Teman
"Jika kau ingin mengenal seseorang maka lihatlah siapa teman temannya"
Menurutku lebih banyak teman tidak selalu membuatmu selalu bahagia, pun sedikit teman tidak selalu memvonismu introvert, semua tergantung dari apa arti teman menurutmu.
Bagaimana menurutku?
Menurutku teman adalah sebuah perihal tentang "butuh", yaitu ketika kau membutuhkan dia atau dia membutuhkan kau, teman itu bukan tentang siapa tapi tentang bagaimana, dan penting untuk tau bagaimana dampak dari interaksi kalian
apakah itu positif atau lebih banyak negatif?
Kita tidak bisa terlalu fokus pada dampak negetif dari teman teman yang ada di sekeliling kita, dengan mengesampingkan apa dampak positif yang telah kita berikan kepada teman teman kita.
Menurutku kita juga bisa menjadi teman yang gagal, karena aku mempunyai beberapa pengalaman yang membuat aku merasa gagal menjadi teman
oke aku akan menceritakan sebuah kisah waktu sekolah aku mempunyai 5 teman dekat, dulu kami sedekat nadi, selalu bersama hingga perguruan tinggi memisahkan kami semua
ada 1 diantara 5 teman aku anggap saja namanya andi, yang mungkin kami sudah lebih menjauh dan jarang untuk bertemu, paling hanya sekali atau duakali dalam sebulan, hingga akhirnya sebuah kabar mengejutkanku
pacarnya andi memberitahu bahwa andi sedang mengamuk dirumahnya, lalu dia mengirimkan foto dari rumahnya yang hancur dan aku saja tak bisa membayangkan saat melihatnya, dia yang selama ini aku kenal periang, baik, perhatian tapi berubah menjadi sosok setan yang tak pandang bulu saat ia emosi
Pacar andi juga memberitahuku bahwa semua keluarga andi sekarang sedang pindah karena takut andi mengamuk, bahkan ayahnya sempat terluka karena kebengisannya,
Bagaimana reaksiku?
Tentu aku shock, sungguh aku seperti tidak pernah mengenalnya dan pacarnya andipun meminta aku untuk menemui andi dirumahnya karena tidak ada yang berani kesana,
Akupun memberanikan diri untuk kesana dengan membawa satu orang temanku karena aku takut kalau dia sedang dalam pengaruh obat obatan,
Sesampai disana akupun mengetuk berkali kali rumahnya tapi tak ada tanggapan, hingga aku mematikan listrik dirumahnya tapi tetap tak ada tanggapan, akhirnya aku mengetuk jendala kamarnya disebelah rumahnya yang akhirnya mendapat tanggapan dari dia
Diapun membuka pintu rumahnya dan mempersilahkan aku masuk, saat aku melihatnya pikiranku sungguh kacau, kulihat tangannya terluka, dari darahnya aku tau luka itu baru tercipta, dia sedikit terkejut saat melihatku, kau tau kalimat pertama saat dia melihatku?
"Eh kamu, sorry aku lama bukain pintu, aku kira rentenir",
kemudian aku masuk ke dalam kamarnya dan melihat semua sudah sangat berantakan, kaca pecah, pintu jebol, serpihan kayu dimana mana, dan aku pun mengajaknya bicara ,
"kau harus jelaskan semua ini!, Kenapa kau bisa seperti ini?" ,
Dan jawabannya
"kamu udah makan? , makan dulu yuk, aku masakin"
kalimat itu membuat keadaan seolah olah tak ada apa apa, dan akupun membalas
"aku sudah kenyang, jelaskan dulu kenapa kau bisa seperti ini!"
"aku makan dulu ya, habis itu kita ngopi diluar, aku gak bisa jelaskan disini"
"Oke, aku tunggu diluar, kalau kau sudah selesai makan kita pergi dari sini"
"Oke"
Selang 10-15 menit dia pun keluar dan siap untuk aku ajak pergi, kemudia aku ajak dia di sebuah tempat makan 24jam yang sepi,
karena itu sudah tengah malam, dan sesampai disana dia pun mulai menjelaskan kepadaku sedikit demi sedikit
"aku tak tau kenapa aku bisa seperti ini, sekarang emosi ku sering meledak ledak, masalah datang dari berbagai sudut, mulai dari kampus, pacar, teman, hingga keluargaku sendiri, dan aku tidak mempunyai teman untuk berbagi! Mungkin dulu ketika aku ada masalah aku ada kalian, tapi sekarang? Temanku yang ada sekarang hannya memberi dampak yang buruk, mabuk, narkoba, hingga hal hal buruk lainnya sudah pernah aku kerjakan, aku ingin sekali bercerita denganmu tapi aku tau kau sibuk dengan organisasimu"
Saat aku mendengar itu aku benar benar merasa gagal menjadi teman, ya aku saat itu memang sedang sibuk sibuknya dikampus, karena kebetulan juga aku memiliki jabatan sebagai ketua himpunan dikampusku, dan aku benar benar merasa bersalah , tapi aku menepis itu dan fokus kepada masalah temanku, kemudian aku membalasnya,
"Kapan terakhir kau sholat?"
"Tadi sore "
"Lalu apa gunanya kau sholat jika kau bisa menyakiti orangtuamu?"
"..."
"Kau tau? Kau bukan andi yang aku kenal! Dulu saat kita sekolah aku selalu kagum denganmu, aku selalu merindukan suaramu saat kau menjadi imam di solatku, tapi kenapa kau seperti ini sekarang?"
"....."
"Andi! Dengarkan aku, kau sudah jauh dari Allah, aku tau kau seperti ini pasti karena lingkungan kampusmu, tapi percayalah, jika kau kembali ke jalan yang benar, tidak menutup kemungkinan kau akan lebih soleh dariku, semua orang pernah melakukan kesalahan!"