Mobil itu melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Sang pengendara sudah ingin mati tampaknya. Jalanan yang cukup longgar membuat lelaki itu malah mempercepat kendaraannya.
Abian, lelaki itu terus menekuk muka dengan memandang kearah jalanan di depannya. Lelaki itu teramat malas dengan apa yang sedang dialaminya.
Dalam perjalanan, Abian sungguh tak tahu kemana tujuannya. Rumah yang seharusnya menjadi tempat untuk pulang kini telah menjadi neraka yang sebenarnya.
Sedetik pun, Abian tak pernah merasa nyaman berada di rumah Abraham sejak kepulangannya. Kembalinya Aditya seolah menjadi malapetaka baru dalam kehidupan Abian.
Sungguh sebuah hal yang menjengkelkan dan membuat Abian naik pitam. Namun di saat-saat seperti ini Abian malah tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanyalah seorang lelaki yang tak lain sebuah pion dalam keluarga. Setiap gerak gerik Abian terus berdasar pada keputusan semua orang.
Bugh! Bugh! Bugh!
