"Aaaarrghhhh…"
Valdy mengacak rambutnya dengan gusar, lalu mengembuskan napas panjang. Kepalanya berkedut sakit di satu sisi, menyakitkan. Laporan dari beberapa resto yang ditanganinya terbuka di layar tablet di hadapannya. Malam sudah larut, pukul 11 malam, namun dia belum bisa tidur. Walaupun merasa letih dan pegal, matanya masih nyalang tanpa kantuk.
Diraihnya ponsel, dan lagi-lagi dia mendesah gusar saat melihat tumpukan pesan yang belum terbaca dari grup pengurus kontingen. Banyak kendala, banyak drama, banyak silang pendapat yang harus didamaikan dengan kepala dingin. Dia merasa terkuras, ingin meledak menghadapi serombongan ababil sok tahu yang egonya luar biasa besar.