"... nduk, kamu kan sudah besar. Coba kalau ada laki-laki yang mendekatimu yang mencoba memperhatikanmu, kamu taruh perhatian balik ke dia, kamu dekati dia juga siapa tahu kamu jodoh sama dia. Dia punya rasa pastinya padamu, bukannya kamu punya rasa ke dia juga?"
"Anu bu ...." Aku ragu untuk menjawabnya.
"Aku dan Raka itu cuma teman dan tidak ada hubungan spesial bu."
"Oh, iya iya, paham."
"Tapi, mengingat usiamu yang sudah 20 tahunan itu harusnya kau sudah produktif mencari jodoh dan sudah siap menikah."
"Tidak bu!" jawabku tegas dengan muka serius.
"Aku ingin mencari kerja yang mapan dulu." Aku serius mengatakan ini.
"Tapi, kamu masih kerja di kafe kan? Apa selamanya kamu akan kerja di sana? Usai semester 8 itu kamu sudah punya ijazah dan kamu dapat jadi guru, ibu bisa menempatkannya di sekolah yang sama dengan pamanmu." Kata dengan santainya tapi entah kenapa perkataan ini malah seperti mengatur hidupku.