"Jadi gara gara kado ini ?" tanya Rere tak percaya . Semua orang pun bertanya tanya tentang hubungannya kado tersebut dengan hilangnya Rafa .
*****
Kepanikan pun semakin menjadi jadi , setelah semua orang tak bisa menemukan Rafa diseluruh ruangan yang ada dirumah besar itu . Adriana pun tak henti bernyanyi eh menangis , memikirkan anak sulungnya itu .
"Gimana nih ? Rafa gak ada dilantai 2 ." kata Andrea dengan nafas yang ngos ngosan .
"Lapor Tuan !" ucap salah satu bodyguard yang menghpiri Bram . "Maaf , saya tidak berhasil menemukannya Den Rafa ."
"Kalo gitu , kita lapor polisi aja ." timpal Rere .
"Jangn dulu !" bantah Bram . "Sebelum satu hari dua puluh empat jam , kita tidak bisa melapor ." jelasnya . "Rafa belum tentu hilang ."
"Tapi Pah , A-Adriana takut Rafa kenapa napa ." timpalnya dengan terisak isak .
"Lalu kita harus bagaimana ?" tanya Cellyn .
"Kalian tenang aja dulu ." kata Andrea menenangkan . "Rafa pasti baik baik aja kok ."
"Apa kalian sudah coba hubungi nomor Rafa ?" tanya Bram .
"Oh iya !" pekik Rachel . Semua orang menggeleng kepala .
"Nah , kan ? Kenapa kalian gak coba telpon Rafa ?" ketus Bram .
"Maaf pah , kita semua panik . Sama sekali gak terpikir untuk nelpon nomor Rafa ." kata Haris . "Lagian kita gak bawa ponsel ."
"Udah , biar Rachel aja yang telpon ." tukas Rachel seraya mengeluarkan ponsel dari saku celananya . Lalu mencoba menelponnya . Tetapi tak ada jawaban .
"Gak diangkat ." kata Rachel .
"Coba sekali lagi ." ujar Andrian . Rachel pun mencoba menghubunginya sekali lagi . Namun Rafa masih tak menjawab panggilan dari Rachel .
"Ck ! Terus gimana nih ? Kita mau cari kemana ?" tanya Marissa .
"Yo ! Coba lo lacak ponsel bang Rafa ." titah Rafi terhadap Rio .
"Bentar bang ." ujarnya . Dengan segera Rio mulai melacak ponsel milik Rafa dengan menggunakan aplikasi di ponselnya . Gak sampai lima menit , Rio berhasil menemukan lokasi ponsel Rafa . "Ketemu !" gumamnya .
"Gimana Yo ?" tanya Haris . "Berhasil ?"
"Berhasil Om ." jawab Rio . "Dari lokasi yang Rio temukan , ponsel Rafa berada di taman dekat sini ." jelasnya .
"TAMAN !?" pekik Rachel , Adriana dan juga Marissa secara bersamaan .
"Yaudah , kita kesana sekarang ." ajak Adriana antusias .
"Enggak ! Aku gak ngijinin kamu pergi ." sanggah Haris . "Kamu disini aja sama yang lain . Biar para laki laki yang pergi ." jelasnya .
"Tapi mas , aku pengen ikut ." tukas Adriana . "Aku khawatir dengan keadaan Rafa ."
"Jangan membantah Adriana ." ketus Haris . "Doakan saja agar Rafa cepat ketemu ."
"Iya Mbak ." timpah Cellyn . "Disini kan bukan cuma mbak aja yang khawatir , tapi semua orang juga . Kita semua khawatir sama Rafa . Jadi mbak disini aja ya , kita tunggu kepulangan Rafa ." Cellyn mencoba menenangkan kakak iparnya , Adriana yang tak berhenti menangis .
"Ya sudah , kalau begitu kita pergi sekarang ." ujar Andrea . "Ayok bang ." ajaknya terhadap Haris dan juga Andrian .
