Mahira duduk di kursinya sambil ngos-ngosan karena ia dipaksa lari keliling lapangan oleh kakak seniornya yang tak pernah mau dibantah, siapa lagi kalau bukan Cowok Sok Yes Rangga.
"Lo capek? Nih minum," tawar seorang teman Mahira bernama Septi.
"Thanks banget Sep, Lo bener bener temen gue yang paling perhatian dah." jawab Mahira.
"Tadi siapa yang manggil nama gue?" tanya seorang kakak kelas ketika mendengar seseorang memanggil namanya.
Semuanya diam kecuali Mahira, ia bangkit lalu berkata.
"Saya manggil teman saya namanya Septi, BUKAN ASEP SAMSUDDIN!" teriak Mahira membuat semua orang yang berada di kelas tersebut tertawa kocak.
"Heh kamu, bisa nggak kalau ngomong sama senior itu yang sopan dikit?" tanya Rangga.
"Aku tuh udah sopan loh kak, yang enggak sopan tuh Kak Asep,"
"Kok bisa?"
"Tadi waktu Kak Asep tanya sambil teriak, semua temen saya tuh pada takut sendiri."
"Kan Asep cuman tanya, temen kamu aja yang penakut,"
"Berarti yang enggak sopan tuh kakak, kenapa tadi nyuruh aku buat lari keliling lapangan?"
"Masalah?"
"Iyalah, saya tuh capeknya 16 turunan tau nggak,"
"Itu hukuman karena kamu sudah terlambat waktu MPLS,"
"Terserah kakak aja deh, aku itu udah pusing pening shinning shimmering splendid,"
Wajah Rangga merah padam, Septi menyenggol nyenggol lengan Mahira saat ia melihat Rangga menatap tajam sambil berjalan menuju Mahira.
"Gue sebagai senior disini merasa nggak dihargain sama Lo, emang Lo berani sama Gue hah?"
"Kalo iya emangnya kenapa?" Mahira bangkit dari kursinya dan balik menatap Rangga.
"Cieee cieee, kuylah pedekatean,"
"Sikat bro, pepet terus jangan kasih kendor,"
"Sumpah mukanya kocak banget dah,"
Banyak sekali celotehan yang dilontarkan oleh beberapa orang yang berada disana.
"Emang Lo berani kalo Gue ajak fighting di lapangan sekarang?" tawar Rangga.
"Oke, Gue nggak takut, lagian ya Gue udah Juara pertama Wushu," jawab Mahira santai.
"WOI, LO MAU APA DEKETIN ADEK GUE HAH?" seorang laki laki tiba tiba menghampiri mereka berdua yang kini sedang di puncak kemarahan.
"Kak Amir?" ujar Mahira senang, Akhirnya ada juga yang melindungi Mahira dari makhluk astral macam Rangga.
"Lo mau ngajakin adek Gue fighting?" tanya Amir sambil merangkul pundak Mahira.
Rangga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, mana bisa dia berhadapan dengan Juara Wushu di sekolahnya. Resikonya ituloh, masuk liang kubur.
"Yaudah ayo, adek gue pasti bisa ngalahin Lo, Rangga." jawab Amir membuat senyum Mahira pudar.
'Ya Allah Bang, Gue kira Lo mau ngelindungi Gue dari badut ancol ini.' batin Mahira.
"Bang," cicit Mahira pelan sambil memasang puppy eyes di depan Amir.
"Oke, kalo misalnya Gue menang, adek Lo bakalan Gue nikahin setelah Gue lulus,"
Darrrr....
Hancur sudah Mahira sekarang, mana bisa dia menjadi istri badut ancol, mau jadi apa Mahira nanti? Badut Pancoran? HUWAAA MAMAA TOLONGIN MAHIRAA!
"Oke, Gue restuin kalo Lo mau nikahin Mahira, itung itung beban keluarga berkurang."
"Bang, jangan." Mahira masih memasang Puppy Eyes.
"Makanya jadi junior itu yang sopan sama senior," jawab Amir.
❃ Mahira: Thor, buang kakak sendiri ke laut dosa nggak?
