"Pandu.." panggil Bu Maira dengan suara bergetar.
'Astaghfirullah.. saya terlalu banyak melamun... Ibu gak mungkin manggil.' Batin Pandu seraya mempercepat langkah. Ia hanya tak ingin kejadian buruk kembali terjadi. Ibu akan tetap menganggapnya sebagai Ayah sampai kapanpun. Seberapa sering pun ia sudah berusaha jelaskan. Dan yang terjadi malah Ibu mendadak histeris hanya dengan melihat wajahnya saja. Seperti 3 hari yang lalu. Pandu memaksakan diri untuk menghadap Bu Maira. Dan yang terjadi tetap sama seperti biasa. Ibu mengamuk dan mencaci makinya sebagai seorang pembunuh.
"Pak Pandu!!." panggil Diva. Suaranya berhasil menghentikan langkah pria itu. "Bagaimana bisa anda pergi disaat ibu sudah memanggil anda.." ucap Diva dengan suara lantang. Ia tersenyum lega.
Lorong rumah sakit mendadak hening. Semua yang berlalu lalang jadi menoleh pada psikiater itu. Dan mereka enggan untuk pergi dan malah memutuskan untuk menyaksikan apa yang akan terjadi.