"Tunggu pih ." cegah Rachel . "Rachel ikut ya ?" pintanya .
"Kamu anak perempuan Rachel , kamu dirumah aja ." kata Haris menolak dengan lembut .
"Tapi om , Rachel kan bisa pergi bareng bang Rafi sama bang Rio . Rachel juga bisa jaga diri kok ." ujarnya memelas . "Please pih ." Rachel memohon .
"Oke , papih ijinin ." seru Andrea . Mereka pun segera pamit untuk mencari Rafa .
*****
Rachel dan Rio satu mobil dibawah kemudi Rafi . Mereka sengaja membawa mobil sendiri , agar bisa berpencar dengan orang tua mereka . Dalam perjalanan , Rachel melihat Rafi yang nampak gelisah . Wajahnya terlihat begitu tegang dimata Rachel .
"Bang , elo kenapa ? Kok kayaknya gelisah banget ." tanya Rachel tanpa basa basi .
"Ya , gimana gak gelisah Chel ? Orang , kembarannya hilang ." sahut Rio yang duduk dikursi belakang .
"Bukan gitu maksud gue ." sergah Rachel . "Gue tahu , semua orang lagi cemas , khawatir sama bang Rafa . Tapi , gue lihat lihat bang Rafi kayak lagi tegang gitu ." terang Rachel . "Lagian tadi bang Rafi bilangnya kan lagi gak enak badan ."
"Euh... Sebenarnya ?" Rafi pun ragu untuk bercerita .
"Sebenarnya apa ?" potong Rachel . "Kenapa sih ? Jangan jangan ada yang elo sembunyiin dari kita ." pikir Rachel .
"Sebenarnya elo pura pura sakit kan ?" pertanyaan Rio membuat Rafi yang sedang menyetir dengan kecepatan agak tinggi terkejut sampai berhenti mendadak ditengah jalan . Untung saja tidak banyak kendaraan yang melintas .
"Anjim ! Gila lo , bang . Pake acara ngerem dadakan . Mau cari mati lo . Sakit tahu !" omel Rachel seraya memegang jidatnya karena kejedot kaca mobil . Seketika Rafi terdiam . "Lo kenapa sih ?" ketus Rachel .
"Kalau ada apa apa , bilang aja . Kita kan saudara ." timpah Rio .
"Gu-gu-gue ?" Rafi pun terbata bata dengan wajah menunduk dan tak ingin menatap lawan bicaranya .
"Apaan sih , lo ? Gak jelas banget ." potong Rachel . "Sejak kapan lo jadi adiknya Ajis gagap ?" Sesaat setelah mendengar kata kata Rachel , Rafi pun menoleh dan menatap Rachel .
"Sebenarnya gue tahu , kalau Rafa pergi keluar tadi sore ." sontak pernyataan Rafi membuat Rachel dan Rio membelalakan matanya .
"What ?" ucap Rachel terkejut .
"Sudah gue duga ." gumam Rio pelan .
"Jadi ? You know that Rafa came out this afternoon. Then why didn't you say? Why ?" umpat Rachel kesal .
"Gue emang tahu . But , i dont know where he went ." tegas Rafi . "Dia bilang cuma mau ke depan beli sesuatu , itu aja ." jelasnya . "Selebihnya gue gak tahu lagi ."
"Ya , elo kenapa baru cerita sekarang ?" tanya Rachel.
"Sumpah , gue gak tahu dia mau pergi kemana . Gue kira dia hanya sebentar saja keluar . Gue juga udah coba hubungin dia beberapa kali sebelum jelang maghrib . Tapi gak ada jawaban ." jawab Rafi sejujur jujurnya .
"Berarti , sakit lo juga sandiwara ?" tukas Rio asal nebak yang langsung diangguki oleh Rafi .
"Gue gak tahu harus bagaimana lagi . Itu satu satu cara agar gue selamat dari marabahaya ." ujar Rafi tanpa berpikir .
