Pada pagi hari ini kelas XI Mipa 2 kini tengah mengikuti olahraga yang akan berlangsung. Mereka pun kini tengah berbincang ria di bawah pohon rindang di tepi lapangan futsal.
"Ayo anak-anak kita lakukan pemanasan!!"
"Oke, pak!!"
Mereka semua pun kini berdiri, membentuk barisan dan memulai kegiatan olahraga mereka. Disisi lain, ada seorang cowok yang tengah mengamuk di atas atap sekolah. Menghancurkan setiap apa yang ia temui.
Brak!!
Priingg!!
Bugh!!
Sreett!!
"Akh!!" pekiknya kesal. Saat seseorang berhasil menghentikannya melampiaskan emosi pada setiap apa yang ia temui dengan matanya.
"Lepasin gue!!" pintahnya. Namun yang bersangkutan tak juga melakukannya.
"Jangan!!....nanti kamu luka!!...." ia yang dari tadi menggoyangkan tubuh agar terlepas kini terdiam, menoleh ke samping tepat kepada ia yang mendekapnya kuat.
"Lo siapa?!, main peluk-peluk gue aja!, lepasin!.." pintahnya lagi.
"Kalo aku lepasin, kamu bakal ngamuk lagi!!"
"Gue bilang lepasin!, lo siapa sih main atur segala?!"
"Ak-aku....temen kamu, temen sekolah."
Tiba-tiba ia mendorongnya,
"Kan, gue bilang lepasin!!. Jadi kena, 'kan lo."
"Aku, 'kan cuman mau nolongin, kok di dorong sih?!" ucapnya kesal. Lalu berdiri sembari membersihkan roknya yang terkena debu.
"Yah itu salah lo!" elaknya lalu mendorong kepala gadis itu dengan terlunjuknya kesal.
"Ish!, kasar banget sih jadi cowok!!" sindirnya.
"B aja!!"
"Huu..." teriak gadis itu. Sementara ia berjalan menuju sebuah bangku yang berjejer cukup rapi lalu mendudukinya.
Ia merabah saku celana abu-abunya, meraih sebuah kotak.
Saat itu juga gadis yang masih berdiri di depannya itu langsung bergerak ke arahnya dan merampasnya, sebelum benda dari dalam kotak itu menyentuh bibirnya.
"Jangan ngerokok!!, gak boleh, gak baik, gak bisa, gak guna."
Tiba-tiba ia berdiri menatap tajam gadis yang ada di depannya itu.
"Lo kenapa sih tiba-tiba dateng dan gangguin gue?!, mau lo apa?!"
"Aku gak ganggu yah!!, aku cuman pengen nolongin kamu!!, masa ganteng gini kok kerjaannya jelek sih?"
"Lo siapa?"
Wajah gadis itu yang tadinya memerah padam tiba-tiba mendadak tersenyum berseri-seri.
"Mau kenalan?, oh iya. Nama aku Anala. Anala Renjana, " Dengan PD-nya ia tersenyum manis semanis mungkin setelah mengatakan kalimat perkenalannya itu.
'Tak'
'Aww!' aduh gadis itu, setelah sedetik yang lalu cowok itu menyentil jidatnya.
"Lo selain jelek, juga suka copas yah?. Lo ngapain copas nama gue?!"
"Emang nama kamu siapa?"
"Raja, Raja Renjana Dirgantara." , gadis yang menyebutkan dirinya bernama Anala itu sebelumnya mengerutkan dahi kini tersenyum.
"Wah bagus banget, kalo gak salah artinya itu pasti Raja....raja yah?, king. Truss....Renjana, kalo renjana ituu..hati yang kuat at.. Apa yah?, ah tau nanti aku cari.. Dirgantara...itu kayanya kalo gak salah diatas langit, yah cuma segitu aja yang aku tau.."
"Udahlah lo pergi aja dari sini!, gue tau lo itu pasti fans-fans gue, 'kan? yang mau minta foto, sama tanda tangan, ogahh gue kasih!!"
"Minta foto sama tanda tangan kamu?, emang kamu siapa?!, artis?! Hahaha..."
