Chereads / Jodohku di Pesantren Darussalam / Chapter 9 - Bab 9 Dilema Hati

Chapter 9 - Bab 9 Dilema Hati

Titah merasa tertekan dan kecewa. Ia tidak menyangka bahwa orang tuanya akan menetapkan jodoh untuknya tanpa menanyakan keinginannya. Titah mencintai Daffa dan ia ingin menikah dengan Daffa. Namun, ia juga tidak ingin menyakiti perasaan orang tuanya.

Titah mencoba untuk berbicara dengan Daffa tentang masalah ini. Ia menjelaskan pada Daffa tentang keinginan orang tuanya dan ia menanyakan pendapat Daffa.

Daffa merasa sangat kecewa mendengar cerita Titah. Ia tidak menyangka bahwa hubungan mereka akan diuji lagi dengan masalah ini. Daffa mengatakan pada Titah bahwa ia akan selalu mendukung Titah dan ia akan selalu mencintai Titah. Daffa mengatakan pada Titah bahwa ia akan menunggu Titah sampai Titah siap untuk bersama dengannya.

Titah merasa terharu mendengar kata-kata Daffa. Ia mengatakan pada Daffa bahwa ia mencintai Daffa dan ia ingin memperjuangkan hubungan mereka. Titah mengatakan pada Daffa bahwa ia akan mencoba untuk meyakinkan orang tuanya dan ia berharap bahwa orang tuanya akan menerima Daffa.

Titah mencoba untuk meyakinkan orang tuanya. Ia menjelaskan pada orang tuanya tentang cintanya pada Daffa dan ia mengatakan pada orang tuanya bahwa ia ingin menikah dengan Daffa. Titah mengatakan pada orang tuanya bahwa Daffa adalah orang yang baik dan ia akan membawa kebahagiaan bagi Titah.

Orang tua Titah tetap menolak permintaan Titah. Mereka mengatakan bahwa mereka sudah menetapkan jodoh untuk Titah dan Titah harus menerima keputusan mereka. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak akan menyetujui pernikahan Titah dengan Daffa.

Titah merasa sangat sedih dan putus asa. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia mencintai Daffa, tapi ia juga tidak ingin menyakiti perasaan orang tuanya. Titah merasa terjebak di antara dua pilihan yang sulit. Ia harus memilih antara cintanya pada Daffa dan keinginan orang tuanya.

Titah terjebak dalam dilema yang berat. Ia mencintai Daffa dengan segenap hatinya, tetapi ia juga menghormati orang tuanya. Ia tidak ingin menyakiti perasaan mereka, tetapi ia juga tidak ingin menyangkal perasaannya sendiri.

Titah mencoba untuk berbicara dengan teman-temannya di pesantren. Ia mencari nasihat dari Aisyah dan Ustadz Amin. Mereka menasihati Titah agar tetap berdoa dan bersabar. Mereka mengatakan bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Allah.

Titah juga mencoba untuk berbicara dengan Daffa. Ia menjelaskan pada Daffa tentang dilema yang ia hadapi dan ia menanyakan pendapat Daffa. Daffa mengatakan pada Titah bahwa ia akan selalu mendukung Titah dan ia akan selalu menunggu Titah. Daffa mengatakan pada Titah bahwa ia akan selalu berdoa untuk kebahagiaan Titah.

Setelah berfikir panjang dan mendalam, Titah mengambil keputusan. Ia mengatakan pada orang tuanya bahwa ia ingin menikah dengan Daffa. Titah menjelaskan pada orang tuanya tentang cintanya pada Daffa dan ia mengatakan pada orang tuanya bahwa ia ingin membangun keluarga yang bahagia bersama Daffa.

Orang tua Titah merasa sangat kecewa mendengar keputusan Titah. Mereka mengatakan pada Titah bahwa mereka tidak akan menyetujui pernikahan Titah dengan Daffa. Mereka mengatakan bahwa mereka akan menghentikan hubungan Titah dengan Daffa.

Titah merasa sangat sedih mendengar kata-kata orang tuanya. Namun, Titah tetap teguh pada keputusannya. Titah mengatakan pada orang tuanya bahwa ia mencintai Daffa dan ia ingin menikah dengan Daffa. Titah mengatakan pada orang tuanya bahwa ia akan selalu menghormati mereka, tetapi ia juga harus mengikuti hatinya.

Titah bertekad untuk memperjuangkan cintanya pada Daffa. Ia menjelaskan pada orang tuanya bahwa ia tidak ingin menyesali keputusan ini di masa depan. Ia berjanji akan terus berbakti pada mereka dan menjalankan tanggung jawab sebagai anak.

