun tangan memulihkan suasana.

"Dasar anak muda." Gumam Granny dengan senyum terkembang diwajahnya. Bagaimana tidak, Bella benar-benar menuruti kata-katanya. Dia mandi dan berpakaian dengan sangat cantik, mengenakan gaun selutut dengan potongan sederhana dan warna pastel yang lembut. Dengan nampan berisi kopi panas Bella masuk kedalam kamar Christ.

Meski Granny hanya bisa menonton adegan itu sampai sebatas saat Bella masuk kekamar Christ tapi Granny bisa menebak apa yang akan terjadi didalam kamar jika gadis itu tidak keluar dalam hitungan ke sepuluh dalam keadaan menangis.

Satu, dua tiga . . . Granny menghitung, dan setelah lewat angka sepuluh dia tersenyum sekali lagi. Lalu memilih untuk keluar dari rumah Christ. Dia memang menyempatkan mampir sebelum pergi ke Gereja untuk melakukan ibadah paginya dan bertemu dengan teman-temannya yang seusia dengannya untuk sekedar minum kopi dan mengobrol.

***

Bella masuk kedalam kamar Christ dan pria itu tampak tidak ada didalam kamar. Saat Bella meletakkan cangkir diatas meja, Christ keluar dari walking closet dan tampak sedang mengancingkan lengan kemejanya sambil menelepon.

Christ menghentikan langkahnya dan menatap Bella dengan bingung, begitu juga sebaliknya, Bella terlihat canggung berada di dalam kamar itu.

"Aku akan meneleponmu nanti." Ujar Christ sambil berjalan mendekat ke arah Bella. Dia melempar ponselnya ke ranjang dan menatap gadis itu, Queenerra tampak tertunduk. Christ melangkahkan kakinya mendekat ke arah Isabell dan gadis itu terlihat menelan ludahnya karena gugup. Disatu sisi dia begitu ngeri mengingat kekejaman Christopher Hudson semalam, tapi disisi lain, dia begitu ingin memeluk pria itu dan menangis di pelukannya sembari memuluk dada pria itu dan bertanya, "Mengapa kau sekejam itu?!"

Christ mendekat dan Isabella menarik kakinya mundur untuk menghindari Christ, Pria itu berusaha meraih wajah Isabell tapi Isabella menepisnya, "Tolong jangan sentuh aku." Katanya dengan suara bergetar.

"Maafkan aku." Bisik Christ, masih berusaha menyentuh Isabella tapi gadis itu menolak.

"Kau begitu kejam, Mr. Hudson." Kata Isabella lirih.

Christopher meraih tangan Isabella dan menarik gadis itu kepelukannya. Air mata Isabella tumpah seketika di pelukan Christopher, "Maafkan aku." Bisik Christopher.

Sementara tangis Isabella pecah, tidak ada kalimat pembelaan, amarah atau bahkan protes yang mampu dia utarakan saat itu. Dia hanya memukuli Christ dengan tangan kurusnya dan Christopher Hudson menerimanya tanpa perlawanan.

"Maafkan aku." Kalimat itu yang terucap di bibir Christ sekali lagi. Dia mengecup kening Isabella dan memeluk gadis itu erat-erat. Sementara Isabella tidak bisa menyembunyikan perasannya, hatinya seperti ingin meledak saat Christ mendekapnya erat.

Butuh beberapa waktu sampai Isabella bisa menenangkan hatinya, barulah dia berani menatap Christopher. Pria itu menyusut air mata Isabella dengan kedua ibu jarinya, "Maafkan aku." Bisik Christ sembari mendaratkan kecupan lembut di bibir Isabella. Gadis itu memejamkan matanya, dia bahkan tak membalas ciuman lembut Christ itu.

"Tidak seharusnya aku menghukummu dengan begitu keras." Ujar Christoper Hudson dengan penuh penyesalan.

"Tapi kau tega melakukannya." Jawab Isabella masih terisak.

Christ menatap Isabella dalam-dalam, "Aku begitu frustasi semalam, aku sangat marah karena kau menghindariku sementara aku sangat menghawatirkanmu. Dan kau muncul begitu saja, membuatku tidak bisa mengendalikan emosiku." Ujar Christ.

"Jadi kau tidak benar-benar menyesali perbuatanmu, Mr. Hudson?" Tanya Isabella.

"Tentu saja aku menyesalinya. Aku tahu itu terlalu kejam bagimu, tapi aku ingin kau tahhu bahwa aku sangat mencemaskanmu. Aku tidak ingin hal buruk terjadi padamu." Ungkap Christ, dia begitu ingin meyakinkan Isabella bahwa gadis itu berarti baginya, lebih dari apapun.

"Dan kau sendiri yang menyakitiku dengan sedemikian buruk." Gumam Isabella.

"Maafkan aku. Aku berjanji tidak akan mengulanginya, selama kau menuruti perkataanku dan berhenti mempermainkan perasaanku." Christ menegaskan kalimatnya itu pada Isabella.

"Aku selalu melakukan apa yang kau katakan Mr. Hudson." Isabella menatap Christopher dengan mata berkaca-kaca.

"Jika aku terkesan terlalu keras dan banyak mengaturmu, percayalah, itu semua kulakukan untuk melindungimu." Ujar Christ.

Isabella mengangguk paham. Hati Christopher Hudson melunak melihat wajah polos gadis itu, yang begitu tampak penurut saat Christ mengungkapkan perintah terakhirnya. Hal itu membuat Christopher tidak bisa menahan dirinya untuk tidak meraih wajah Isabella dan membuat gadis itu menatapnya. "Aku . . ." Christ kembali menciumnya dengan lembut.

Oh . . .sepertinya perang dunia berakhir dengan gencatan senjata dan perdamaian, karena Bella membalas ciuman Christ. Christ bahkan mengambil alih nampan di tangan Bella dan meletakkannya di meja yang ada di dekat mereka berdiri dan melanjutkan ciuman dengan sangat berhasrat.