Chereads / Korban Bullying / Chapter 3 - Penguntit.

Chapter 3 - Penguntit.

Seok Hoon Pov*

Aku, pemuda berusia 19 tahun, namaku "Yoon Seok Hoon" putra dari "Yoon Min Hyuk" pemilik saham terbesar di SMA Serim. Aku memiliki wajah tampan dan berkulit putih, tinggi badanku 185, dan aku juga memiliki tubuh yang bagus karna rutin nya berolahraga.

Hari ini, sepulang dari sekolah, aku tidak langsung pulang, aku berkunjung ke rumah temanku, Park Jihoon , kami bermain-main hingga gelap, dan akupun pamit pulang dengan motor Ninja yang biasa aku kendarai.

Di sebrang sana, ku lihat seorang gadis yang tak asing dalam penglihatan ku, sedang berjalan kaki entah mau kemana, dan dia juga masih dengan seragam sekolah.

Ternyata dia menuju halte bus, ku lihat dia membuka buku dan mulai membaca nya, angin malam berhembus pelan, membuat rambut gadis itu beterbangan, Cantik, kata itulah yang terlintas dalam benakku, entah apa yg ku pikirkan tentang gadis itu, semenjak pertama kali bertemu dengan nya waktu itu, saat aku dan teman-teman menunggu si Bora untuk memberinya pelajaran, ku dapati dia sedang bersama nya, dan saat itu aku mulai memikir kan nya, aku sangat tertarik pada mata sayu dan senyuman manis nya yang terlihat ceria tanpa beban.

Aku terus memperhatikan gadis itu, sampai pada saat nya ia memasuki bus, dan entah apa yang terjadi, kenapa tiba-tiba aku mengikuti bus itu.

Dia turun dari bus ketika sampai di sebuah tempat kumuh, dan mulai melangkah lagi melewati lorong sempit dan gelap, akupun memarkir motorku, dan mengikuti nya dengan berjalan kaki. Dia terus melangkah, dan ku lihat dia sesekali melihat ke belakang, dan langkah nya semakin cepat, ku rasa dia sadar bahwa aku mengikutinya.

Dia semakin kencang, dan mulai menaiki anak tangga yang lumayan tinggi, aku juga mempercepat langkahku mengikutinya, karena tak mau kehilangan jejak nya.

Tiba-tiba dia berteriak histeris, membuatku mau tidak mau membungkam mulut nya dengan tangaku.

"AAAAAAAAAAAA" Teriak nya mengagetkan ku.

"Jangan berteriak ! Aku bukan orang jahat,"Ucapku tetap membungkam mulutnya dari belakang, dia meronta-ronta tanpa henti.

"Hey, berhenti, kita dari sekolah yang sama," dia pun melihat ku, kemudian terdiam.

"Kamu siapa,?"

"Aku_aku siswa tahun ketiga."

"Kenapa kau mengikutiku?"

"Siapa yang mengikutimu?"

"Kamu!"

"Aku tidak mengikutimu,"

"Lalu,?"

"Emmm itu, Aku hanya ingin memperingatimu,"

"Hah?"

"Berhentilah bergaul dengan Lee Bora, jika kau tidak ingin menjadi korban bulli selanjut nya,"

"Bulli? Maksud mu,?" Dia terlihat kebingunan.

"Ingat saja kata-kataku,"

"Kamu, kamu siswa kmrn yang bersama dengan empat lain nya itu, jadi kalian berlima membuli kak Bora?"

"Iya. berhati-hatilah," jawabku dingin kemudian pergi meninggalkan nya, ku lihat dia sebelum pergi dari kejauhan, dia terduduk lemas seakan-akan syok dengan apa yang aku katakan tadi, sebenar nya tadi aku hanya membual saja, mencari alasan agar dia tidak menganggapku sebagai penguntit dan membuatnya kegeeran pula. Namun, apa yang aku katakan ada benar nya, dia harus berhenti bergaul dengan Lee Bora, karna itu bisa membahayakan diri nya sendiri.

_______________

Di suatu pagi yang cerah, aku menyantap sarapan pagiku berdua dengan adik perempuan ku "Yoon Inna" dia adik kesayanganku, dia satu-satunya keluargaku, walaupun kami mempunyai Ayah, namun kami serasa tak punya orang tua, ayahku selalu sibuk bekerja, ibuku sudah meninggal, beliau sakit-sakitan semenjak tau ayah menyelingkuhinya, dan parahnya, setelah Ibu meninggal Ayah malah menikah dengan selingkuhan nya itu, dan skrng memiliki putri bernama "Yoon Hera" berusia 7 tahun, ibu tiriku bernama "Choi ji kyung".

kami berdua, aku dan Inna, sangat membenci mereka, yang membuat keluarga kami menjadi seperti sekarang.

"Inna, hari ini kakak naik motor, kamu naiklah mobil bersama supir,"

"Ok,"

"Aku berangkat dulu," akupun bergegas melangkah pergi menuju motorku, begitulah kami, aku dan Inna terkenal dengan sifat dingin dan cuek, kami menjadi begini semenjak Ibu kami meninggalkan kami, dan Ayah menikah lagi.

