Chereads / space of love in two heart / Chapter 3 - ketika cinta pada dua pilihan II

Chapter 3 - ketika cinta pada dua pilihan II

cinta adalah satu emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. cinta juga dapat di artikan sebagai suatu perasaan dalam diri seseorang sehingga mempunyai cara tersendiri di mana cinta itu harus di mulai. namun, bicara tentang mencintai seseorang dalam dua hati, itu adalah hal yang akan menyakiti satu sama lain. membagi satu hati pada dua orang dan di beratkan dengan dua pilihan sungguh itu perkara yang sangat sulit. cinta Fayola terhadap Alvino masih sama namun, entah apa yang dia rasakan saat di mana Kenzie menjaga dan merawatnya di saat dia terbaring tak sadarkan diri. perasaan yang aneh timbul dalam benak Fayola, seketika rasa kesal akan prilaku buruknya Kenzie tiba-tiba hilang dan berubah menjadi sebuah kegugupan.

saat melihat Kenzie yang tertidur di sampingnya Fayola merasakan ada sesuatu yang aneh dalam dirinya, kenapa jantungnya berdetak begitu kencang. sehingga dia tak tega jika harus membangunkanny tapi, Kenzie terbangun dan setelah dia sadar bahwa tangannya memegang tangan Fayola dia langsung melepaskannya.

"apa lo udah baikan?,"

"maafin gue, gue gak sengaja nabrak lo,"

"gak papa," jawabnya dengan suara masih lemas.

"lo inget no nyokap atau bokap lo?, gue mau hubungin mereka dan ngasih tau keadaan lo,"

Fayola pun menganggukkan kepalanya.

Kenzie pun menghubungi orang tua Fayola, mendengar kabar itu sontak ibunya Fayola syok dan khawatir hingga sesampainya di rumah sakit ibunya mengira bahwa Kenzie pacarnya Fayola dan menyalahkan bahwa dia penyebab kecelakaan anaknya.

"memang Kenzie yang menabrak Fayola tapi dia bukan pacar Fayola dia temen satu kampus, dia yang bawa Fayola ke rumah sakit dan dia juga yang ngejagain Fayola Bu, Pah," ujar Fayola.

"maaf nak Kenzi ibu tidak tau kalo kamu adalah teman satu kampusnya Fayola,"

"Iyah ga papa ko Bu," jawabnya.

"saya pamit mau pulang,"

setelah ada orang tua Fayola, Kenzie pun pamit untuk pulang dan setibanya di rumah tiba-tiba dia kepikiran Fayola. sementara Fayola juga merasakan hal yang sama.

setibanya di kampus Kenzie merasa ada yang hilang, suananya menjadi sepi tanpa kehadiran Fayola. tak ada tempat di mana dia marah-marah karena suatu kesalahan yang di lakukan seorang gadis sial yang dulu sebut demikian. saat dalam kelas di liriknya tempat duduk Fayola yang ada di sebelahnya, sungguh dia merasa kehilangan akan sebuah hal yang membuatnya merasa sunyi saat ini namun, seketika dia pun memalingkan kembali pandangannya teringat bahwa dia hanya membenci gadis sial itu dan tak mungkin bagi seorang Alvino mudah terbawa suasana hanya karena merasa kasihan, sifat egoisnya kembali keluar. bukan Kenzie saja yang merasa kehilangan, Anisa juga merasakan hal yang sama.

"bagaimana keadaan Fayola?, aku belum sempet nengokkin dia,"

"kemarin dokter bilang keadaan Fayola sudah membaik namun, masih harus istirahat,"

"syukur deh, gak ada dia gak ada yang berisik,"

mendengar Anisa berkata seperti itu dia juga merasa memang benar semua terasa sunyi tanpa kehadirannya. seperti halnya dunia tanpa suara, hening tak terbayangkan. bahkan sebagai menebus kesalahannya setelah pulang dari kampus Kenzie berniat mengunjungi rumah Fayola untuk melihat keadaannya karena karena dia Fayola harus mengalami kecelakaan itu. dengan rasa gugup Kenzie datang ke rumahnya sambil membawa seikat bunga dan buah-buahan untuk Fayola.

tok! tok! tok!,

terdengar suara ketukan pintu lalu Ibunya Fayola pun membukanya.

"eh kamu, temannya Fayola di rumah sakit itu kan?,"

"iyah Bu, apa saya boleh melihat keadaan Fayola?," tanyanya sambil bersalaman.

"boleh, ayo masuk,"

saat Kenzie masuk menemui Fayola, terlihat dia tengah duduk di kasur membaca buku. lalu Kenzie pun masuk sembari menaruh bunga dan buah-buahan yang di bawahnya.

dengan rasa bergemuruh tak menentu Kenzie menanyakan keadaan Fayola.

