Satria dan Nadia tampak mengkhawatirkan keadan Mesya. Tak biasanya dia muntah-muntah di pagi hari.
Satria pun meninggalkan ruang makan untuk mengejar istrinya.
"Ah, ada apa lagi dengan anak itu?" Wijaya bergumam, "harusnya aku membunuhnya saja sekarang. Dari pada harus merepotkan seperti ini!" Wijaya mendengus kesal.
"Sekarang nafsu makanku juga tergangu gara-gara anak itu!" Di matanya, Mesya adalah gadis yang menyebalkan. Dia tidak bisa memenuhi apa yang dia inginkan, yaitu anak. Wijaya tidak suka menunggu lama apa lagi tanpa kepastian seperti ini.
Sementara Nadia masih berdiri di samping meja makan, sambil memandangi mantan suaminya itu. Dia juga mulai mengkhawatirkan keadan Mesya.
"Hey, kau!" Wijaya menyeru Nadia.
"Iya!" jawab Nadia dengan sedikit mengerjapkan matanya.
"Kenapa masih berdiri di situ? Apa di dapur sudah tidak ada pekerjaan lagi!?" Wijaya bertanya dengan nada yang meninggi. Membuat Nadia tersentak, dan jantungan berdebar lebih kencang.