Steven menatap Anastasia penuh rasa kagum. Sejak dulu, ia memang sudah menjadi fans berat Anastasia. Meski wajah Anastasia kini sedikit berbeda, tapi rasa kagum itu tidak berkurang sedikitpun.
"Maaf, kalau boleh aku tau selama dua tahun ini apa saja kegiatanmu?"
"Hanya di rumah, melakukan apa tidak pernah bisa aku lakukan saat aku aktif di dunia entertainment. Aku bisa menulis lagu, menulis skenario, apa saja yang bisa aku lakukan."
Steven terbelalak kaget, menulis skenario dan menciptakan lagu?
"Area u sure? Seriously? Menulis skenario? Apa Jangan-jangan ada film yang aku pernah bintangi dan kau penulis skenarionya?" tanya Steven.
"Menurutmu?"
"Aku tidak bisa mengira-ngira."
"Kala Hati Menangis dan Film Kekasih untuk Suamiku aku yang menulis skenario nya," kata Anastasia. Kedua bola mata Steven makin terbelalak, bagaimana mungkin ia tidak sadar padahal Kala Hati Menangis adalah judul Film yang pertama kali ia bintangi."
"Astaga, itu film pertamaku. Harusnya aku tau inisial AM itu adalah Anastasia Melody. Aku tidak menyangka sama sekali. Kau hebat sekali ya, di usia yang masih sangat muda tapi bisa melakukan prestasi yang luar biasa."
"Jangan terlalu memuji," kata Anastasia.
Melihat Steven yang sedikit Agresif membuat Anastasia merasa agak risih. Gadis itu bangkit dan berpura-pura hendak mengambil air mineral. Namun, Steven ikut bangkit berdiri dan mengikuti gadis itu. Untung saja, Lisa cepat datang dan mengajaknya pulang. Sehingga Anastasia merasa lega dan langsung melambaikan tangan pada Steven.
"Kenapa?" tanya Lisa saat mereka sudah berada di mobil.
"Kenapa apanya?" tanya Anastasia.
"Kau tadi tampak lega saat aku mengajakmu pulang. Steven mengganggumu?" tanya Lisa lagi.
Anastasia menggelengkan kepalanya, "Dia baik, tapi kelewat baik dan sedikit agresif. Menurutku sedikit mencari perhatian dan ya begitulah. Aku kurang respek jadinya."
"Hati-hati, dia sudah memiliki istri dan anak. Sikapmu tadi sudah benar untuk menghindarinya."
"Tapi, dia selalu mengaku belum mempunyai anak istri."
"Untuk kepentingan promosi. Selama dua tahun dia tidak boleh mengakui statusnya pada para fans. Ya, kau tau kan untuk kepentingan bisnis dan menarik para penggemar. Kau tau kan prosedur nya?"
Anastasia menghela napas panjang. Hal seperti ini sudah biasa terjadi. Meskipun menurut Anastasia hal seperti itu jadi seperti menipu. Tapi, dia tidak terlalu ambil pusing.
"Besok kau bisa beristirahat. Tidak ada jadwal pekerjaan untukmu. Jadi, kau bebas mau melakukan apa saja. Jika kau mau pergi, minta Pak Yusuf mengantarkan. Jangan menyetir sendiri."
Anastasia tersenyum kecil, "Tumben, biasanya kau selalu mengatur jadwalku dengan padat. Kenapa sekarang tidak lagi? Bahkan kau lebih menyaring pekerjaan yang aman aku kerjakan."
Lisa tersenyum, "Aku dulu terlalu padat mengatur jadwalmu sehingga kau tidak pernah bisa melakukan apa yang kau mau. Sekarang, aku ingin kau bisa memiliki me time dan waktu beristirahat yang cukup. Maafkan aku selama ini," kata Lisa.
"Terima kasih banyak, Mbak."
"Sama-sama. Aku juga akan mengatur waktu untuk diriku sendiri. Supaya kita bisa memiliki waktu untuk bersama-sama."
Anastasia menatap kakaknya itu penuh rasa sayang. Selama ini Lisa sudah banyak berjuang untuk keluarga mereka.
"Mbak, kapan Mbak akan mengurus kehidupan pribadi mbak. Usia Mbak sekarang sudah cukup untuk menikah," kata Anastasia tiba-tiba membuat Lisa hanya tersenyum getir.
"Mbak belum menemukan yang cocok."
"Mau ketemunya gimana mbak, kalau selama ini nggak di cari."
