Joni menangis histeris di depan jasad kekasihnya.
Dia tak berani menyentuhnya karena merasa tak tega.
Kepala sang kekasih masih tergeletak dengan kedua mata yang terbuka, sementara tubuh yang lainnya sudah tak berbentuk lagi, dan aroma anyir benar-benar menyeruak, menusuk kedua lubang hidungnya.
Joni tak sanggup berdiri ataupun berpikir jernih, otaknya benar-benar kacau. Rasa takut, syok, marah yang bercampur aduk.
"Apa yang harus aku lakukan?!"
Dengan tubuh yang masih bergetar dia berusaha untuk kembali bangkit. Walau kedua lututnya seakan tak kuasa menahan beban tubuh.
"Apa salahku? Kenapa aku mengalami peristiwa seperti ini?!"
Entah mengapa tenaganya seakan hilang. Pemandangan menyeramkan yang ada di depannya ini, benar-benar membuatnya kehilangan daya.
Berada di rumah ini hanya akan membuatnya semakin gila.
Dia memaksakan diri untuk dapat berlari lagi, namun tepat di depan pintu keluar, sudah ada Charles dan Arumi yang sedang berdiri sambil menyaringai.