"Marabahaya pala lo botak !" ketus Rachel sangat kesal . "Justru karena lo bohong , kita bakalan gak aman ." umpat Rachel .
"Tetep aja baby bear . Gak ada bedanya , gue jujur sama bohong . Kita pasti bakal kena omel juga . Gue yakin , setelah kejadian ini oma pasti hukum kita ." terang Rafi yang sudah khatam dengan sifat keluarganya tanpa terkecuali .
"Udah , udah !" lerai Rio . "Kalau kalian terus bahas masalah ini , kapan kita nyari Rafanya ?" Rachel dan Rafi pun saling diam . "Jadi nyari gak nih ?" tanya Rio datar .
Dengan pandangan lurus kedepan , menatap kaca depan mobil . Tangan Rafa kembali mengenggam benda bulat hitam yang ada didepannya , perlahan kakinya mulai menginjak gas dan mobilpun kian melaju . Mereka pun segera melanjutkan perjalanannya .
*****
**Di Taman**
Tak butuh waktu lama , mereka tiba ditempat yang mereka tuju . Rafi , Rio dan Rachel berpencar , agar mereka bisa lebih cepat menemukan Rafa dalam keadaan apapun . Mereka menyusuri sekitaran taman sambil berteriak memanggil nama Rafa .
"RAFA !" teriak Haris yang begitu sangat cemas .
"BANG RAFA !" Rafi mencoba berteriak seraya celingak celinguk , menatap orang orang yang berlalu lalang ditaman . "ELO DIMANA BANG ?" teriaknya lagi .
Begitu juga dengan yang lainnya , mereka sesekali bertanya kepada orang lain yang berada disekitar taman . Mungkin karena ini malam minggu , suasana taman begitu sangat ramai . Kebanyakan pengunjung adalah para muda mudi yang sedang berpacaran , atau sedikitnya hanya nongkrong dan ngumpul bersama temannya .
Rachel yang sudah menyusuri setiap jalanan ditaman merasa sudah lelah . Ia mendudukkan pantatnya disebuah kursi taman yang menghadap ke sebuah danau . Ia menghela nafas dalam dalam dan menghembuskannya secara kasar . "Rehat sejenak gak papa kali ya ?" pikirnya seraya menatap danau dengan gelombang yang bercahaya karna pantulan dari bola lampu dibeberapa sudut disekitaran danau .
"Bang Rafa ! Sebenarnya elo kemana sih ?" gumamnya . "Yang benar aja sih bang , ngajak main petak umpet malam malam gini . Kan susah nyarinya ." gerutu Rachel seraya mencoba berpikir bagaimana cara jitu untuk menemukan Rafa . "Oh iya ! Kenapa gue gak coba telpon ya ?" Dengan segera ia merogoh ponsel disaku celananya , kemudian mengetikan beberapa angka dipapan tombol . Lalu dirinya membuat panggilan .
Setelah terdengar bunyi tuutt , ada suara lain yang Rachel dengar seperti sebuah lagu .
🎶Hey ! Hey ! You ! You !
I don't like your girlfriend
No way ! No way !
I think you need a new more🎶
Lagu yang berjudul Girlfriend milik Avril Lavigne itu sontak membuat Rachel kaget . Ia hafal betul kalau lagu itu berasal dari nada dering ponsel milik Rafa . Rachel mengakhiri panggilannya , dan tentu saja lagu itupun berhenti tak terdengar lagi . Lalu ia mencoba kembali menghubungi nomor Rafa untuk memastikan bahwa lagu itu memang sebuah nada dering .
🎶Hey ! Hey ! You ! You !
I don't like your girlfriend
No way ! No way !
I think you need a new more
Hey ! Hey ! You ! You !
I could be your girlfriend🎶
Lagu itu terdengar kembali ditelinga Rachel . "Gak salah lagi ." gumamnya . "Itu memang nada dering ponsel bang Rafa ." ujarnya yang kemudian ia langsung mencari asal suara lagu tersebut . "Suaranya sangat jelas . Berarti ponsel bang Rafa berada sangat dekat dengan gue . Tapi dimana ya ?"
