Chereads / Tiers from laughter / Chapter 2 - Dua Jiwa Satu Raga

Chapter 2 - Dua Jiwa Satu Raga

Di sepanjang pelajaran, Julius mengikut setiap mata pelajaran dengan serius.Di kelas, Julius cukup aktif dalam pelajaran yang ia ikuti, walaupun pintar ia dengan senang hati membantu temannya yang kesulitan memahami pelajaran. Semua damai saja awalnya … tetapi semua itu berubah ketika jam istirahat berbunyi.

"Ahh akhirnya jam istirahat, hey Julius mau aku belikan apa di kantin?" Tanya Yamada, teman sebangkunya.

"Err … susu kotak saja" balas singkat Julius.

"Okay!"

Yamada segera pergi ke kantin untuk membelikan beberapa makanan dan pesanan Julius. Tiba-tiba segerombolan anak masuk ke kelas Julius dan segera menarik kerah seragam Julius. Seisi kelas yang terkejut hanya bisa terdiam ketakutan.

"Woy! Jadi kau Julius hah? Bajingan cilik yang menyukai Hilda?" Bentak pria berbadan cukup kekar itu.

Pria itu bernama Koutaro, pria yang memiliki badan kekar tak seperti sepantarannya. Julius yang ketakutan tak dapat berkata sepatah katapun.

"Hahaha bos, dia ketakutan … " ejek salah satu temannya.

"Dengar! Hilda adalah kekasihku, jangan sekalipun mengajak ngobrol dengannya lagi". Ucap Koutaro.

Julius yang tak menerima apa yang di ucapkan Koutaro dengan nekatnya mencoba menepis perkataannya.

"Kau salah! Hilda adalah pacarku!" Teriak Julius dengan tatapan penuh ketakutan.

"Hah!?" Hanya sepatah kata dibarengi dengan pukulan keras ke arah perut Julius.

Walaupun Julius pintar, kekuatan fisiknya sangatlah lemah. Satu pukulan cukup untuk menumbangkan badannya. Dan benar, kini Julius hanya bisa terduduk kesakitan menerima pukulan Koutaro.

"Bawa dia ke toilet"

Tak sampai disitu, geng Koutaro membawa paksa Julius ke toilet untuk memberi pelajaran.

Geng Koutaro terkenal sangat nakal dikalangan anak muda, pemalakan, pembullyan, dan lain sebagainya. Ayah Koutaro adalah seorang jaksa agung yang cukup berpengaruh di kotanya, semua kenakalan dan kebejatannya di tutupi dengan mudah oleh ayahnya.

Kini, Julius dipukuli habis-habisan oleh Koutaro dan gengnya. Dengan tubuh lemahnya, Julius hanya bisa terkapar tak berdaya di lantai toilet.

"Berani mengaku dia pacarmu, kubunuh kau!" Ancam Koutaro lalu pergi meninggalkan Julius terkapar di lantai toilet.

Di sekolahan Julius, terkenal dengan bullying dari geng koutaro. Bahkan guru-guru tak dapat berbuat banyak.

("Hahaha … lihatlah betapa menyedihkannya dirimu") ucap sosok yang berdiri di depan Julis.

Julius tak dapat melihat dengan jelas sosok tersebut, darah yang menutupi salah satu matanya membuat pandangannya cukup kabur.

"Julius! Aku akan membawamu ke ruang kesehatan" ucap Yamada sembari menitah Julius ke ruang kesehatan.

Dari jam istirahat hingga pulang sekolah, Julius dirawat di ruang kesehatan. Yamada, sahabatnya menemani Julius pulang.

Dengan badan penuh perban, Yamada menuntun Julius pelan-pelan. Julius yang tak ingin keluarganya mengetahui kejadian yang menimpanya meminta kepada Yamada untuk tak menceritakan kejadian di sekolahnya.

"Aku pulang" ucap Julius berjalan memasuki rumahnya.