"Mbak bisa tenang kalau kau sudah menemukan juga orang yang bisa menjaga dan melindungimu. Kita sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Hanya kita berdua yang bisa saling menjaga satu sama lain. Itu pesan terakhir ayah pada kita. Supaya kita berdua saling menjaga. Jadi, mbak tidak mungkin mengutamakan kepentingan mbak sendiri di atas kepentinganmu."
"Justru dengan kau menikah, kau juga memiliki teman untuk saling berbagi. Dan juga yang menjagaku kan jadinya bertambah," sahut Anastasia. Lisa hanya tersenyum.
"Jika memang sudah waktunya ya aku akan menikah juga."
**
Seminggu sejak Kevin dirawat, siang ini Maya, Kevin dan Danzel sudah berada di bandara untuk kembali ke jakarta. Mereka mempercepat kepindahan mereka ke Jakarta karena kondisi kesehatan Kevin yang menurun.
"Terima kasih ya, Dan mau menemani Tante."
"Nggak masalah kok, Tante. Kita kan keluarga," jawab Danzel. Maya tersenyum, kadang jika ia melihat Danzel ia sering teringat pada almarhum Katharina.
"Kedua orangtuamu kan masih bulan depan kembali ke Jakarta. Kau bisa tinggal di rumah kami dulu sementara, dari pada kau tinggal sendiri," kata Maya lagi.
"Jangan deh, Ma. Dia ngabisin beras sama lauk aja ntar. Belum lagi, kanvas dan cat milikku pasti akan lebih cepat habis kalau dia tinggal bersama kita," sahut Kevin membuat Danzel mendelik sebal.
"Sembarangan saja," rutuknya. Maya hanya bisa tertawa melihat canda kedua pemuda itu. Bagi Maya melihat keduanya bertengkar, saling ledek dan saling memaki sudah biasa. Justru terasa aneh jika keduanya terlihat tenang tanpa suara.
"Kau sudah memberi kabar pada Anastasia?" tanya Kevin. Danzel menggelengkan kepalanya.
"Sejak kemarin, kau yang memegang ponselnya, tuan muda," jawab Danzel mengingatkan. Kevin hanya tertawa kecil sambil menepuk dahinya mengutuk kebodohannya sendiri.
"Aku lupa."
"Berapa usiamu?"
"Terpaut tiga bulan lebih tua darimu yang jelas," jawab Kevin.
Maya tampak mengerutkan dahinya.
"Anastasia siapa yang kalian maksud."
"Dia calonnya Kevin, Tante."
"Dia calonnya Danzel,Ma."
Kedua pemuda itu menjawab bersamaan.
"Heh! Jangan katakan bahwa kalian sedang mencintai wanita yang sama," kata Maya. "Dan, siapa Anastasia ini?" lanjutnya.
"Dia Anastasia Melody."
"Dia Anastasia Melody."
Keduanya kembali menjawab pertanyaan Maya bersamaan membuat Maya menepuk dahinya.
"Tidak bisakah kalian tidak menjawab serempak seperti ini? Aku seperti menjadi guru sekolah dasar yang memberikan pertanyaan yang dijawab bersamaan oleh murid-muridnya."
Danzel dan Kevin hanya meringis.
"Mama tau Anastasia Melody kan? Mama suka sekali lagu-lagu dan film yang ia bintangi. Nah, saat ini kami sedang dekat dengannya," jawab Kevin. Maya terbelalak kaget.
"Hah?! Kalian serius? Kenapa tidak bilang Mama, Kev?"
"Tadinya kami tidak menyangka dia adalah Anastasia yang terkenal itu. Kami baru tau saat dia datang ke Kupang dua bulan yang lalu."
"Wow, hebat sekali kalian. Kapan-kapan kalian harus mempertemukan aku dengannya. Kau tau kan, Kev kalau mama sangat menyukainya."
"Iya, ma. Asal Mama tidak kelepasan memanggil aku Kevin di depan Anastasia nanti," kata Kevin. Maya kembali mengerutkan dahinya keheranan. Dan, kali ini tanpa diminta Danzel menceritakan apa sudah terjadi.
"Kalian ini keterlaluan sekali. Kenapa harus memainkan sandiwara seperti ini?" tanya Maya.
"Biar saja, Ma. Mama tau kan penyakitku apa. Nanti, saat kita tiba di Jakarta aku akan menjelaskan semuanya supaya mama bisa lebih paham," jawab Kevin.