Kecupan hangat yang mendarat di wajahnya, seakan membuat jiwa terlepas dari dalam raga.
David terdiam mematung dengan wajah yang memerah.
"Mesya! Kau ...." Marry segera menutup mulutnya sendiri dengan kedua tangan.
Mesya tersenyum sambil memegang pundak David.
"Aku bangga melihat nilai, Kakak. Padahal aku jarang sekali melihat, Kak David, belajar di rumah," ucap Mesya.
"Terima kasih, Mesya," jawab David.
Marry pun tak mau tinggal diam.
"Eh, David! Mesya, saja turut bahgia atas kelulusanmu! Lalu mengapa kau tidak bahagia?" sindir Marry.
"Kak David, masih memikirkan aku ya?" tanya Mesya kepada David.
David tak menjawabnya, tapi tatapannya seakan mengatakan 'iya'
"Kak David, jangan pikirkan aku. Karna aku bisa menjaga diriku sendiri, lagi pula Arthur juga tidak akan berani lagi menggangguku!" ucap Mesya penuh yakin.