Kebetulan, kedua orang tuanya masih bekerja dan adikknya sedang menginap di rumah neneknya.

Julius pergi mandi dan segera mengganti perbannya sendiri. Ketika sedang membasuh wajahnya, dari balik kaca ia melihat sosok dirinya dengan tatapan dan raut wajah yang berbeda.

"Kau bingung bukan? Kenapa Hilda bukan pacarmu?" Ucap sosok pria itu.

"Katakan kepadaku, apa ada kaitannya dengan mimpi semalam?"

Julius merupakan orang yang selalu berpikir rasional di segala situasi duluanya, dia tetap tenang dan mencoba mendapat informasi dengan apa yang ia alami sekarang.

"Sadarlah bodoh, kau hanya dimanipulasi … anggap saja aku kepribadian lainnmu " tegas diucapkan sisi lain Julius.

Mendengar ucapan dari sisi lainnya, Julius hanya bisa terdiam. Berpikir sejenak bahwa yang dikatakan oleh sisi lainnya ada benarnya. Seorang pecundang seperti Julius mendapatkan Hilda, gadis cantik dan populer di sekolahnya.

"Hahaha !! Bodohnya diriku, benar … kau benar .. aku telah dimanipulasi hahaha kau tau apa yang sedang kupikirkan?" Ucap Julius di depan kaca.

"B.U.N.U.H S.E.M.U.A.N.Y.A" lanjut sisi lain Julius.

Mungkin Julius tak memiliki fisik kuat, akan tetapi dia adalah anak jenius yang bisa memanfaatkan apapun untuk tujuannya. Tentu saja, Julius tak sebodoh untuk menghajar geng Koutaro sendirian. Dia menunggu saat setiap kesempatan dan waktu yang tepat untuk membalas semua perbuatan mereka.

Walaupun sekilas Julius mengingat semua wajah geng Koutaro yang telah menghajarnya. Di tengah gelapnya malam kota, Julius berjalan dengan membawa linggis dan beberapa alat lainnya. Dengan badan penuh perban ia mencari setiap anggota geng dari balik kegelapan kota dan siap membalaskan dendamnya kepada gegng Koutaro.

Anggota geng Koutaro cukup banyak, tetapi anggota yang memukulinya hari ini hanya 5 orang. Dengan kepintatan Julius, ia dapat menebak setiap keberadaan anggotanya. Dibantu dengan data yang ia curi sesaat sebelum pulang sekolah ia bergegas berburu.

"Ahh sial, hari ini lelah sekali!! Untung saja aku tinggal di apartment sendirian jadi tak perlu mendengar omelan ibuku yang cerewet" ucap Lukas sembari merebus mie cup yang ia beli dari mini market.

Tanpa Lukas sadari, sosok pria dengan yang siap untuk membunuhnya sudah ada di balik kegelapan kamarnya. Julius berhasil membuka pintu apartment Lukas dengan bermodal lockpick yang ia miliki. Dan dengan segera, Julius menghunuskan linggis besi tepat di belakang kepala Lukas.

"Ugh … sakitnya kepalaku" ucap Lukas terbangun dari pingsannya.

Ia terkejut, mengetahui dirinya terbangun di atas kursi dengan dirinya terikat dengan kawat besi menjerat tubuhnya.

"Katakan padaku, apakah benar Koutaro adalah pacar Hilda?" Tanya Julius.

"Kk-kau anak yang tadi?" Terkejut bukan main, sosok anak yang ia pukuli kini tengah berdiri dengan menggenggam sebatang linggis pendek ditangannya.

Tanpa basa-basi, Julius menusukkan linggisnya ke kaki Lukas dan segera setelah itu ia menyumpal mulut Lukas dengan pisau.

"Hmmmm hmmmm !!!!"

Darah mengalir cukup deras dari celah-celah mulut Lukas yang tertancap sebilah pisau.

"Siapa yang menyuruhmu bertanya huh? Angguk dan gelengkan kepalamu saja bangsat" ucap datar Julius dengan tatap merendahkan.

