"Satria! Kenapa ucapanmu hanya mati dan mati saja! Di mana semangat hidupmu?!" tanya Wijaya dengan ekspresi yang sangat marah. Dia muak dengan putranya yang tak pernah sedikit pun ingin keluar dari ruangan ini. Bagi Wijaya ruangan ini adalah neraka.
Tapi dengan santainya Satria seakan tak memiliki beban, dan menikmati keadaanya di tempat itu. Seperti sudah siap untuk mati kapanpun mereka akan membunuhnya.
"Memang apa yang kita harapkan dari tempat ini selain mati? Memangnya ada jalan keluar dari tempat ini?" Satria bertanya pada ayahnya dengan nada yang meledek. Dan itu memantik amarah Wijaya kian menjadi.
"Kau sudah gila!" pekik Wijaya. Andai saja tangan dan kakinya sedang tidak terikat, mungkin Wijaya akan memberikan pukulan yang kencang untuk Satria, karna saking geramnya dengan sikap sang anak.
Satria terdiam dengan sedikit menyipitkan mata dan menatap sinis pada ayahnya.