Entah apa yang terjadi padaku, tiba-tiba ku lajukan motorku menuju halte bus di sekitar myeongdong, tempat tinggal gadis itu.

Ku lihat dari kejauhan gadis itu berlari mengejar bus yang sudah mulai melaju meninggalkan halte tersebut. Mungkin dia bangun kesiangan hingga membuatnya ketinggalan bus, wajah nya terlihat panik sambil terus berlari.

Aku tersenyum melihat nya, dan dengan tekad ku ku hampiri dia dengan motor ku.

Dia sempat kebingungan sebelum aku melepas helm ku. Namun, seketika dia tercengang saat ku buka helm dan memperlihatkan wajah ku padanya.

"Kamu?" Ia tampak bingung.

"Naik!" Perintahku.

"Hah? Maksudmu?"

"Naiklah, atau terlambat,"

Kulihat dia melihat layar hp nya, mungkin saja memeriksa jam disana.

"Ah, makasih, dan maaf sudah merepotkan," diapun menaiki motorku tanpa ragu-ragu lagi.

Entah dari mana perasaan ini, aku yang selama ini tak pernah sekalipun peduli dengan siapapun, terutama dengan seorang gadis, tiba-tiba merasa sangat senang bisa peduli pada gadis yang sekarang sedang duduk di motor ini bersama ku.

"Anu_itu," dia seperti ingin mengatakan sesuatu, namun sulit mengatakan nya, saat aku melajukan motorku dengan kencang.

"Apa?"

"Jangan terlalu kencang,"

"Kenapa ? takut ?"

"Sedikit,"

"Pegangan,"

"apa?"

"Pegangan jika tak ingin jatuh,"

"Ah, iya, maaf sebelum nya,"

Kurasakan dia mencengkram keras jas seragamku, sepertinya dia benar-benar ketakutan.

Beberapa menit kemudian, kamipun sampai, disana ku lihat adikku Yoon Inna, dan teman-teman yang lain, yaitu Park Jihoon, Sung jae won, Joo Sarang, melihat ke arahku dengan tatapan membunuh, bukan ke arahku, melainkan ke arah gadis yang sekarang sedang bersamaku.

"Terima kasih Kak, atas tumpangan nya," Ucapnya dengan senyuman manis yang kusuka itu, sembari membukukan badan nya.

Aku hanya membalas dengan anggukan kecil, dan kemudian aku pergi dari hadapan nya. Ke empat orang yang memperhatikan kami tadi mulai mengikutiku dan mereka melempar bertubi-tubi pertanyaan padaku.

"Hey, kak Seok Hoon, apa yang kau lakukan, bisa-bisa nya kakak berangkat bersama dengan jalang sialan itu," Inna marah-marah padaku.

"Aku hanya kebetulan bertemu dengan nya di jalan,"

"Apa kakak tidak tau, Song Mina, dia adalah musuhku dikelas, dia saingan terberatku, aku sangat membencinya,"

"Bersainglah secara sehat, kakak tau kamu gadis yang cerdas, kamu juga percaya diri, kenapa kamu harus merasa tersaingi, kamu memiliki segalanya yang tidak dia miliki, maka bersainglah, dan jangan bawa-bawa kakak pada masalahmu itu,"

"Hey, Kakak, jangan pernah mengulanginya lagi, jangan dekat-dekat dengan nya, aku tidak suka."

"Seok Hoon_ah, kamu tau kan gadis itu yang bersama dengan Lee Bora tempo hari itu, kenapa kau mendekatinya?" Park Jihoon juga ikut-ikutan bertanya.

Aku mengabaikan pertanyaan-pertanyaan mereka, aku tipe orang yang sangat tidak suka banyak ngomong, jadi aku memilih mengabaikan hal yang tidak begitu penting untuk di bahas.

"Apa kau menyukainya,?" Joo sarang tiba-tiba melempar lertanyaan itu.

"Tidak," jawabku cepat.

"Lalu kenapa kamu berangkat bersama dengan nya? Kami semua tau kamu bukan tipe orang yang peduli pada orang asing, apalagi gadis yang tak tentu asal usul nya seperti dia," Lanjut nya.

"Itu urusanku, kalian tidak usah ikut campur,"

Akupun berlalu meninggalkan mereka yang aku yakin pasti mereka sekarang sangat marah padaku.

Kami berlima sudah berteman sejak kecil, kami terlahir dari keluarga terpandang.

1-Yoon Seok Hoon 19 tahun

2-Yoon Inna 17 tahun

3-Sung Jaewon 17 tahun

4-Park Jihoon 19 tahun

5-Joo Sarang 19 tahun

Kami berlima memang suka membuly siswa2 lemah di sekolah, dan itu sudah menjadi hobi kami sejak kami masih di bangku SD.

Lee Bora, gadis itu adalah korban bully setia kami sejak kami masih kecil dulu. karena hidup nya yang sebatang kara, dia rela menjadi bulan-bulanan kami asal bisa terus melanjutkan sekolah.

To Be Continued...