Di mata Lukas, sosok Julius sangat berbeda dengan Julius yang ia lihat saat siang tadi. Tatapan tajam penuh mengintimidasi dan nada Julius yang berbeda seolah yang sedang berdiri di depannya bukan Julius yang ia ketahui.

"Apakah Hilda benar pacar dari Koutaro?" Ucap sekali lagi Julius.

Lukas yang sangat ketakutan hanya bisa menganggukkan kepalanya, jangankan untuk berteriak, untuk menggelengkan kepalanya saja rasanya sangat sakit melihat sebilah pisau menancap di mulutnya. Hanya tinggal menunggu waktu hingga Lukas mati.

"Kau menjawab demikian karena takut kepada Koutaro ?"

Lukas yang kini lebih takut kepada Julius menggelengkan kepalanya. Dan dilanjutkan pertanyaan lainnya.

"Jadi semua itu memang fakta?"

"…" angguk Lukas.

Perlahan tapi pasti, kesadaran Lukas mulai menghilang. Darah yang mengalir begitu banyak sudah cukup untuk membuat Lukas mati karena kehilangan banyak darah.

Merasa puas dengan jawaban Lukas, Julius mecabut pisau yang menancap di mulutnya dan membersihkan jejak beserta barang buktinya.

Setelah membersihkan jejaknya, Julius tak langsung berburu mangsa lainnya melainkan kembali kerumah. Baginya permainan akan semakin menarik jika durasi permainan tersebut semakin panjang.

Keesokan harinya, berita mengenai kematian Lukas mulai tersebat dimana-mana. Diberitakan, polisi cukul kebingungan dengan kasus kali ini, tak ada barang bukti, sidik jadi, maupun jejak lainnya dari sang pembunuh. Hasil otopsi juga nihil, seolah Lukas membunuh dirinya dengan sadis.

Untuk sementara polisi masih menyelidiki kasus ini. Dan tentunya geng Koutaro tak menaruh curiga kepada Julius. Karena masih penasaran dengan jawaban Lukas, ia bertanya langsung kepada Mola.

"Emm Mola, aku ingin bertanya kepadamu" ucap gugup Julius.

"Oh Julius, iya silahkan saja?" Balas Mola.

"Apakah Hilda memang benar pacar dari Koutaro?"

"Jadi kau tak mengingatnya yah?" Ucap Mola.

Julius yang tak mengingat apapun hanya bisa menatap bingung kepada Mola.

"Kau pernah menembak Hilda, akan tetapi dia langsung menolaknya.Dari yang aku dengar Hilda dan Koutaro sudah menjalin hubungan cukup lama"

"…" Julius hanya terdiam mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Hilda.

"Iya sepertinya begitu".

Mendengar perkataan Mola, membuat Julius sedikit tersadar. Semua yang pernah Julius alami hanya minpi buruk semata, akan tetapi Julius masih merasa janggal dengan semua ini. Tak mengingat soal penolakan yang ia dapatkan bahkan Julius tak begitu mengingat banyak kejadian di masa lalu, seakan dirinya bukan dari dunia yang ia tinggali sekarang.

Selang beberapa menit sebelum bel berbunyi, Hilda masuk ke kelas dengan wajah masih agak pucat. Akan tetapi, Julius tak enak hati untuk mengajak ngobrol atau sekedar salam sapa mengingat dirinya telah tertolak olehnya.

Hilda langsung duduk dan kegiatan pembelajaran berjalan seperti biasanya. Julius yang kelelahan dengan kejadian semalam tak sengaja ketiduran di kelas.

"Ugh … sepertinya aku ketiduran".

Julius mengucek kedua matanya, mencoba memfokuskan pandangannya kesekitarnya.

"Lho? Ini? Ak-aku … dimana?" Heran Julius setelah melihat dirinya berada di sebuah pemakaman yang sangat luas dan gel