Chapter 3 - Kuntilanaaak

Siang itu di sebuah kedai kopi dipinggir jalan.

"Kung, kayanya malam ini kita perlu duit buat nganjang deh

( nganjang adalah istilah orang sunda kalau mau bertamu ke tempat perempuan )". Ucap si Jul sambil menyeruput kopi hitamnya.

"Dapat duit dari mana Jul. Kerja juga enggak, utangnya doang yang banyak." Sahut Cikung sambil bersandar di atas bale bambu di sebuah kedai reyot.

"Gimana kalau malam ini kita mencuri kelapa tua saja. saya dengar-dengar besok di tempatnya si Ijum ada hajatan. Pasti perlu banyak banget tuh kelapa tua buat bikin wajik sama kue-kue basah."Jawab si Jul memberikan saran jahatnya.

"Aduuuh, kelapa siapa lagi yang harus kita satronin." Tanya Cikung sambil menggaruk- garuk kepalanya yang rada-rada sedikit berkutu.

Si Jul sempat hening sambil berfikir sejenak.

Tiba-tiba...

"Naaaah...! pohon kelapa Uwak Haji Eli aja Kung. Kan orangnya rada-rada pelit." Si Jul memberikan saran gilanya.

"Huuus, jangan keras-keras atuh ngomongnya." Bisik Cikung sambil kepalanya celingak-celinguk kesana kemari karena ketakutan rencananya terdengar orang.

" Psssssst." Desis si Jul bak ular kobra sambil menutup mulutnya dengan jari.

" Oke, malam ini kita harus menjalankan rencana kita. Kamu harus bawa satu orang lagi kung yang kira-kira bisa di percaya. Kamu bawa si Romli kek enggak apa-apa juga." Bisik si Jul dikuping Cikung(buseeettt, bau banget itu mulut kata Cikung dalam hati).

"Oke...!" Jawab si Cikung sambil mengacungkan jempolnya dengan mantap bak bintang obat kuat yang penjualannya langsung ngedrop dan bangkrut karena di bintangi oleh si Cikung. Hi.hi.hi...

Waktu yang dinanti pun telah tiba, waktu sudah menunjukan pukul 12.OO malam. Di sebuah empang yang di apit ladang singkong dan komplek perkuburan warga, si Jul sudah standby bertemankan nyamuk-nyamuk nakal dan semut-semut agresif yang senantiasa menggigiti kakinya.

"Mana sih si Cikung sama si Romli?" Gerutu si Jul dalam hati sambil dirinya bersembunyi di balik rerimbunan pohon singkong yang tumbuh rendah.

" Aduuuh, lamanya. Mana disini nyamuknya pada genit lagi. Sialaaan." Sungut si Jul kesal sambil tangan yang satu sibuk menepak nyamuk dan yang satunya lagi sibuk menggaruk-garuk kaki yang sudah hampir setengah jam lebih digigitin semut. Kemudian tak berapa lama,

" Pst...., Jul, sini." Keluar suara pelan dari arah batang pohon nangka.

" Itu kamu Kung? Tanya si Jul dengan pelan ke arah pemilik suara tersebut.

" Iya, ini saya berdua sama si Romli." Jawab pemilik suara tersebut yang ternyata Cikung dengan kawannya si Romli.

" Gila, saya pikir genderuwo. Abisnya kamu enggak keliatan sih." Celoteh si Jul sambil mengusap-usap dadanya karena terkejut. Abisnya warna kulit si Cikung sama gelapnya dengan warna malam. Yang kelihatan paling cuma giginya saja yang hampir rada-rada kuning.

" Iya udah deh, saat nya kita beroperasi." Kata mereka.

" Kira-kira pohon kelapa mana yang mesti kita satronin?" Tanya Cikung kepada si Jul.

" Itu..." Kata si Jul sambil menunjuk pohon kelapa yg berada diantara empang Uwak Haji Edy dan ladang singkong milik Uwak Haji Eli. Kemudian mereka bergegas kesana sambil mengendap-endap bak spion lengkap dengan golok dan sarung buat menutupi wajah mereka ( Tau kan spion??? maksudnya mata mata. Bukan spion kaca mobil loh).