"Lo gak tau, apa emang gak tau?!"
"Ngomong apa sih?, iya lah aku gak tau!!, aku, 'kan ikan hihi,"
"Lo anak pindahan?"
"Bukan."
"Truss?"
"Anak mama sama papa aku, hahaha!!..."
Pemuda yang di sapa Raja itu hanya bisa membuang nafas, kesal terhadap gadis yang kini terduduk disampingnya.
Tiba-tiba, perasaannya menghangat entahlah apa sebabnya namun ini sangat mendadak.
Hanya dengan melihat gadis itu tertawa, rasanya sangat damai.
Disaat mereka berdua tengah asik duduk berdua di atas atap sekolah, bedah dengan beberapa murid yang menatap mereka berdua dari arah bawah lapangan dengan fikiran yang bercabang-cabang.
Ada yang berteriak tak terima, ada yang tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Alana yang sedari tadi mengganggu Raja, dan ada yang terdiam tak perduli tentang kedekatan mereka tersebut.
Seperti gadis yang kini berdiri diambang pintu atap dengan tangan mengepal kuat.
"RAJA!!!" teriaknya murka. Lalu berjalan mendekati Alana dan Raja yang masih santai duduk di kursi.
"Dia siapa?!" tanyanya. Sembari menunjuk Alana menggunakan dagunya.
"Harus yah, lo tau siapa nama semua orang yang deket sama gue?. Lo gak malu gue putusin tapi masih berani muncul di depan gue?, lo mau apa lagi?, hah?!" Kini Raja berdiri membawah Alana bersembunyi di balik punggung tegapnya.
Gadis yang berstatus mantan dari Raja itu bernama Klara. Raja memutuskannya karena gadis itu telah berselingkuh darinya, dan menghabiskan banyak uang milik Raja untuk kepentingan pribadinya. Satu kata, MATRE.
"Sayang, aku minta maaf, yah?. Selama ini aku salah sama kamu. Ak-aku mau kita balikan, kita bangun hubungan kita, aku gak bakalan macem-macem lagi, kok. Aku gak bakalan minta apa-apa lagi sama kamu, pliss.., mau yah?" Klara mengucapkan kalimat tersebut dengan perasaan tak bersalah sama sekali, bahkan wajahnya masih tampak bisa tersenyum di depannya tanpa beban. Seolah-olah, kesalahannya tempo lalu bukanlah apa-apa.
"Gue gak mau!" Klara yang semula menggenggam tangan milik Raja, kini terhempaskan.
"Pliss..Kasih aku kesempatan satu kali lagi...."
"Buat nikmatin duit gue, eh ralat duit bokap gue."
Setelahnya Klara terdiam, menganalisis setiap pergerakan yang di buat Anala dibelakang tubuh Raja.
Matanya terus menatap kedua tangan mereka yang saling bertaut.
"Dia s-siapa, sayang?" mata Raja perlahan menatap tajam gadis yang berstatus mantannya itu.
"Jangan manggil gue gitu lagi, kalo lo emang sayang sama gue?. Lo gak bakalan nyelingkuhin gue, anjing!!"
Raja melangkah mencekik leher Klara, dengan wajah banjir air mata tak lupa mata yang memerah.
"Raja!!..lepasin, ja. Dia bisa mati!!.
"Raja jangan bego!!"
"Dia bisa mati!!"
Inilah Raja, Raja Renjana Dirgantara,. Seorang lelaki tampan yang memiliki penyakit jiwa menurut Ayahnya.
Murid-murid yang berada di lapangan futsal, kini mulai berteriak histeris dengan pandangan yang tak pernah lepas dari peristiwa yang terjadi di atap sekolah sekarang.
Ada yang berlari menuju TKP tak tahu untuk apa, pilihannya ada dua antara melerai dan menonton.
Ada juga yang berlari menuju ruang guru, ada yang berlari menuju ruang staf. Entahlah untuk apa.
