Chapter 111 - RUMIT

Waktu menunjukan pukul 7 lewat 15 menit. Dokter Bagas pun telah tiba dikediaman rutan alias rumah sultan. Lalu bergegas memeriksa kondisi Rachel. Semua orang pun menunggu dilantai bawah seraya melanjutkan sarapan pagi mereka yang sempat tertunda.

Tak lama kemudian, dokter Bagas pun turun bersama Cellyn dan segera memberitahu kepada yang lainnya terkait kondisi Rachel.

"Bagaimana dok, apa Rachel baik-baik saja?" tanya cepat Rafi.

"Melihat kondisinya yang seperti itu, mungkin saja Rachel terkena rasa trauma." jawab dokter Bagas. "Saya sudah menghubungi Dokter Citra, beliau ahli psikiater. Mungkin sebentar lagi dia akan datang, saya sudah menghubunginya dan mengirim lokasi."

"Shit! Keterlaluan si Leon." pekik Rafi seraya mengepalkan kedua tangannya.

"Shut up Rafi!" tukas Rafa yang masih bisa menahan rasa amarahnya.

"Kalian gak keberatan kan, jika ada dokter lain yang menangani Rachel?" tanya dokter Bagas memastikan.

"Lakukan yang terbaik untuk Rachel, dok." ucap Cellyn meyakinkan.

"Baik, kalau begitu saya pamit pulang. Jika ada apa-apa lagi, tolong beritahu saya." Dokter Bagas pun berlalu pergi setelah mendapat persetujuan dari keluarga Rachel.

"Ini gak bisa dibiarin. Kita harus bergerak cepat." ujar Rafi tak sabar.

"Jangan bertindak gegabah." kata Rafi. "Kita belum tahu pasti kejadian sebenarnya seperti apa?"

"Benar kata Rafa." lanjut Cellyn. "Saat ini kondisi Rachel tidak memungkinkan untuk bercerita. Jika kalian langsung menyerang secara sepihak, kita bisa dituntut atas nama fitnah dan pencemaran nama baik."

"Gak bisa gitu dong tante." tukas Rafi. "Disini sudah jelas-jelas Rachel yang menjadi korban."

"Sabar Rafi. Kita tunggu Rio turun kesini." timpal Rafa menenangkan saudara kembarnya. Rafi pun hanya berdecak kesal.

Tak lama kemudian, Rio akhirnya menemui semua anggota keluarganya diruang keluarga. Lalu memberitahu mereka jika itu adalah sebuah jebakan untuk Rachel. Tak lupa Rio juga memberitahukan bahwa nomor ponsel yang sudah kirim pesan kepada Rachel itu milik Melani.

Dan untuk Leon, Rio tidak tahu persis kenapa dia bisa bersama dengan Rachel dalam satu hotel? "Kemungkinan keduanya dijebak, atau...?

"Atau si kampret itu bersekongkol dengan Melani." potong Rafi dengan cepat.

"Bagaimana bisa elo berpikir seperti itu?" tanya Rafa. "Sedangkan mereka saja tidak saling mengenal."

"Bisa jadi." pungkas Jason tiba-tiba. "Gue pernah lihat mereka mengobrol sewaktu pulang sekolah diparkiran."

"Gue rasa, itu gak mungkin. Karena Leon tahu, dia berhadapan dengan siapa." kekeuh Rafa.

"Kok elo belain dia?" tanya Rafi.

"Gue bukannya belain dia. Tapi kalian tahu sendiri, dia gak mungkin melakukan hal bodoh setelah eyang dan oma memutuskan pertunangan mereka. Karena itu ancaman bagi perusahaan Regar Group." jelas Rafa meyakinkan.

TING TONG !

Terdengar suara bel berbunyi dari pintu utama rumah. Salah satu asisten rumah pun segera membuka pintu untuk mengetahui siapa yang telah datang bertamu disaat keadaan sedang rumit.

Karena penasaran, Rafi pun mengikuti ART untuk membukakan pintu. Sebelum pintu dibuka lebar-lebar oleh sang ART, satu pukulan keras melayang begitu cepat dan mendarat tepat diwajah seseorang yang tak lain adalah Leon.

BUUGGHHH !!!

Saking kagetnya, sang ART yang sering dipanggil bi Ilah itu pun berteriak histeris membuat seluruh anggota keluarga lainnya datang menghampiri pintu utama.

"Fi, ampun Fi! Tolong kasih kesempatan gue untuk menjelaskan." ucap Leon memohon. Akan tetapi, emosi dan amarahnya telah menyelimuti diri Rafi. Sampai Rafi terus-terusan memukulnya tanpa ada perlawanan dari Leon.

"Stop Rafi!" teriak Rafa melerai. Namun Rafi mengabaikannya. "RAFFII!" pekiknya seraya menarik lengan saudara kembarnya untuk berhenti memukuli Leon.

"Tenang nak Rafi. Saya mohon tenang." kata Regar yang memang datang bersama Leon.

"BAJINGAN ELO, LEON!" pekik Rafi dan berlalu masuk kedalam rumah terlebih dahulu.

