"Saya tidak memanggil ambulance untuk dia! Jadi tinggalkan saja! Pergilah kalian secepat mungkin dan selamat Mama saya!" Abian mengatakan itu semua dengan mata nyalang. Lagu terlihat amat parah pada sang pria yang tak lain adalah ayahnya. Di sana, Abian terlihat amat murka. Sungguh Keana tak pernah melihat sang kakak yang marah sampai sebegitunya.
"Tapi.."
"Sudahlah, pergi saja! Lagi pula aku tak membutuhkan kalian!" Aditya langsung memotong ucapan sang pegawai ambulance. Dengan raut yang kesakitan, pria itu menolak tawaran yang diberikan. Tubuhnya yang masih meringkuk seolah tak lagi ia pedulikan. Karena sekarang, harga diri jauh lebih penting dibanding luka yang ia rasakan.
"Sudah dengar, kan! Cepat bawa Mama saya pergi!" ucap Abian dengan nada memerintahnya. Lelaki itu pun terus memberikan tatapan nyalang pada sang petugas yang ia anggap terlalu lelet untuk mengatasi sang Mama.