Mereka yang tadinya fokus belajar tiba-tiba terganggu, dengan suara samar-samar teriakan para murid dan guru lainnya, ada juga yang memberi intrupsi melalui mic.
"RAJA BERHENTI!!"
Hening. Tangan Raja yang semula berada di leher Klara kini merapat di sisi tubuhnya semula. Lalu tak lamah tubuhnya ambruk, di depan Klara yang menghirup udara sarkas, di depan Anala yang berdiri dengan tubuh gemetar, dengan beberapa murid yang sempat datang untuk menyaksikan.
~~~~
Disinilah Anala berada, di ruang kepsek untuk menjadi saksi atas kejadian yang tak pernah terduga baginya. Anala merupakan anak pindahan dari sekolah lamanya, dan kebetulan saat ia sedang berjalan mencari ruang guru.
Ia mendengar suara gaduh dari atas atap sekolah, membuatnya penasaran dan akhirnya menuju ke atas. Hingga mendapati Raja yang memberontak, melampiaskan emosinya.
"Anala?" Sang empunya namanya yang mulanya menunduk langsung mendongak ketika namanya disebut.
"Iya, pak."
"Kamu anak pindahan itu, 'kan?"
"Iya, pak."
"Lalu, bagaimana bisa kamu berada disana selama kejadiannya terjadi?" Anala mulai menjelaskan awal kejadian itu kepada kepsek. Tentu saja, ada Raja dan Klara disana.
Setelah menjelaskan semuanya, kini Pak Herman selaku kepala sekolah itu. Mulai menatap tajam Raja dan Klara yang ada di depannya.
"Malu-maluin sekolah aja kalian!!"
BRAKK
"Bagaimana jika orang-orang tau kelakuan murid-murid SMA cakrawala seperti ini?!"
"Jika ada masalah selesaikan dengan baik!!. Apa yang harus saya lakukan jika Klara benar-benar mati di tangan kamu Raja?!" Raja diam membisu.
"Jangan bilang jika sekolah ini milik ayah kamu, jadi kamu bisa bebas melakukan apapun yang kamu mau dan kamu bisa?! Hah?!" Anala yang semula menyimak kini melotot dengan mulut menganga lebar.
'APA?!. SEKOLAH INI PUNYA BAPAKNYA RAJA?!. WOW AMAZING!!' Pekik Anala dalam hati.
"Lebih baik selesaikan masalah kalian di ruangan ini sekarang. Saya tidak mau mendengar salah-satu dari kalian mati." Raja yang mulai mengerti lari kemana arah pembicaraan pak Herman pun mulai membuka suara.
Walaupun hatinya sedikit tidak terima, bila pak Herman tau bagaimana kelakuan Klara. Jujur ia masih sayang dan cinta pada gadis itu, namun siapa yang akan bertahan jika hanya dijadikan kredit berjalan?
"Sebelumnya, saya minta maaf atas perilaku saya. Saya hanya ingin dia tidak lagi mengejar saya, saya tau saya tampan, banyak duit, tapi kalo kaya gini caranya, dia sama aja kaya perempuan kurang belaian yang gelandangan di luar sana." Klara yang mendengarnya tak mampu berkata-kata.
Sedangkan Raja, what the f~~, ' BUSETT GUE KEJAM BANGETT, BERASA KEK JADI BAPAK TIRI GUEE..' Teriak nya membatin.
"Jadi, gue harap. Lo bisa nerima keputusan gue ini. Kalo gitu saya pergi dulu pak."
Raja keluar setelah mengatakan permohonannya pada Klara untuk tak lagi mengejarnya.
"Ya sudah, masalah kalian sudah selesai. Ingat Klara jangan dekat-dekat anak itu. Kamu tau bukan?, dia sudah mengatakannya tadi. Dan untuk Anala, kamu akan ditempatkan di kelas XI IPA 1, sekelas dengan si Raja itu, ayo cepat susul dia."
"A-aa kalo begitu. saya permisi dulu, pak." Setelahnya ia berlari menyusul Raja yang berjalan jauh di depannya.
"S-saya juga permisi, pak" pamit Klara sebelum keluar dari ruang itu.