Saat itu Raka dan Ana menepuk pundak ku, "Kerja bagus!" seru Ana dengan senyum tipis.
Mereka memiliki gaya yang sama.
"E-eh, apa maksudnya?" celetukku heran.
"Berkat usulanmu sebelumnya, meski kau tampak ragu untuk mengatakannya pada kami." Ucap Ana yang mengingatnya.
"Ehehehe, padahal aku kan cuma kepikiran tempat gratis saja daripada membuat Mading dengan biaya mahal." Jelasku dengan sedikit tertawa kecil dengan tampang konyolnya.
*Menurutku jika ada yang gratis, kenapa harus bayar?
Dengan senyum tipisnya, Raka kemudian menyingkirkan tangannya dari pundakku dan dia menengadah menatap langit, "Terkadang, apa yang tidak pernah terpikirkan dalam diri kita sebelumnya bisa jadi sesuatu yang paling beruntung dalam hidup kita, seperti perkataanmu waktu itu ...." Gumamnya dengan optimisnya sambil tersenyum tipis.