" Naik Kung, kan kamu yg paling jago dalam urusan masalah manjat-memanjat." Perintah si Jul kepada si Cikung.

" Eleh, eleh. Kenapa saya yang harus naik." Protes Cikung.

" Abis siapa lagi dong yang harus naik?" Sahut Romli dengan sewot.

" Saya sama Romli kan kurang lincah dalam hal seperti ini." Tambah si Jul menjelaskan.

" Atau kamu mau menyuruh Uwak Haji Eli sendiri yang ngambilin itu kelapa." Sahut Romli dengan pendapat begonya. (he.he.he... masa mau nyolong kelapa mesti minta bantuan yang punya pohon kelapa.)

Kemudian naiklah Cikung ke atas pohon kelapa dengan wajah sedikit tak rela, hanya mengenakan celana pendek plus telanjang badan. Gerakannya lincah bak Lutung tak bersarung ( kalau Cikung manjatnya bersarung maka kita julukin Lutung kasarung, tetapi karena doi majatnya tak memakai sarung maka cukup kita julukin dengan Lutung tak bersarung saja).

Hap, hap, hap, setahap demi setahap Cikung memanjat pohon kelapa. Tiba-tiba,

" Kik, kik, kik......" Terdengar suara menyerupai perempuan tertawa dari arah komplek perkuburan. di atas kuburan tersebut tumbuh subur pohon bambu nan rimbun. Mereka bertiga sempat terkejut dibuatnya, lalu diam sejenak.

" Oh, mungkin itu suara burung." Pikir mereka bertiga, lalu dengan santai Cikung meneruskan memanjat pohon kembali. Sesampainya di atas Cikung langsung mulai memetik buah kelapa satu persatu.

Gabruuuk, jatuh kelapa tua pertama dan suara itu terdengar kembali. Tetapi mereka bertiga masih tetap santai melakukan aktifitas mereka.

Dabuuuk, jatuhlah kelapa kedua, dan suara itu muncul kembali untuk yang ketiga kalinya. Ketiga bedebah itupun terdiam tak berani bergerak sama sekali . Mereka sempat terhening lama sambil bertanya-tanya dalam diri mereka suara apa gerangan yang keluar dari pohon bambu itu. Karena hasrat untuk mendapatkan uang lebih kuat dibandingkan rasa takut mereka, aktifitas gila dan nekat itu tetap dilanjutkan. Suara misterius tak terdengar kembali dengan waktu yang menurut mereka cukup lumayan lama.

Ketika Cikung hendak memetik kelapa yang ketiga, terdengarlah suara gemerusuk keras disertai daun bambu yang berterbangan dari arah seberang empang. Sesosok perempuan putih pucat berambut panjang dan berkain kafan, terbang melesat keluar dari atas dahan rerimbunan pohon bambu di atas areal komplek alkah perkuburan warga.

" Aaaaaaah, lariiiiiii." Jerit si Jul dan Romli yang berada dibawah pohon kelapa itu dengan penuh histeris. Dengan wajah yang pucat disertai jantung yang mau copot, mereka berdua langsung berlari ketakutan tanpa memikirkan kembali nasib kawan mereka Cikung yang masih berada di atas pohon kelapa itu.

Seonggok akar nangka yang tumbuh besar menjalar keluar dari dalam tanah sempat membuat Jul dan Romli terjerembab jatuh dan nyemplung kedalam empang kepunyaan Uwak Haji Edy. Nasib Cikung pun berujung pingsan dibawah pohon kelapa tersebut. Badannya memar parah karena ketika melihat kuntilanak tersebut dirinya langsung shok dan turun berserosot dengan kencang di batang pohon kelapa itu.

Keesokan paginya mereka bertigapun langsung demam meriang disertai luka-luka memar di sekujur tubuh mereka.

" Aduuuuh, sakiiit." Rintih Cikung, Jul dan Romli di rumah mereka masing-masing, sambil menahan nyeri luka di sekujur tubuh mereka.

Makanya.... ketulahan sih sama yang punya pohon kelapa....