"Siapa?" Tanya Megalani saat maniknya melihat Keana yang telah selesai dengan panggilan teleponnya. Tatapannya seketika fokus pada sang Putri untuk menunggu jawabannya.
"Abian, Bun!" Jawab Keana dengan jujur. Kepalanya sedikit tertunduk seolah takut akan marah sama ibu. Keana tak tahu apakah Megalani masih menyimpan kemarahan pada Abian atau tidak. Namun situasi seperti ini akan sangat bahaya jika ia salah berbicara.
Sang Bunda hanya menatap dengan tatapan yang datar. Kita terlihat sedikitpun raut kekesalan, amarah atau semacamnya. Tak berapa lama kemudian, tatapan wanita itu langsung beralih dari Keana. Wanita itu terlihat menghembuskan napas panjang di depan putrinya.
Keana yang sadar akan perubahan sang Bunda diam seketika. Tampak sekali bersalah dalam wajahnya. Gadis yang baru saja menjawab pertanyaan itu tiba-tiba menyesal. Sungguh, mengapa ia berbicara. Semakin memperkeruh keadaan saja.
"Bunda, Keana.."