Taka berlari menyerbu si nomor 1 ini dengan gelombang udara yang mengitari tangannya. Melayangkan tinju dahsyatnya yang berhasil di hindari si nomor 1, ia melompat beberapa kali demi menjauh dari Taka.. Taka sendiri masih di sana, tinjunya mengenai permukaan beton, menimbulkan retakan-retakan besar yang kemudian ambruk.
Si nomor 1 ini masih merengkuh tubuhku, panah tajam itu masih menancap erat sedangkan tali yang terikat masih di pegang erat oleh si nomor 1. Taka kembali melesat maju ke arah kami, si nomor 1 melepaskan pelukannya dariku kemudian menarik talinya dan memutarnya. Membuat aku ikut berputar dan menghantam tubuh Taka. Lagi, si nomor satu itu menarik dengan keras tali yang membelit lukaku. Membuatku terlempar ke arahnya. Dengan mudahnya ia kembali menangkapku.