"Maafkan anak saya, pak Regar." ujar Adriana meminta maaf. "Silahkan masuk, kita ngobrol didalam." Mereka semua pun bergegas memasuki ruang tamu. Sementara, bi Ilah berlalu pergi ke dapur membuatkan minuman untuk Regar dan Leon.

"Mohon maaf, jika kehadiran kita membuat masalah bagi keluarga Winata." kata Regar basa basi.

"Bukannya dari dulu juga begitu." ketus Rafi.

"DIAM RAFI!" tekan Adriana.

"Saya datang kesini ingin..."

"Sudahlah, gak usah basa basi. Kelamaan." potong Rafi yang memang mengetahui maksud kedatangan mereka.

"Oke! Sebelumnya gue ingin minta maaf. Ini benar-benar diluar kendali." terang Leon. "Gue gak tahu apa yang sudah terjadi? Dan gue benar-benar gak tahu, kenapa gue bisa bersama dengan Rachel dihotel itu?" jelasnya.

"Halah, alasan elo!" umpat Rafi yang terus-terusan bicara dan tidak ingin mempercayainya. "Elo sengaja kan menjebak Rachel?" tuduhnya.

"Fi, gue berani sumpah. Gue gak mungkin ngelakuin hal kayak gitu." sangkal Leon yang memang bukan dirinyalah yang melakukan semua itu.

"Lalu, kenapa elo bisa ada dikamar hotel berdua bersama dengan Rachel?" tanya Rafa penasaran.

"Sumpah, gue gak tahu. Tiba-tiba aja pas bangun gue sudah berada dikamar hotel itu dan mendapati Rachel dengan pakaian yang terbuka." ungkap Leon seadanya.

Para penghuni rumah sultan sedang bersitegang diruang tamu, kecuali Rio yang masih bersikutat dengan laptopnya diruang keluarga. Selang beberapa menit, akhirnya ia mendapati apa yang diinginkannya. "Dapat!" gumam Rio dengan senyum bangganya.

"Apa elo bicara yang sebenarnya?" tanya Rio pada Leon saat bergabung dengan yang lainnya diruang tamu.

"Ya! Gue yakin, gue gak melakukan apapun." jawabnya penuh keyakinan.

"Atau jangan-jangan, elo bersekongkol dengan orang lain?" Rafi pun kembali menuduh Leon.

"Bersekongkol? Maksud elo apa?" tanya balik Leon yang tak mengerti dengan ucapan Rafi.

"Elo kenal Melani?" tanya Rio.

"Melani? Siapa? Cewek kah?" jawab Leon seraya mengerutkan dahinya. Mengingat ingat nama yang disebutkan oleh Rio.

"Cewek yang pernah ngobrol sama elo waktu pulang sekolah diparkiran." ujar Rafa.

"Oh, dia!" ucap Leon enteng sebelum mengingat apa yang pernah Melani bicarakan padanya. "WHAT? Apa semua ini memang ulahnya dia?"

"Apa yang elo ketahui tentang dia?" Lagi-lagi Rafi melontarkan pertanyaan.

"Gue benar-benar gak tahu. Dan waktu itu gue pertama kalinya bertemu dan ngobrol sama dia." ungkapnya lagi. "Bukan ngobrol sih, lebih tepatnya dia ngajak kerjasama."

"Kerjasama apaan?"

"Sebenarnya gue heran deh sama tuh cewek. Pertama, dia tahu nama gue. Kedua, dia ngajak kerjasama buat ngejauhin Rachel sama Rafa. Aneh banget kan?" jelas Leon.

"Maksud nya ini gimana sih, tante gak ngerti? Jauhin Rafa bagaimana, lah dia kan abangnya." kata Cellyn heran.

"Bentar dulu deh." kata Regar. " Melani itu siapa? Kok saya baru dengar namanya."

Rafa pun menjelaskan tentang siapa sosok Melani pada Regar. Dan juga menceritakan bahwa kemungkinan besar, Melani tidak tahu menahu latar belakang keluarga Winata.

"Oh jadi dia tidak tahu, kalau kalian berempat itu saudaraan?" tanya Regar memastikan. Rafa pun mengangguk angguk mengiyakan.

Tak lama kemudian, setelah Rafi terus-terusan menuduh Leon dengan kebenaran yang tidak pasti, Rio menunjukkan sesuatu dari ponselnya. Dia memperlihatkan dua buah video berdurasi kurang lebih satu menitan dimana video 1 isinya adalah video Leon tengah digotong oleh dua orang satpam yang akan memasuki salah satu kamar hotel dengan ditemani seorang gadis remaja.

Sedangkan video satunya lagi menunjukkan seorang ibu ibu membawa Rachel yang mungkin sedang tak sadarkan diri memakai kursi roda yang seakan-akan seperti seorang ibu sedang membawa anaknya yang tengah sakit ke depan kamar hotel dengan nomor yang sama seperti kamar hotel yang dimasuki oleh Leon. Tak lama muncul seorang gadis yang sama dan juga masuk kedalam kamar hotel tersebut.

★★★★★