Abian hanya bisa menunduk ditempatkan. Lelaki itu masuk itu malu entah karena apa. Di depan sang gadis ia terus saja merasa bersalah atas apa yang ia lakukan kepada mereka. Kesalahan bukanlah ada di pihak Abian, lelaki itu hanya meminta sebuah keadilan.
"Kenapa nunduk? Lagi sibuk mikirin apa? Apa lagi ngira- ngira sekarang Bunda lagi apa, hah?" Tanya kenal langsung menyungging senyum di bibirnya. Gadis itu terus saja menyeringai seolah amat kecewa.
Sedangkan Abian, sudah amat lama lelaki itu hanya diam. Mulutnya hanya bungkam sembari mendengar apapun yang Keana ucapkan.
Hardikan, umpatan, dan kata- kata kasar terus saja gadis itu ucapkan. Namun tak ada sedikit balasan yang lelaki itu lakukan.
Abian amat mengerti bagaimana perasaan Keana. Ia hanya bisa memandang dengan intens pada gadis kecilnya. Biarlah ia meluapkan semua amarahnya. Biarkan pula Abian yang menjadi sasarannya.