🎶Hey ! Hey ! You ! You !
I know that you like me
No way ! No way !
You know it's not a secret
Hey ! Hey ! You ! You !
I want to be your girlfriend🎶
Nadanya masih mengalun dan terdengar oleh Rachel . Mata Rachel pun segera berjelajah mengitari rerumputan mencari asal sumber suara . Sekitar tiga langkah dari kursi taman , mata Rachel tertuju pada satu cahaya yang sedikit tertutupi oleh rumput . Mungkin itu cahaya dari ponsel pikir Rachel .
Dan benar saja , lagu tersebut berasal dari ponsel yang dijadikan nada dering oleh pemiliknya . Saat Rachel mengambil benda pipih berwarna hitam tersebut , dugaannya tepat sekali . Karena ponsel tersebut memang merupakan milik Rafa .
"Oh my god ! Ini beneran milik bang Rafa ." ucapnya seraya memutar mutar ponsel tersebut . Saking tak percayanya ia mencoba membuka kunci pasword ponsel itu dengan memasukan enam digit angka .
"Kalau gak salah , paswordnya pakai tanggal lahir ." pikirnya seraya mengingat ingat . "Semoga berhasil deh ." gumamnya dengan segera mengetik angka yang dipikirnya .
"Loh , kok salah ?" Rachel kembali mengingat ingat susunan angka yang menjadi pasword ponsel tersebut . Lalu mencobanya sekali lagi dengan memasukan angka yang sama namun dengan urutan yang berbeda . Sayangnya itu tidak berhasil .
"Aahh , damn ! Salah mulu njir !" ketus Rachel kesal seraya mengacak acak rambutnya sendiri . "Hah , apa gue tanya aja sama bang Rafi ? Kali aja paswordnya samaan ." pikirnya yang terlintas dalam benak Rachel .
"CHEL !" teriak seseorang yang suaranya terdengar sangat familiar ditelinga Rachel . Rachel pun menoleh ke arah suara tersebut . "Gimana ? Ketemu tidak ?" tanya orang itu yang menghampiri dirinya .
"Baru juga mau gue telpon , udah nongol aja tu orang ." gumamnya pelan sambil tersenyum simpul . "Gue gak berhasil nemuin bang Rafa ." sahut Rachel . "Tapi gue nemu ponsel ini disini ." terangnya seraya menyodorkan ponsel tersebut .
"Itu beneran miliknya bang Rafa kan ? Soalnya gue buka pasword kuncinya salah mulu . Mungkin elo tahu pasword abang lo . So , dengan begitu kita bisa tahu kalau ponsel itu milik bang Rafa ."
"Gue coba deh ." ucap Rafi ragu . " Mudah mudahan gak ganti pasword . Dari dulu pasword kita samaan , tapi kalau sekarang gue gak tahu ." Kini Rafi melakukan hal sama dengan Rachel . Mencoba membuka lockscreen ponsel dengan menggunakan pasword miliknya . Dan.... "Berhasil !" ucapnya senang .
Malampun semakin larut . Udara semakin dingin . Waktu menunjukkan pukul 12 kurang . Rafi merogoh ponsel disakunya , lalu membuka lock screen . Kemudian mencari nomor papah Haris di dial kontaknya .
📞 "Hallo pah ! Rafi tunggu dipinggir danau sebelah timur , sekarang juga . Cepat ya , pah ."
Rafi baru saja melakukan panggilan kepada papahnya dan meminta untuk segera menemuinya disebelah timur . Setelah semuanya berkumpul . Mereka akhirnya sepakat untuk kembali melakukan pencarian esok hari , karena waktu sudah tidak memungkinkan . Merekapun segera beranjak dan meninggalkan area taman yang semakin malam semakin ramai pengunjung .
*****
•••Sebenarnya si Rafa kemana ya ? Kasihan tuh keluarganya nyariin :) TBC guys !•••