"gimana keadaan lo sekarang?,"

"baik," ketusnya.

"kapan lo mulai masuk lagi kampus?,"

"entahlah," singkatnya.

Kenzie merasa kesal saat Fayola mencuekkan dirinya seakan dia merasa kehadirannya tak di inginkan namun Kenzie menahan emosinya karena melihat keadaannya yang masih terbaring lemas.

"kalo aja lo gak sakit, habis lo gua berontak," lirihnya dalam hati merasa kesal.

"oh iya makasih buat bunga sama buahnya," dengan wajah tersenyum.

sontak Kenzie pun merasa emosinya menurun setelah mendengar ucapan dan senyuman manis Fayola. namun, dia masih bersih keras membalasnya dengan ketusan, merasa gengsi jika dia harus terlihat bobrok di hadapannya.

suasana jadi sunyi ketika ke duanya pada fokus. yang satu sibuk mengoprek handphone dan yang satu sibuk membaca buku. padahal dalam hati mereka ingin saling bertukar topik tapi, merasa gengsi dan masih canggung karena itu mereka saling diam. hingga Ibunya Fayola datang menyuguhkan minuman untuk Kenzie namun, Kenzie malah ingin berpamitan untuk pulang.

"gue pulang, lo cepet sembuh,"

"terima makasih," timbalnya.

"ehh nak Kenzie mau kemana?,"

"Kenzie pamit Bu mau pulang udah sore,"

"sebentar banget, ya udah hati-hati,"

Kenzie pun berpamitan lalu pulang, saat hendak keluar dari kamar Fayola, dia menolehkan wajahnya. melihat wajah pucat Fayola gadis sial yang selalu membuatnya jengkel akan tetapi, meski demikian ada sebuah tempat dalam hati menaruh benih-benih cinta yang seiring berjalannya waktu akan tumbuh. keesokan harinya Kenzie memulai kembali aktivitasnya pergi ke kampus dan dia kaget saat melihat kursi di sebelahnya terisi kembali oleh orang yang yang selalu membuat amarahnya keluar.

sepertinya, semua menjadi terlihat indah. Kenzie merasa penyakit yang saat ini dia rasakan orang lain pun pasti pernah merasakan hal yang sama. penyakit asmara cinta yang mulai tumbuh dengan sendirinya. "pertemuan adalah sebuah takdir, tapi keputusan untuk saling mengenal adalah pilihan," seseorang yang terlahir berwatak arogan akan luluh ketika dia menemukan cinta dalam dirinya. namun yang perlu diingat, ada satu hal yang tak bisa manusia pilih yaitu konsekuensi. apapun pilihan yang akan di ambil, akan ada juga konsekuensi yang harus di terima. ibaratnya ketika Kenzie mulai menaruh rasa terhadap Fayola, namun pada saat itu dia juga harus bisa menahan sakit rasa cemburu. pahitnya kenyataan bahwa gadis cantik berambut panjang keturunan Turki itu mencintai pria pilihannya. hingga pada akhirnya sadar diri adalah hal yang harus dia ingat.

mengendalikan emosi, dimana kemarahan adalah keadaan ketika lidah bekerja lebih cepat daripada pikiran, dan tindakan lebih cepat dari nurani. manusia tidak akan sanggup jika di perintahkan untuk menghilangkan emosi, tapi yang bisa dilakukan adalah mengendalikannya. atasa cinta orang bisa berbuat segalanya, tak perduli konsekuensi yang akan di dapatkan. Karena mengendalikan amarah bukanlah hal yang mustahil. orang yang kuat bukanlah orang yang bisa mengalahkan semua musuhnya. tapi orang yang kuat adalah orang yang sanggup mengendalikan dirinya di saat dirinya diselimuti amarah. Kenzie bisa mengendalikan amarahnya ketika ia melihat seseorang yang dia sayangi.

hingga suatu ketika di pagi yang masih bertetesan embun Kenzie harus melihat pandangan yang membuatnya tiba-tiba merasa kesal. saat dimana melihat Fayola tengah bersama Alvino, mereka bergandengan tangan dan terlihat mesra seketika darahnya mendidih entah kenapa hal itu dirasakannya. sementara saat berpapasan dengan Kenzie, Fayola menolehkan pandangannya dan entah kenapa saat melihatnya Fayola merasa ingin meraih tangannya. mungkin saja benih-benih cinta mereka bermunculan tapi di satu sisi perasaannya terhadap Alvino masih sama tak berkurang dan tak bertambah.