❃ Author: Enggak Ra, cuman diseret ke neraka doang.
Kini mereka sedang berada di lapangan, dengan disaksikan murid lain dan guru guru.
Amir said "Pak, boleh ya saya pinjem lapangan buat ngadain fighting sebagai hukuman, ini khusus untuk Mahira kok. Karena dia sudah tidak sopan dengan Senior nya,"
"Boleh banget nak Amir, lagipula ini buat nunjukin ke semua orang kalau Mahira itu berbakat dalam bidang Wushu,"
Sebelum fighting dimulai, Rangga mendekati Mahira dan membisikkan sesuatu.
"Semoga berhasil my future wife," bisik Rangga.
Mahira bergidik ngeri saat Rangga membisikkan hal itu.
Banyak sekali supporter untuk Mahira, apalagi para senior cewek, secara kan Mahira itu adik seorang cowok hits bernama Amir. Pasti banyak pendukung Mahira karena cari perhatian ke Amir.
Mahira hanya mengelak saat Rangga menyerangnya, ia tak berani. Tahu tidak? Ini memalukan bagi Mahira.
Hingga saat Rangga akan memukulnya, Mahira menangkis serangannya dengan cepat lalu meninju perut Rangga. Bukannya Rangga merintih kesakitan, justru Mahira yang mengibas ngibaskan tangannya karena sudah meninju perut yang macam besi.
"Iya walaupun Gue enggak bisa Wushu, setidaknya Gue bisa Pencak Silat, Ra." bisik Rangga dengan sedikit menggigit telinga Mahira dan membuat sang empu risih dan geli.
Pertarungan dilanjutkan, sekarang Rangga menambah kekuatannya untuk menyerang Mahira. Semakin lama, Mahira semakin kewalahan menghadapi Rangga yang tak henti hentinya melancarkan serangannya.
"MAHIRA!"
"MAHIRA!"
"MAHIRA!"
Supporter Mahira berteriak memberi semangat kepada Mahira, supporter cowok memberi semangat secara tulus dan ikhlas, sedangkan supporter cewek memberi semangat untuk mendapat perhatian dari Amir.
Mahira kewalahan, nafasnya tak beraturan hingga ia mengangkat tangan menyerah. Tapi, itu artinya satu tahun lagi ia dan Rangga akan menikah? Sudahlah, Mahira tak ingin jika harus pingsan di tempat dan merepotkan para supporternya.
Rangga tersenyum penuh kemenangan, tak ada suara tepuk tangan mengiringi kemenangan Rangga. Mereka memilih bersorak "Huuuu" kepada Rangga karena mereka ada di pihak Mahira sekarang.
'Kek gini amat nasib Gue,' batin Rangga.
Kini suasana sekolah sudah sepi, beberapa siswa memilih pulang, beberapa lagi ikut membersihkan kelas setelah MPLS. Rangga melihat Mahira sedang memainkan gantungan kunci berbentuk kuda poni kesukaannya, Pinkie Pie namanya, salah satu Kuda Poni di kartun My Little Pony.
Senyumannya terbit saat ia memainkan Kuda Poni itu. Sikapnya memang kekanak kanakan. Dan fakta terbaru tentang Mahira yang diketahui oleh Rangga, Mahira adalah salah satu penggemar berat kartun My Little Pony. Jangan heran jika kamarnya memiliki tema Kuda Pony.
Rangga menghampiri Mahira, Mahira terlihat gelagapan saat Rangga menghampirinya, ia menyembunyikan gantungan kunci tersebut. Kalau Rangga menyitanya, bisa habis Mahira nanti.
"Jangan takut, mainan kamu itu enggak akan saya sita kok." ujar Rangga.
"Kak," panggil Mahira.
"Hm, iya?"
"Kalau kakak ada niat buat nikah sama Mahira, mending dikubur aja deh niatnya, Mahira udah dijodohin sama pria lain." ujar Mahira jujur.
"Hahaha, kita lihat nanti aja ya Ra." jawab Rangga sambil menahan tertawa.