Makoto menutup laptopnya dengan kasar, frustasi terlihat jelas. Rambutnya acak-acakan, sudah berkali-kali menjadi bahan pelampiasan rasa gundah yang ia rasakan saat ini.
Matanya melirik pada Naoki yang tidur lelap di ranjangnya, tiga jam lalu ia mengeluh kamarnya terlalu panas. Meski Makoto sudah menyalakan pendingin ruangan, Naoki tetap bersikeras agar diizinkan tidur di kamar Makoto.
"Andai aku bisa kembali menjadi remaja seusiamu." bisiknya, lebih pada diri sendiri. Ia menggeleng, akhirnya kata 'andai' terucap juga pada bibir Makoto. Itu artinya ia benar-benar sedang frustasi sekarang.
Otaknya yang agung sedang pada titik terlelah yang ia alami. Hatinya sedang sibuk menangkal kekecewaan pada dirinya sendiri.
Sejak beberapa hari setelah pemecatan, Makoto telah mengirimkan email lamaran ke beberapa instansi, sekolah, dan beberapa perusahaan. Mereka semua menolak mentah-mentah. Instansi pendidikan dan pengajaran daerah pun bahkan memberikan sebuah teguran padanya.