Orang tua Titah masih tetap menolak hubungan Titah dengan Daffa. Mereka mengatakan bahwa Daffa bukanlah jodoh yang tepat untuk Titah. Mereka menawarkan beberapa calon suami lain yang lebih sesuai dengan kriteria mereka.

Titah tetap teguh pada keputusannya. Ia menjelaskan pada orang tuanya bahwa cinta tidak bisa dipaksa. Ia ingin membangun keluarga dengan seseorang yang dicintainya dan yang mencintainya sepenuhnya.

Orang tua Titah mencoba untuk memahami Titah. Mereka mengingat bahwa Titah adalah anak yang mandiri dan berprinsip. Mereka mencoba untuk mencari jalan keluar dari situasi ini.

Akhirnya, orang tua Titah memberikan Titah waktu untuk berpikir lagi. Mereka mengatakan pada Titah bahwa mereka akan menunggu keputusan Titah. Mereka mengatakan pada Titah bahwa mereka akan selalu mendukung Titah apapun keputusannya.

Titah merasa lega mendengar kata-kata orang tuanya. Ia menghargai kesediaan orang tuanya untuk memberikan ia waktu untuk berpikir. Titah berjanji akan terus berkomunikasi dengan orang tuanya dan mencari jalan keluar yang baik untuk semua pihak.

Titah berbicara dengan Daffa tentang perkembangan terakhir. Daffa merasa bahagia mendengar cerita Titah. Ia mengatakan pada Titah bahwa ia akan selalu mendukung Titah dan ia akan selalu menunggu Titah.

Daffa dan Titah berjanji untuk bersama-sama menghadapi tantangan yang akan datang. Mereka berjanji untuk selalu saling mendukung dan mencintai satu sama lain.

Beberapa hari kemudian, orang tua Titah mengunjungi Daffa dan keluarganya. Mereka menyatakan bahwa mereka sekarang menerima hubungan Titah dan Daffa. Mereka mengatakan bahwa mereka ingin mempersiapkan semua yang dibutuhkan untuk pernikahan Titah dan Daffa.

Daffa dan keluarganya merasa sangat bahagia mendengar pernyataan orang tua Titah. Mereka mengucapkan terima kasih pada orang tua Titah yang telah menerima hubungan mereka. Mereka berjanji akan menjalani hidup yang bahagia bersama Titah.

Orang tua Titah mengatakan pada Daffa dan Titah bahwa mereka ingin mengadakan pernikahan yang meriah dan berkesan. Mereka ingin mengadakan pernikahan yang mencerminkan cinta dan kebahagiaan Titah dan Daffa.

Daffa dan Titah merasa sangat terharu mendengar kata-kata orang tua Titah. Mereka berjanji akan menjalani hidup yang bahagia bersama dan mereka akan selalu menghormati orang tua mereka.

Hari pernikahan Daffa dan Titah akhirnya tiba. Suasana haru dan bahagia menyelimuti acara tersebut. Keluarga dan kerabat dari kedua belah pihak berkumpul, menyaksikan persatuan dua jiwa yang telah melewati berbagai ujian.

Acara ijab qabul dimulai. Bapak Suhendra, ayah Titah, berdiri tegak sebagai wali. Suaranya bergetar sedikit karena haru, tetapi tetap jelas dan tegas. Ia mengucapkan kalimat ijab qabul dengan khusyuk:

"Saya nikahkan dan saya kawinkan anak saya, Titah Ayu Putri, dengan engkau, Daffa Alfian, dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai."

Daffa, dengan suara yang juga bergetar karena haru, menjawab dengan tegas dan yakin:

"Saya terima nikah dan kawinnya Titah Ayu Putri, dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai."

Seketika itu juga, suasana dipenuhi dengan ucapan selamat dan tangis haru dari para tamu undangan. Daffa dan Titah resmi menjadi suami istri. Mereka saling berpandangan, mata mereka berkaca-kaca karena bahagia dan lega. Semua ujian yang telah mereka lewati berbuah manis di hari yang indah ini.

Pernikahan mereka berjalan dengan lancar dan meriah. Suasana dipenuhi dengan kegembiraan, tangis haru, dan doa restu dari semua yang hadir. Daffa dan Titah memulai bab baru dalam hidup mereka, sebuah bab yang dipenuhi dengan cinta, kebahagiaan, dan janji setia sepanjang masa.